Misi Domestik Ruteng dan Semarang

388
RD FX. Sukendar Wignyosumarta
[NN/Dok.Pribadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Misi Domestik tidak hanya dilakukan oleh Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Keuskupan Ruteng, menurut RD Karolus Roberto Suwendi, juga mengirimkan imam-imamnya ke keuskupan lain, bahkan keluar negeri. Kepada HIDUP, Rabu, 30/4, Ketua UNIO Keuskupan Ruteng ini menjelaskan, Keuskupan Ruteng sebagai salah satu Gereja Lokal tetap menyadari hakikat universalitas Gereja. Atas dasar inilah, menurutnya, Keuskupan Ruteng cukup banyak mengirimkan imam-imamnya ke diosis lain, misalnya ke Keuskupan Sorong- Manokwari, Keuskupan Weetebula, juga ke keuskupan di luar Indonesia, seperti Taipei, Swiss, dan Perth.

Romo Karolus menjelaskan, dua tujuan utama misi ini. Pertama, misi ini dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan Gereja setempat dalam hal ketenagaan. Kedua, dengan dan melalui misi ini juga para imam dari Keuskupan Ruteng memperoleh kesempatan untuk ‘belajar’ dari Keuskupan lain tentang karya pela yanan yang khusus dan khas.

“Sejak Juli 2006, saya ditugaskan di Taipei (Taiwan). Status saya di sana adalah sebagai pastor kapelan untuk umat Katolik Indonesia di Taiwan khususnya yang tinggal (studi dan bekerja) di Taipei yang bernaung di bawah nama KITA (Keluarga Katolik Indonesia Taiwan),” tuturnya. Dan, karena Keuskupan Agung Taipei sangat peduli dengan fenomena migrasi, khususnya dengan kehadiran be gitu banyak orang asing di Taiwan (pekerja, pelajar, mahasiswa, dll). Keuskupan ini membentuk sebuah lembaga bernama Migrant Workers Concern Desk (Badan Peduli Pekerja Asing). Lembaga ini mempunyai misi, terutama untuk mendampingi dan memperjuangkan hak para pekerja migran.

Selain itu, Keuskupan Agung Semarang (KAS) juga lebih dulu melakukan misi domestik. Menurut Vikaris Jenderal KAS, RD F.X. Sukendar Wignyosumarta, Kardinal pertama Indonesia, Justinus Kardinal Darmajuwana sebagai Uskup Agung KAS dan sebagai Ketua MAWI (kini KWI), pada tahun 1970-an sudah memikirkan perlunya swasembada tenaga pastoral dalam Gereja Katolik. Bahkan, ia juga memikirkan bantuan tenaga imam bagi keuskupan yang masih sangat terbatas tenaga imam diosesannya. “Sikap dasar itu seterusnya dilanjutkan oleh para uskup KAS, yakni Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, Mgr I. Suharyo, dan kini Mgr J. Pujasumarta,” kata Romo Sukendar.

Ia menjelaskan, Mgr Pujasumarta hingga saat ini tetap menugaskan imam-imam diosesan KAS untuk menjadi misionaris domestik dengan melayani di Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Manokwari Sorong, Keuskupan Tanjungselor, Keuskupan Banjarmasin, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Purwokerto, juga Paroki California Amerika Serikat. “Beberapa imam masih tetap melayani di KWI, di Birokrat TNI/ Polri, serta membantu karya pastoral sebagai Pastor Paroki di KAJ,” tambahnya.

Menurut Romo Sukendar, RD Gregorius Utomo, yang sekarang menjadi imam tertua di KAS, bersama Uskup Emeritus Ketapang Mgr Blasius Pujaraharja menggagas berdirinya Asosiasi Imam dan Awam yang memberi perhatian bagi keterlibatan karya misi dalam Gereja Katolik. Romo Sukendar menandaskan, “Kesadaran ini perlu terus dikembangkan. Dulu para misionaris dari Eropa datang ke Indonesia, kini justru sebaliknya.”

A. Benny Sabdo

HIDUP NO.19, 11 Mei 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here