KULTUR JUGA AKAR KORUPSI

225
Mgr Agustinus Agus dan Mgr Pius Riana Prapdi dalam pleno Sidang Tahunan KWI Hari Kedua. (HIDUP/Christophorus Marimin)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, menyebut, secara umum ada dua penyebab korupsi. Pertama, corruption out of need; korupsi karena desakan kebutuhan. Kedua corruption out of greed; korupsi karena mental keserakahan. (Baca-Ignasius Jonan; Jaga Moralitas )

Namun, Romo Edy Purwanto, Sekretaris Eksekutif Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) menyebut ‘Kultur’ juga menjadi sebab korupsi. Karena itu, dalam Hari Studi kedua Sidang Tahunan KWI, para uskup menggelar diskusi kelompok berdasarkan Regio Grejawi. “Ini mempermudah para Bapa Uskup untuk melihat dan mendeskripsikan akar penyebab akar-akar korupsi sesuai dengan kultur dan masyarakat di regio masing-masing,” urai Romo Edy.

Para uskup terbagi ke dalam lima Regio Grejawi, yaitu Regio Sumatra, Regio Kalimantan, Regio Mampu (Makassar, Ambon, Manado dan Papua), Regio Nusra (Nusa Tenggara) dan Regio Jawa. Diskusi kelompok berkisar pada tiga pokok. Pertama, soal akar dan penyebab terjadinya korupsi dalam masyarakat dan lembaga Gereja. Kedua, peluang dan kondisi yang menyebabkan terjadinya korupsi dan ketiga, pola-pola terjadinya korupsi.

Hasil diskusi kelompok kemudian dipresentasikan dalam rapat pleno. Secara umum, penyebab, peluang dan pola korupsi ada kesamaan. Namun ada banyak pola korupsi yang berbeda antara satu regio dengan regio lainnya. Regio Nusra misalnya, memasukan ‘gengsi’ sebagai salah satu penyebab korupsi.

Beberapa uskup menanyakan maksud soal ‘gengsi’ ini kepada para uskup Regio Nusra. Uskup Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota menjelaskan, gengsi, membuat gaya hidup menjadi glamor dan harus sesuai status sosialnya. Misal saat seorang pejabat membuat pesta, ia akan membuat pesta yang megah untuk menunjukan status sosialnya sebagai pejabat. “Ini membuat orang korup untuk memenuhi gengsinya,” urai Mgr Sensi.

Regio Jawa menyoroti budaya ‘Ewuh pekewuh’. Budaya ini membuat seseorang menjadi sungkan, tidak enak menegur. Regio Jawa mencatat, budaya ini menjadi bentuk pembiaran atas kejahatan korupsi karena sungkan dan membuat fungsi pengawasan menjadi mandul.

Mgr Ignatius Suharyo dan Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC. (HIDUP/Christophorus Marimin)
Mgr Ignatius Suharyo dan Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC. (HIDUP/Christophorus Marimin)

Regio Mampu menyebut kultur sistem sosial yang berdasar pada kedekatan kekeluargaan menjadi penyebab korupsi. Kedekatan hubungan keluarga dalam masyarakat memberi peluang terjadinya korupsi.

Setiap Regio Grejawi, kata Romo Edy, memiliki kekhasan budaya dan sistem sosial. Melalui penggalian berbasis kultur seperti ini, lanjut Romo Edy, para uskup bisa mendapatkan gambaran utuh soal penyebab, peluang dan pola terjadinya korupsi.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here