Ikatan Solidaritas Kebangsaan Rakyat Indonesia Alami Kemunduran

96
Pemaparan materi oleh para narasumber. (HIDUP/A. Nendro Saputro)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – PEMERINTAHAN Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) genap berusia dua tahun pada 20 Oktober 2016 lalu. Cukup banyak pencapaian yang telah dilakukan oleh keduanya. Namun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada pula yang perlu diperbaiki. Salah satunya yang mencuat belakangan ini adalah persoalan kebangsaan, baik dalam hubungan kemasyarakatan, bernegara hingga kehidupan sosial. Setelah dua dekade pasca reformasi, persoalan ikatan dan solidaritas kebangsaan masyarakat Indonesia ternyata malah mengalami kemunduran. Merujuk pada permasalahan itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tergerak menyelenggarakan Talk Show Dialog Kebangsaan “Mengelola Keberagaman, Meneguhkan Ke-Indonesiaan” di Auditorium LIPI, Jakarta, Kamis, 8/12.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti mengungkapkan bahwa persoalan ikatan dan solidaritas kebangsaan yang mulai menurun belakangan ini patut dicermati dan dicari solusinya. Sebab, kebangsaan tidak lagi dibarengi hubungan sinergis antara entitas (identitas) lokal dan nasional yang saling menguatkan. “Di satu sisi entitas lokal menunjukkan eksistensinya sebagai bagian dari kekayaan bangsa. Di sisi lain, entitas nasional seringkali menunjukkan formalitas dan tafsir atas nama negara yang cenderung meminggirkan entitas lokal,” ungkapnya.

Sedangkan Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI, Syamsuddin Haris mengatakan bahwa kondisi kebangsaan ini berpengaruh pada soliditas internal sehingga menjadi tantangan berat dalam bangunan kebangsaan Indonesia yang plural. Pluralitas Indonesia ditandai oleh jumlah suku bangsa yang mencapai 1.300 suku bangsa dengan jumlah populasi yang sangat bervariasi. Selain keberagaman suku bangsa, Indonesia juga diwarnai oleh beragamnya bahasa dan agama. “Konflik kekerasan yang masih terjadi di Papua, konflik antar etnis berbasis SARA dan sikap diskriminatif terhadap agama dan suku tertentu tidak lepas dari kondisi pluralitas Indonesia sekaligus gambaran masih belum selesainya masalah kebangsaan Indonesia,” jelasnya.

Menyikapi kondisi keragaman bangsa dan persoalan kebangsaan di atas, LIPI melalui Kedeputian IPSK berupaya menyumbangkan pemikiran dan memberikan alternatif solusi dalam persoalan bangsa. Salah satunya lewat kegiatan yang masih dalam rangkaian HUT ke-50 LIPI, berupa Talk Show Dialog Kebangsaan “Mengelola Keberagaman, Meneguhkan Ke-Indonesiaan”. Dalam talk show ini panitia menghadirkan narasumber yaitu Komaruddin Hidayat (IAIN Syarif Hidayatullah), Yenny Wahid (Wahid Foundation), dan Syamsuddin Haris (Peneliti LIPI).

Kegiatan ini diadakan, diharapkan dapat mengidentifikasi perkembangan terakhir isu dan permasalahan keberagamaan dalam konteks kebangsaan Indonesia, mendiskusikan perkembangan terakhir permasalahan keberagaman dalam konteks kebangsaan Indonesia, dan mendiskusikan alternatif solusi dalam menghadapi berbagai permasalahan keberagaman dalam konteks kebangsaan Indonesia.

A. Nendro Saputro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here