ROMO KAJ BELAJAR DARI AGAMA LAIN

346
JS. Liem Liliany Lontoh menjelaskan tujuan hidup manusia dalam agama Konghucu.
[HIDUP/Marchella A. Vieba]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.comPara imam diosesan KAJ mendengarkan “sharing” dari tokoh-tokoh agama lain. Berpikir dengan cara pandang agama lain bisa membantu mewujudkan Indonesia damai.

IMAM-imam diosesan yang tergabung dalam UNIO Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengikuti program On Going Formation (OGF) di Wisma Samadi Klender. Acara yang berlangsung selama tiga hari, Senin-Rabu, 18-20/7 ini merupakan acara rutin yang diadakan dua kali dalam satu tahun. Romo Charles Agustino menjelaskan, OGF kali ini mengangkat tema “Membangun Indonesia Menjadi Semakin Adil dan Beradab”. Tema ini mengacu kepada Arah Dasar KAJ. Tema tersebut direfleksikan bersama dengan menghadirkan beberapa tokoh lintas agama, agar para imam dapat bertukar pikiran dan cara pandang dengan tokoh agama lain sehingga sama-sama mewujudkan Indonesia yang damai.

Tokoh Parisada Hindu DKI Jakarta Nengah Dharma menjelaskan, Om Swatiastu merupakan komunikasi awal dalam Hindu. Om Swastiastu adalah salam kasih yang diucapkan bila bertemu dengan orang lain, sekaligus doa bagi lawan bicara agar orang tersebut selalu diberkahi TuhanYang Mahaesa. Katanya, ada tiga konsep ajaran Hindu, yaitu Trikarya Parisuda, Trinita Karana, dan Dea Kala Patra. Tiga konsep itu mengakar kepada sebuah hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam. Senada dengan itu, Ketua Matakin DKI Jakarta JS. Liem Liliany Lontoh menjelaskan tujuan hidup Konghucu. Konghucu atau Kong Jiao memiliki tujuan hidup yaitu menciptakan hubungan Allah dengan manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo yang ikut dalam sesi refleksi bersama ini berharap agar para romo semakin terpacu mewujudkan pelayanan yang maksimal. “OGF ini adalah wujud dari quest of the best, yaitu berusaha memberikan yang terbaik dari pelayanan kita,” tutur Mgr Suharyo.

Mgr Suharyo juga melihat bahwa pertemuan dengan tokoh-tokoh lintas agama dengan para imam ini bisa menambah wawasan. Menurutnya, para romo mesti sadar bahwa mereka perlu membangun cara berpikir bukan hanya dari cara berpikir pastor Katolik, tapi juga cara berpikir pimpinan agama lain. “Semoga bukan hanya pengetahuan yang berkembang, tetapi hubungan pribadi bisa saling mengenal dengan baik.”

Direktur Wisma Samadi Klender Romo Thomas Ulun Ismoyo mengatakan, OGF sangat bermanfaat supaya para imam senantiasa memiliki bekal, baik dari segi afektif maupun kognitif, mewujudkan pastoral yang dapat merangkul semua. “Mudah-mudahan ada rekomendasi yang bisa menginspirasi kami dalam pelayanan.”

Marchella A. Vieba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here