GERAKAN SILIH EKOLOGIS KAJ

358
Logo Gerakan Silih Ekologis.
[Dok. KAJ]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.comMereka yang naik pesawat bisa membayar Rp 10 ribu per jam terbang sebagai silih ekologis. Bentuk pertobatan ekologis yang digalang Keuskupan Agung Jakarta.

PADA Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni lalu, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mencanangkan sebuah gerakan bersama yang disebut gerakan Silih Ekologis (Sileko). Dalam gerakan ini, umat diajak menyisihkan sebagian uang untuk mengganti emisi karbon yang ditimbulkan karena perjalanan yang dilakukan, khususnya perjalanan dengan pesawat. Uang yang disisihkan itulah yang nantinya dimanfaatkan untuk memelihara bumi.

Dalam booklet Sileko yang bisa diunduh dari website KAJ, www.kaj.or.id dijelaskan, selama ini Gereja sudah melakukan banyak hal. Misalnya, gerakan menanam pohon, memilah dan mengolah sampah, gerakan “pantikfoam” (pantang plastik dan styrofoam), dan macam-macam. Yang belum dilakukan adalah gerakan silih atas apa yang sudah dilakukan. Umat Katolik mesti membangun kesadaran bahwa tiap-tiap kita juga ikut melakukan hutang dan dosa ekologis, karena itu, perlu melakukan pertobatan ekologis.

Mengapa hanya (atau “baru”) mereka yang melakukan perjalanan naik pesawat yang diajak melakukan silih? Semua orang yang melakukan perjalanan memakai bahan bakar fosil (bensin, solar, avtur) bisa melakukan silih ekologis. Tetapi untuk saat ini yang dianjurkan sebagai langkah pertama adalah mereka yang melakukan perjalanan naik pesawat. Mereka diminta menyisihkan sebagian uang sebagai ganti emisi karbon. Jumlahnya boleh ditentukan sendiri, meski dalam hitungan kasar kira-kira Rp 10.000,- per jam terbang. Semakin lama terbangnya, semakin banyak yang disisihkan. Uang yang disisihkan sebagai silih ekologis inilah yang akan diwujudkan dalam penanaman dan pemeliharaan pohon serta pengembangan kebun-kebun KAJ.

KAJ sudah menyediakan setidaknya dua bidang tanah untuk dijadikan wujud pertobatan. Pertama, Kebun Darling (Sadar Lingkungan) di Paroki St. Barnabas Pamulang, Tangerang Selatan. Kedua, Kebun Bumi Kahuripan di Paroki St. Helena Curug Karawaci, Tangerang. Masing-masing luasnya sekitar 1,1 ha. Selama ini, penanaman pohon dan pengelolaannya untuk edukasi ekologis bagi umat maupun masyarakat. Gerakan Sileko akan memanfaatkan dua lahan ini. Masih ada dua sampai tiga bidang tanah lagi yang sedang dijajaki untuk digarap.

“Yang mau dicapai dari gerakan ini adalah, terasahnya nurani ekologis umat KAJ dan memberi inspirasi bahwa kita perlu memberi silih atas dampak ekologi yang merusak,” kata Koordinator Gerakan Sileko, Romo Andang L. Binawan SJ. Sampai sekarang, lanjutnya dana silih yang terkumpul sudah mencapai Rp 30 juta.

Stefanus P. Elu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here