PARA USKUP MENDALAMI KORUPSI

177
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com - Tiga hari para Uskup bergumul soal korupsi. Diharapkan tumbuh semakin banyak gerakan-gerakan anti korupsi dalam Gereja Katolik.

SIDANG tahunan para Uskup Indonesia kali ini menjadi pengalaman perdana bagi Mgr Henricus Pidyarto Gunawan OCarm. Setelah menerima Tahbisan Episkopal pada 3 September lalu, Uskup Malang itu masuk ke dalam collegium episcopalis. Setidaknya dua kali imam kelahiran Malang, 13 Juli 1955 ini menuai tepuk tangan dari para koleganya. Pertama, saat Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunyamin OSC mempresensi peserta sidang, dan kedua, ketika Ketua KWI Mgr Ignatius Suharyo mengucapkan selamat datang dan bergabung kepada Guru Besar Kitab Suci Perjanjian Baru STF Widya Sasana Malang, Jawa Timur ini. “Semoga Mgr Pidyarto bisa menjadi pembaru dalam dinamika di KWI serta cepat merasa nyaman dan kerasan di antara kami.”

Pada kesempatan itu, Mgr Suharyo mengatakan bahwa sidang para Uskup kali ini dipimpin Mgr Anton. Ini merupakan pengalaman pertama bagi Uskup Bandung itu untuk memimpin sidang. “Mohon dimaklumi jika Mgr Anton ada kekeliruan saat menyebut nama para Bapa Uskup,” ungkap Mgr Suharyo disambut senyum Mgr Anton dan tepuk tangan para Uskup lain.

Bergumul
Sidang yang berlangsung Senin, 31/10, sampai Kamis, 10/11 ini, diisi dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah hari studi para Uskup selama tiga hari. Hari studi para Uskup tahun ini menggumuli tema “Membedah dan Mencegah Mentalitas serta Perilaku Koruptif”. Pada kesempatan itu hadir beberapa narasumber, seperti Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia RI Ignasius Jonan, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata, Koordinator Indonesian Corruption Watch Adna Topan Husodo, dan Justina Rostiawati serta Royani Ping dari Gerakan Ehem.

[nextpage title=”PARA USKUP MENDALAMI KORUPSI”]

Para Uskup Indonesia bersama Nunsius Apostolik untuk Indonesia, Ketua PGI, dan Dirjen Bimas Katolik.[HIDUP/Yanuari Marwanto]
Para Uskup Indonesia bersama Nunsius Apostolik untuk Indonesia, Ketua PGI, dan Dirjen Bimas Katolik.
[HIDUP/Yanuari Marwanto]
Soal pemilihan tema, kata Mgr Suharyo, beranjak dari persoalan korupsi yang kian marak dalam pemberitaan akhir-akhir ini. Dalam Nota Pastoral KWI 2004 berjudul “Keadaban Publik: Menuju Habitus Baru Bangsa”, korupsi ditempatkan sebagai masalah utama yang merusak keadaban publik di negeri ini. Karena itu, selain menambah pemahaman, Mgr Suharyo juga berharap, dengan membahas soal korupsi ini bisa menumbuhkan semakin banyak gerakan anti korupsi yang diprakarasai komunitas dalam Gereja Katolik.

Sekretaris Eksekutif dan Direktur KWI Romo Yohanes Rasul Edy Purwanto mengingatkan, topik korupsi bukan hal baru bagi para Uskup. Selain Nota Pastoral 2004, Surat Gembala Prapaskah 1993 dan 1997 juga sempat menyinggung persoalan pelik bangsa ini, yakni korupsi.

Sidang KWI tahun ini diikuti 36 Uskup. Beberapa diantaranya adalah Uskup Emeritus, seperti Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ, Mgr Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap, Mgr Blasius Pujoraharja, Mgr Gerulfus Kherubim Pareira SVD, dan Mgr Cosmas Michael Angkur OFM. Keuskupan yang lowong, seperti Keuskupan Agung Semarang, diwakili Administrator Diosesan Romo F. X. Sukendar Wignyosumarta.

Pembukaan sidang para Uskup juga dihadiri Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Henriette T. Hutabarat-Lebang, Dirjen Bimas Katolik Eusebius Binsasi, dan Nunsius Apostolik untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi.

Yanuari Marwanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here