Kolegialitas Pastoral Kreatif

671
Kebersamaan: Pastor Yustinus Ardianto, Pr dengan umat Paroki Kalvari Lubang Buaya, Jakarta.
[NN/Dok.Pribadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Bukan zamannya Pastor Paroki dan Dewan Paroki merasa superior, bisa menentukan segalanya. PDDP 2014 merupakan jawaban atas Gereja Jakarta yang punya 1000 wajah.

Seorang lelaki dengan menggebu bertutur bahwa dirinya sangat senang mengikuti Misa Minggu pagi di Gereja St Perawan Maria Diangkat ke Surga Katedral Jakarta. Sederhana : ia selalu mendapat salam “Selamat pagi” ketika memasuki pintu gereja.

“Saya selalu bahagia Misa di Katedral, Romo. Saya merasa mendapat sapaan bersahabat ketika datang di sini. Hal ini tak pernah saya peroleh di tempat kerja,” ungkap lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik itu. Ia mengungkapkan, dirinya tak akan melewatkan waktu ke gereja tiap Minggu di Ka tedral.

Secuil kisah ini dibeberkan oleh seorang imam Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), yang mendengar langsung kesaksian buruh Katolik itu. Tiap kali mengenang kisah ini, sang pastor pun yakin bahwa rahmat imamat yang membuatnya menjadi pemimpin umat pasti akan selalu terikat dengan pelayanan yang transformatif bagi sesama.

Cara Berpastoral Baru
Di tempat terpisah, refleksi sang pastor tentang pemimpin yang harus melayani itu diamini oleh Pastor Paroki Kalvari Lubang Buaya, Jakarta Timur, RD Yustinus Ardianto. “Bukan zamannya lagi Pastor dan Dewan Paroki merasa diri superior dan menentukan segalanya. Kepentingan umat Allah dan masyarakat harus menjadi prioritas,” tandasnya saat berkomentar tentang Pedoman Dasar Dewan Paroki (PDDP) 2014.

Dibandingkan PDDP 2008, PDDP 2014 memuat tiga hal baru. Pertama, organigram Dewan Paroki tidak menempatkan pengurus lebih tinggi dari umat. Justru mereka harus menjadi abdi umat Allah, kepemimpinannya bersifat pelayanan (lih. Organigram Dewan Paroki). Kedua, ada banyak pasal dan lampiran detil yang mengatur tatakelola keuangan, laporan pertanggungjawaban, dan tertib administrasi yang harus diindahkan para pastor dan Dewan Paroki lainnya. Ketiga, ciri khas rohani Gereja ditonjolkan. Misal, tiap rapat dihelat, dianjurkan untuk memulai dengan doa agar keputusan yang diambil menjadi bentuk penegasan rohani bersama.

Selain itu, perbedaan mencolok langsung terlihat dari bagian awal PDDP baru. Di situ termuat jati diri KAJ yang berupa gambar Logo dan Tongkat Gembala KAJ beserta penjelasannya, sejarah dan eklesiologi KAJ yang dirumuskan dalam Arah Dasar Pastoralnya. Implikasinya, pasal-pasal disusun sebagai ungkapan dinamisme Gereja dalam menjawab tantangan zaman.

Jawab Tantangan
PDDP 2014 merupakan perangkat yang diharapkan mampu mendorong Dewan Paroki berpelayanan secara kreatif demi mewujudkan Arah Dasar Pastoral KAJ. Demikian penjelasan salah seorang perumus yang tergabung dalam Tim Karya Pastoral KAJ, M. Muliady Wijaya. “Sejak tahun 2011, KAJ telah merumuskan Arah Dasar Pastoral 2011-2015. Maka supaya Arah Dasar itu sungguh bisa diwujudkan, tentulah PDDP harus mendukung menuju ke arah itu,” tandas mantan Wakil Ketua Dewan Paroki Regina Caeli Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara ini (2008- 2013).

Sementara itu, Pastor Yus yang juga masuk dalam bilangan Tim Karya Pastoral KAJ mengungkapkan, PDDP 2014 menjadi jawaban atas kondisi KAJ yang punya ‘seribu wajah’. Tanpa pedoman bersama, kondisi KAJ yang amat heterogen baik umat maupun imamnya tentu akan semrawut seperti macetnya Jakarta. Selain itu, pedoman ini juga sebagai upaya untuk semakin melayani umat secara profesional dan bertanggung jawab, mengatur Gereja secara baik, rapi, transparan dan akuntabel.

Keterbukaan Gereja pada manajemen modern untuk tata kelola paroki juga termasuk usaha konkret menjawab tantangan zaman. PDDP 2014 sebenarnya membantu memotret kondisi pastoral paroki de facto yang butuh dianalisis dan ditindaklanjuti dengan langkah pastoral secara kreatif. Inilah jalan mewujudkan perkembangan hidup menggereja umat menjadi lebih baik. Tentu penerapannya tak lagi sekadar AUS (Asal Uskup Senang), tapi secara kolegial berpastoral demi melahirkan transformasi hidup menggereja yang nyata.

Geliat Semangat
Menurut Muliady Wijaya, respon antusias dari paroki-paroki terhadap PDDP 2014 ini sudah merekah sejak draftnya masih digodok Tim Karya Pastoral KAJ. Kala itu, draft ditawarkan pada paroki-paroki untuk di bahas dan dikritisi. “Cukup banyak paroki memberikan catatan detil, dan menanyakan kapan resmi diterbitkan. Tapi harus diakui juga, ada paroki-paroki yang belum bereaksi apapun.”

Kepala Paroki St Odilia Citra Raya Tangerang, Banten, RP Felix Supranto SSCC begitu gembira menyambut terbitnya PDDP 2014. Ia tertarik dengan reksa pastoral kategorial untuk mendorong umat semakin beriman, bersaudara dan berbelarasa dengan pelayanan kasih bersama. “Meski baru saja di resmikan, beberapa kegiatan sudah coba di terapkan sesuai PDDP baru. Kami buat komunitas katekis, dokter, dan sedang dikembangkan untuk para guru. Sosialisasi dilakukan lewat Dewan Paroki Pleno via email; lalu pada umat dalam obrolan usai Misa lingkungan. Sebenarnya beberapa hal sudah jalan sesuai PDDP baru, learning by doing, tinggal menggelorakan saja. Dengan PDDP ini umat makin disadarkan bahwa apa yang dibuat selama ini juga menjadi gerakan bersama sekeuskupan,” beber Pastor Felix.

Hal serupa juga berlangsung di Paroki St Antonius Padua Bidaracina, Jakarta Timur. Pembahasan PDDP baru sudah berlangsung saat pembekalan Ketua-ketua Lingkungan baru, juga diselipkan dan diterapkan ketika Dewan Paroki menggelar Rapat Penyusunan Program Pastoral 2014. Momen pergantian Dewan Paroki di Paroki Lubang Buaya juga dimanfaatkan Pastor Yus sebagai kesempatan implementasi PDDP 2014 dengan sosialisasi kelingkungan-lingkungan.

Meski geliat semangat terpancar dari para pelayan pastoral di paroki, Pastor Yus masih menyimpan kekhawatiran. Boleh jadi para Pastor Paroki tak punya cukup waktu dan energi melaksanakan PD DP 2014, karena disibukkan dengan pelayanan sakramental. “Jika tak hati-hati, para imam tak teliti dengan tugas administratif ini yang juga menentukan kehidupan Gereja. Maka dibutuhkan awam yang setia, teliti, tulus dan cerdas menemani para imam dalam tugas penggembalaan ini,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Paroki St Yakobus Kelapa Gading, Jakarta Utara, RP Antonius Gunardi MSF merasa optimis terhadap implementasi PDDP 2014. Ia tak mau menyebut tantangan, tapi sebagai konsekuensi implementasi. “Yang tak tertampung dalam PDDP ini, paroki akan membuat semacam pedoman pelaksanaan, yang tentu saja tergantung dari tiap paroki. Dengan PDDP 2014, harapannya paroki-paroki bisa bersinergi untuk melaksanakannya,” demikian Pastor Anton.

R.B.E. Agung Nugroho/Maria Pertiwi

HIDUP NO.07 2014, 16 Februari 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here