Beato Benediktus XI : Pembela Takhta Suci

413
Beato Benediktus XI.
[chiesacattolica.it]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Meski masa kepausannya pendek, ia membuka usaha rekonsilisasi antara Takhta Suci dengan berbagai pihak yang berseteru. Sikapnya tegas dan konsisten dalam membela legitimasi dan nama baik Takhta St Petrus.

Tiap 7 Juli, Keuskupan Roma dan Ordo Dominikan di seluruh dunia merayakan peringatan Beato Niccolò Boccasini OP. Dialah Paus Benediktus XI, seorang Dominikan kelahiran Treviso, Italia, pada 1240. Sejak kecil, Boccasini sudah bercitacita menjadi imam. Ia memutuskan untuk melakoni hidup selibat pada usia 14 tahun. Saat itu, ia bergabung dengan Ordo Pengkhotbah (Ordo Praedicatorum, OP). Meski masih sangat belia, sikap hidupnya mencerminkan kematangan pribadi sebagai seorang religius. Ketaatan pada regula tarekat dan kesalehan kristiani ia praktikkan dengan setia.

Loyalis Paus
Sebagai seorang Dominikan, Boccasini menjalani studi yang cukup panjang. Ia belajar teologi selama 14 tahun. Kemampuan otaknya tak diragukan lagi. Usai menyelesaikan pendidikan, superiornya menugaskannya untuk berkarya di dunia akademik. Ia dipercaya menjadi dosen teologi dalam kurun waktu yang relatif lama.

Kiprahnya dalam dunia pendidikan begitu memukau. Di antara koleganya, nama Boccasini pun kian harum. Apalagi penghayatan hidupnya sebagai Dominikan dapat menjadi teladan bagi yang lain, hingga pada 12 Mei 1296, ia terpilih sebagai Jenderal Dominikan.

Tatkala menjadi pimpinan tertinggi ordo yang berpatron pada St Dominikus itu, Boccasini dengan gigih melakukan pembelaan terhadap Paus yang melancarkan aneka macam tuduhan. Dengan membabi buta, mereka mempertanyakan legitimasi terpilihnya Paus bernama asli Benedetto Caetani sebagai Penerus Takhta St Petrus. Maklumlah, ketika terpilih pada 24 Desember 1294, Paus terpilih belum menerima tahbisan episkopal. Saat itu ia menjabat sebagai Kardinal-Imam Santi Silvestro e Martino ai Monti sejak 22 September 1291. Ia baru ditahbiskan sebagai Uskup Roma pada 23 Januari 1295.

Di dalam ordonya, Boccasini memerintahkan pada setiap Dominikan untuk berjuang membela Bapa Suci. Ia sendiri memberikan contoh yang militan dalam menangkal berbagai serangan yang menyudutkan Paus. Dalam setiap kesempatan –baik khotbah maupun pengajaran– ia terang-terangan menyatakan diri berada di pihak Paus. Tak heran jika di kalangan para musuh Paus Bonifasius VIII, Boccasini segera dikenal sebagai loyalis Bapa Suci.

Duta Damai
Lambat laun, loyalitas Boccasini terhadap Gereja dan pimpinan tertingginya sampai ke telinga Sri Paus. Segera Jenderal Dominikan itu mendapat perhatian khusus. Bersama dengan dua kardinal, ia didaulat untuk membentuk semacam kedutaan yang mewakili Bapa Suci. Tugasnya ialah menghentikan perang dan mendamaikan Raja Inggris Edward I dan Raja Philip IV dari Perancis. Perutusan itu diembannya dengan baik.

Usai memangku jabatan superior tertinggi Dominikan pada 4 Desember 1298, Boccasini diangkat oleh Paus Bonifasius VIII sebagai Kardinal-Imam St Sabina. Lalu pada 2 Maret 1300, Paus yang sama meningkatkan status gelar kekardinalannya menjadi Kardinal-Uskup Ostia-Velletri. Pada saat itu juga, ia mengampu jabatan sebagai Dekan Kolegium Kardinal.

Tugas perdana Kardinal-Uskup ini ialah menjadi duta perdamaian Paus untuk Hungaria yang saat itu dilanda perang saudara. Usai melaksanakan perutusan di Hungaria, ia kembali ke Roma. Suasana di Roma begitu genting lantaran Paus Bonifasius VIII sedang menghadapi puncak perselisihan dengan Raja Perancis Philip IV.

Pada 1303 para musuh Paus Bonifasius VIII bersekutu dan mengeluarkan klaim bahwa pemegang kekuasaan Takhta Suci tidak sah. Hampir semua kardinal dan uskup berkolaborasi menggulingkan Paus Bonifasius VIII, kecuali Kardinal- Uskup Ostia-Velletri. Boccasini tetap menunjukkan loyalitasnya pada Bapa Suci dengan berjuang membelanya mati-matian dari kekejaman William Nogaret dan Sciarra Colonna.

Rekonsiliator Gereja
Pertikaian terbuka antara Takhta Suci dengan William Nogaret dan Sciarra Colonna membuat kesehatan Paus Bonifasius VIII kian lemah. Bapa Suci akhirnya wafat pada 11 Oktober 1303. Lalu pada 22 Oktober 1303, Boccasini terpilih menjadi penggantinya. Ia menduduki takhtanya pada 27 Oktober 1303, dan memilih nama Benediktus XI.

Langkah pertama yang ditempuh Paus baru ialah membuka pintu rekonsiliasi. Ia ingin memulihkan hubungan baik antara Takhta Suci dengan raja dan jajaran pimpinan sipil Perancis. Niat Bapa Suci disambut baik oleh Raja Philip IV, yang kemudian mengirimkan tiga duta besarnya dan menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Kardinal Boccasini sebagai Paus. Bahkan, Raja Philip IV secara sukarela menawarkan bantuan bagi Takhta Suci jika mengalami kesulitan, baik dalam Gereja maupun pemerintahan sipil. Maka Bapa Suci pun merestorasi relasi Takhta Suci dengan Perancis. Ia mencabut banyak hukuman atas Raja Perancis yang dijatuhkan oleh pendahulunya Paus Bonifasius VIII. Selain itu, ia melunturkan indulgensi atas segala kesalahan Raja Philip IV di masa lalu.

Usaha rekonsiliasi itu juga dilakukan untuk memperbaiki hubungan Takhta Suci dengan para Kardinal pengikut Sciarra Colonna. Paus Benediktus XI memaafkan para kardinal yang sebelumnya memusuhi Paus Bonifasius VIII. Namun, Bapa Suci tetap membela dan memegang teguh martabat dan kuasa Takhta St Petrus, serta menghormati mendiang pendahulunya. Meski telah dimaafkan, martabat kekardinalan para pangeran Gereja di Colonna itu tidak ia restorasi. Lalu William Nogaret dan Sciarra Colonna serta semua pengikutnya yang tak mau berpihak pada Takhta Suci, diancam hukuman ekskomunikasi. Mereka justru dipanggil untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hadapan Pengadilan Tribunal Kepausan.

Wafat Mendadak
Langkah-langkah tegas Paus Benediktus XI itu tetap meninggalkan kemelut antara Takhta Suci dengan William Nogaret dan Sciarra Colonna. Di tengah pertikaian yang terus memanas, tiba-tiba terdengar kabar bahwa Bapa Suci telah mangkat. Paus Benediktus XI wafat secara mendadak di Perugia, Italia, pada 7 Juli 1304. Jasadnya dimakamkan di Basilika San Domenico, Perugia.

Paus Benediktus XI hanya bertakhta selama delapan bulan lebih. Kematiannya yang amat mendadak dan tanpa sebab yang jelas ditengarai sebagai imbas perselisihannya dengan William Nogaret dan Sciarra Colonna. Konon banyak orang meyakini, ia diracun oleh antek-antek William Nogaret secara diam-diam karena keteguhannya membela martabat dan kuasa Takhta Suci serta nama baik almarhum Paus Bonifasius VIII.

Selama delapan bulan bertakhta, Paus Benediktus XI sempat mengangkat dua orang kardinal Dominikan, yakni Kardinal Niccolo Alberti OP pada 18 Desember 1303 dan Kardinal Walter Winterburn OP pada 19 Februari 1304. Sebagai anggota OP, ia rajin menuliskan khotbah-khotbahnya hingga terkumpul satu volume kumpulan khotbah dan komentar atas berbagai perikop Kitab Suci. Gereja mewarisi kumpulan refleksinya ini yang bersumber pada beberapa kitab, seperti Mazmur, Ayub, Injil Matius, dan Wahyu.

Hidupnya yang saleh dan kegigihannya memperjuangkan nama baik Takhta Suci merupakan keutamaan yang patut dikenangkan. Bahkan, ia harus menemui ajal karena menegakkan legitimasi Gereja pada masanya. Paus Klemens XII (1730- 1740) menggelarinya Beato pada 24 April 1736.

R.B.E. Agung Nugroho

HIDUP NO.20, 18 Mei 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here