Indonesia, Tuan Rumah AYD 2017

96
AYD 2017: Delegasi Indonesia bersama Salib AYD, di Seosan, Korea Selatan.
[HIDUP/Stefanus P. Elu]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Bendera Merah Putih mengangkasa di Haemi Castel, Seosan, Korea Selatan. “Indonesia akan menjadi tuan rumah AYD 2017.” Pengumuman ini disambut tepuk tangan dan sorak riuh orang muda Katolik dari penjuru Asia.

Pada penghujung perayaan Ekaristi yang dipimpin Paus Fransiskus, Minggu, 17/8, Ketua Komisi Kepemudaan Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC) Mgr Joel Z. Baylon, mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Youth Day (AYD) 2017. Pengumuman itu langsung di sambut meriah semua peserta AYD 2014 dan umat yang memadati pelataran bagian dalam Haemi Castel.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo, Ketua Komisi Kepemudaan KWI Mgr John Philip Saklil, serta Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI RD Yohanes Dwi Harsanto segera naik ke panggung. Mgr John Philip Saklil menerima Salib AYD. Tepuk tangan dan pekikan riuh kembali menggema.

Ketika tepuk tangan belum berhenti, beberapa orang muda yang memakai aneka pakaian adat khas Indonesia berlari-lari kecil dari tengah-tengah peserta AYD 2014 menuju panggung. Dua bendera Merah Putih mengangkasa di ujung tongkat yang dibawa kontingen Indonesia. Sementara di layar-layar screen tampak cuplikan gambar panorama alam Indonesia: sa wah, laut, juga gunung. Delegasi Indonesia menggelar upacara sederhana di panggung. Mereka memperingati hari Kemerdekaan RI di atas panggung AYD.

Makna perjumpaan
Pengumuman Indonesia menjadi tuan rumah AYD yang ketujuh pada 2017 kelak, menyudahi rangkaian kegiatan AYD di Daejeon. Selama di Daejeon, kontingen Indonesia berjumpa dengan orang muda Katolik dari berbagai negara di Asia. Mereka saling berbagi kisah dan pergumulan iman.

Perwakilan Indonesia yang terlibat dalam Panitia AYD 2014, Angela Ratna Hadi kusumah merasakan perjumpaan yang merekam kesan mendalam. Ia bertekad, kesan itu tak hanya diam dalam cerita, namun diaktualisasikan dalam karya nyata. Segala kisah yang terjadi selama AYD ini sangat membantu orang muda Katolik merefkesikan imannya. Ia juga akan menjadi suntikan semangat untuk semakin terlibat dalam hidup menggereja.

Keyakinan umat Paroki St Alfonsus Redriguez Pademangan, Jakarta Utara, ini dilandaskan pengalaman selama mendampingi kontingen Indonesia di Korea Selatan. “Saya melihat, teman-teman muda Katolik di Indonesia sangat menikmati AYD. Mulai dari proses live in hingga puncak acara. Mereka berjumpa dan bergaul dengan orang muda dari berbagai negara. Saya berharap, pengalaman inilah yang mereka bawa pulang dan mempersiapkan diri untuk AYD 2017 nanti,” ujar Ratna.

Hal serupa diungkapkan Ketua Delegasi Indonesia, Gerard Thema. Ia merasa, pengalaman perjumpaan selama AYD sangat membantu untuk mempersiapkan AYD 2017 di Indonesia. Gerard bertekad akan membantu menyosialisasikan AYD 2017. Tetapi, menurut Gerard, hal penting yang harus dilakukan para peserta AYD 2014 adalah berbagi pengalaman iman dengan sesama orang muda.

Sementara Mgr Suharyo melayangkan selumbar pesan: semua pengalaman yang sudah diperoleh, mulai dari masa persiapan sampai dengan AYD selesai, harus terus dijaga dan dikembangkan. “Kebiasaan mendalami iman Katolik harus menjadi kebiasaan yang di lakukan setiap saat,” ujarnya.

Indonesia bisa
Kepastian tempat dan waktu penyelenggaraan AYD 2017, menurut Mgr John Philip Saklil, baru akan diputuskan dalam Sidang Tahunan Uskup, November mendatang. “Setelah ada kepastian tempat dan tanggal, informasi akan segera kita teruskan ke delegasi dari negara-negara di Asia,” katanya. Meski demikian, Mgr John Philip Saklil optimis, Gereja Katolik Indonesia mampu menggelar perhelatan akbar orang muda Katolik se- Asia ini. Keyakinan Uskup Timika ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak orang muda Katolik Indonesia yang terlibat dalam gelaran World Youth Day, Asian Youth Day, dan Indonesian Youth Day. “Kita punya ba nyak orang muda yang tidak diragukan kemampuannya untuk menyelenggarakan AYD. Mereka sudah punya pengalaman yang bisa digunakan dan ikut terlibat sebagai volunteer dalam pelaksanaan AYD di Indonesia nanti,” imbuh Mgr John Philip Saklil.

Sementara Romo Santo menilai, kepercayaan yang diberikan kepada Gereja Katolik Indonesia ini mengandung pesan bahwa Gereja Katolik Indonesia harus mulai mempersiapkan serta mendukung tumbuh kembang iman anak muda, dari tingkat paroki sampai keuskupan. Sembari mempersiapkan AYD 2017 yang tinggal dua tahun lagi, Romo Santo mengusulkan agar ada orang-orang yang ditugaskan secara penuh dalam bidang kerasulan untuk orang muda. “Saya merindukan ada orang-orang yang memang bekerja secara penuh untuk orang muda, seperti di Singa pura, Filipina, dan beberapa negara lain. Ada orang khusus dan berkarya penuh menangani kerasulan orang muda,” harap imam Keuskupan Agung Semarang ini.

Selama ini, lanjut Romo Santo, Komisi Kepemudaan KWI masih mengan dalkan para sukarelawan. Mereka memang terus berkarya serta sangat membantu kerasulan untuk orang muda. “Namun, alangkah lebih bagus, kalau ada orang yang secara penuh bekerja untuk mendampingi orang muda. Mereka bisa dibekali dengan kursus-kursus atau mungkin bisa menempuh pendidikan khusus pendampingan orang muda Katolik,” ujarnya.

Romo Santo berpesan, agar orang muda Katolik Indonesia tidak menunggu sampai tanggal penyelenggaraan AYD 2017. “Mulai sekarang, mulailah proaktif untuk menyumbangkan ide dan gagasan, sehingga persiapan kita sebagai tuan rumah AYD 2017 dapat terencana dengan matang!”

Stefanus P. Elu (Seosan, Korea Selatan)

HIDUP NO.36, 7 September 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here