GEMA INJIL DI TAHUN KERAHIMAN

111
Paus Fransiskus berdoa di depan lukisan Kerahiman Allah.
Rate this post

HIDUPKATOLIK.comBapa Suci mengajak umat agar makin mencintai Kitab Suci sebagai sumber hidup manusia. Pesan Kitab Suci dapat membantu orang mengalami rahmat Tuhan.

Paus Fransiskus berpesan kepada seluruh umat untuk benar-benar mencintai Kitab Suci, sumber kekuatan rohani. Ajakan ini disampaikan dalam Misa Pesta Kerahiman Allah di Lapangan St Petrus Vatikan, Minggu, 3/4.

Dalam Misa ini, Paus merefleksikan Injil sebagai rahmat bagi orang beriman. Menurutnya, apa yang dilakukan Yesus dan para rasul masih terus berlangsung hingga kini. Pesta Kerahiman Allah menjadi momen istimewa karena seluruh umat berhak memperoleh rahmat. Paus mengajak umat terus memohon kerahiman Allah seperti dalam Kitab Suci. Tahun Kerahiman Allah adalah ekspresi iman bahwa Yesus merupakan “wajah” belas kasih Bapa.

Kekuatan Injil
Menurut Bapa Suci, Injil adalah kekuatan dari Allah. Membaca dan merenungkan Sabda Allah membuat orang Kristiani memperoleh rahmat kekuatan. Karena itulah, para rasul bisa memberitakan Injil dengan sukacita kepada siapapun. Apa yang diwartakan dalam Injil adalah perjalanan Yesus dari lahir hingga wafat di kayu salib. Maka membaca dan merenungkan Injil tidak lain adalah sebuah usaha untuk dekat dengan hidup Yesus.

Injil adalah sarana pengampunan. Paus mengakui bahwa di dunia ini masih banyak orang yang tidak percaya. Apa yang dituliskan dan direfleksikan dalam Kitab Suci, tak seutuhnya dilaksanakan manusia. Tindakan-tindakan ini persis seperti apa yang dilakukan Thomas. Orang tidak percaya karena tak ada bukti. Tapi Thomas kembali memperoleh pengampunan saat Yesus menampakkan diri kepadanya. “Injil merupakan sarana keselamatan, tapi masih banyak orang seperti Thomas yang melihat dulu, baru percaya,” katanya seperti dirilis CNA 3/4.

Karena Injil adalah rahmat, tindakantindakan para Rasul adalah tindakan cinta kasih. Tindakan itu menjadi kewajiban mutlak semua orang Kristiani. Tiap orang dipanggil untuk berbuat kasih kepada sesamanya. “Dengan cara sederhana tapi penuh cinta, bahkan ketika tak terlihat, kita bisa menemani sesama yang membutuhkan, membawa kelembutan dan penghiburan Allah,” ujar Bapa Suci.

Pintu Rahmat
Paus mencatat, selain berbicara tentang tanda-tanda yang dilakukan Yesus, Injil juga menyajikan kontras antara rasa takut para murid yang berkumpul di balik pintu tertutup, dan misi Yesus yang mengutus mereka mewartakan kabar sukacita kepada seluruh dunia. Menurut Bapa Suci, inilah sebuah tindakan dan perintah yang kontras dengan keinginan para murid. Ketika Yesus meninggalkan mereka, hati para murid tertutup dan Yesus memberi tugas yang tak mudah kepada mereka.

Tapi panggilan Yesus, kata Paus, adalah tindakan membebaskan manusia untuk keluar dari rasa takut. “Dengan kebangkitan-Nya,Yesus telah mengatasi rasa takut yang selama ini memenjarakan kita. Yesus ingin membuka pintu agar terbuka bagi semua orang,” ujarnya.

Rahmat akan membebaskan manusia dari belenggu dosa, membuat yang takut menjadi berani memberi kesaksian tentang Yesus. Maka untuk menjadi Rasul berarti harus menyentuh dan menangkap luka yang saat ini menimpa tubuh dan jiwa sesama. “Inilah misi menjadi Rasul di zaman modern,” tegasnya.

Dengan melakukan hal itu, damai sejahtera yang ditawarkan Yesus kepada murid-murid-Nya akan tertanam di hati manusia. Kedamaian yang ditawarkan Yesus bukan sekadar negosiasi perdamaian agar tak ada konflik, tapi membuat manusia merasa dicintai Tuhan. Menjadi pembawa damai adalah misi orang-orang yang beriman kepada kebangkitan Kristus.

Yusti H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here