Damai di Bumi

679
4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Tahun lalu di bulan Desember, saya menerima kartu Natal bergambar alam yang berselimutkan salju, dengan tulisan, “Peace on Earth”. Pesan singkat itu mengingatkan kita, bahwa merayakan Natal, setiap orang dipanggil untuk mengalami dan menebarkan damai di bumi, di mana kita menjalani kehidupan.

Apa sesungguhnya arti damai? Kalau menurut gambar kartu Natal, damai berarti, menyusuri jalan setapak sambil menikmati salju yang turun di atas persada bumi, serta merasakan kelembutan dinginnya salju menyentuh kulit di wajah. Lalu, apakah kita tidak dapat mengalami damai, jika dunia di sekitar kita penuh dengan kekacauan dan keributan? Sesungguhnya, damai sejati itu lebih dari sekadar tanpa kekacauan dan keributan. Damai sejati ada di dalam hati kita, di dalam diri kita sendiri

Dalam Injil Lukas 2:11,14 dikatakan: “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud. Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepadaNya.” Para malaikat menyampaikan damai sejahtera kepada para gembala, setelah mewartakan peristiwa sukacita yakni kelahiran Sang Juru Selamat.

Jadi damai itu merupakan hadiah yang diberikan Allah Bapa kepada kita, melalui dan di dalam Putra-Nya Yesus Kristus yang lahir ke bumi. Allah Bapa mengutus Yesus Putra-Nya, untuk tinggal di antara kita dan di hati kita. Maka, Perayaan Natal merupakan sebuah perayaan kehadiran Allah melalui Putra-Nya, untuk membawa damai sejahtera di dalam kehidupan umat manusia. Jika kita percaya, bahwa Allah selalu beserta kita, maka kita akan mengalami damai, meskipun ada persoalan, kesedihan, kesulitan di dalam kehidupan. Itulah yang disebut damai di dalam iman. Apakah kita percaya dan menyadari, serta mau menerima penyertaan-Nya yang membawa damai di dalam kehidupan kita?

Damai di dalam iman merupakan buah dari relasi pribadi kita dengan Yesus, Sang Immanuel Sumber Perdamaian. Kita hanya mampu mengalami damai, dan menebarkan damai itu kepada sesama umat manusia, ketika kita telah lebih dahulu menerima damai penyertaan Allah melalui Putra-Nya, yang lahir ke bumi sebagai Penyelamat umat manusia dari kuasa dosa. Damai yang telah kita terima akan mengalir ke dalam kehidupan harian kita, di dalam kehidupan keluarga, komunitas, masyarakat, dan bangsa.

Mengalami dan menebarkan damai di tengah kehidupan sebagai bangsa Indonesia menjadi tantangan tersendiri, karena kita memiliki beragam agama, suku, bahasa, pulau. Masih ada kelompok tertentu, yang demi kepentingan kekuasaan dan kepentingan kelompoknya, menggunakan keberagaman bangsa kita, khususnya keberagaman agama, menjadi alat pemecah belah kesatuan kita sebagai bangsa. Keberagaman menjadi dinding dan penghalang, yang memenjarakan kita di dalam kebencian, ketakutan serta prasangka.

Dokumen yang ditandatangani secara bersama oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Syekh Ahmad Al-Tayyeb di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019, mengajak kita hidup saling memahami dan bertolerandi dalam keberagaman. Bahwa keberagaman dikehendaki oleh Allah dan yang menolak adanya keberagaman berarti menolak kehendak Allah. Kerja sama yang dilakukan oleh Paus dan Iman Besar menjadi teladan bagi kita, meskipun kita berbeda latar belakang agama, budaya, namun kita dapat hidup berdampingan dalam damai sebagai saudara saudari. Selamat Natal, damai di bumi.

Bavo Benedictus Samosir, OCSO

HIDUP NO.52 2019, 29 Desember 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here