PAROKI YAKOBUS GELAR NOVENA ST ANDREAS KIM TAEGON

673
Patung dan relikui St Andreas Kim Taegon dari Korea (HIDUP/Marcella A. Vieba)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – PAROKI St Yakobus Kelapa Gading akan menggelar Novena Kemartiran St Andreas Kim Taegon. Novena akan berlangsung selama sembilan kali, dimulai pada Jumat, 20 Januari 2017 dan berakhir pada September mendatang. Kegiatan berlangsung di Kapela St Andreas Kim Taegon, Jalan Puspa Gading Timur Blok H2 No.1, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Novena dimulai pada 19.00 WIB (hari biasa) atau 18.00 WIB (hari Sabtu dan Minggu).

Martir Korea

Santo Andreas Kim Tae Gon lahir pada 21 Agustus 1821, di Solmoe, Kabupaten Tangjin Gun. Ayahnya bernama Kim Je Jun dan ibunya, Ursula Ko. Pada 1828 keluarga ini pindah ke Kolbaemasil Namkokri, daerah Yongin Gun, Provinsi Kyungki.

Pada 1836 imam misionaris yang berkarya di Korea, Pastor Maubant memutuskan untuk mengirim tiga pemuda Korea ke Macau, Cina, untuk mempelajari peradaban Barat dan Katolik. Satu di antara pemuda itu adalah Kim Taegon. Dua lainnya adalah Choi Yang Up dan Choi Bang Je.

Selama belajar di Macau, ketiga pemuda ini juga sempat menimba ilmu di Filipina. Tahun 1838, Choi Bang Je meninggal dunia. Kim Taegon mempelajari teologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan Barat. Kim Taegon fasih berbahasa Inggris, Perancis, Spanyol, dan Cina.

Selesai studi, Kim ingin kembali ke negeri asalnya, Korea. Namun, keinginan itu tidak mudah direalisasikan. Beberapa kali ia mencoba menyeberangi perbatasan China-Korea, tetapi gagal. Tak kehilangan akal, Kim ke Mongolia dengan harapan dapat bertemu dengan utusan Korea yang datang ke Beijing. Akhirnya, ia berhasil bertemu dengan seorang Katolik Korea. Dari situ ia mengetahui bahwa semua umat Katolik Korea dikejar-kejar dan dibantai oleh Raja Korea, termasuk ayahnya.

Kim mendapat kabar bahwa ayahnya dibunuh karena merestuinya menjalani pendidikan di Macau. Sementara ibunya, Ursula Ko, menjadi pengemis. Beberapa penyiksaan memang sudah berakhir, tetapi orang-orang Katolik masih diliputi perasaan takut dan ngeri karena banyak umat Katolik Korea yang menjadi tawanan di penjara.

Mendengar hal ini, Kim benar-benar ingin masuk ke Korea, tetapi situasi di sana sangat tidak memungkinkannya untuk melewati perbatasan. Pada Januari 1845 ia berhasil tiba di Seoul seorang diri, tetapi ia tidak menemui ibunya yang telah menjadi miskin. Untuk mencegah bahaya ketahuan, ia kembali ke Cina dengan sebelas orang Katolik Korea memakai perahu kecil.

Dalam perjalanan panjang di lautan, perahu yang ditumpangi Kim dan rombongannya kerap diterjang angin topan. Makanan dibuang ke laut agar perahu menjadi ringan, hingga mereka tidak mempunyai makanan sedikit pun selama tiga hari tiga malam.

Kim memutuskan menjadi imam dan ditahbiskan pada 17 Agustus 1845 oleh Uskup Tituler Belline, Mgr Jean-Joseph-Jean-Baptiste Ferréol MEP. Tak lama setelah ditahbiskan Kim ditangkap di Pulau Sunwido. Hidup Kim Taegon berakhir pada usia 25 tahun. Kim Taegon dikum mati pada 15 September 1846 atas perintah langsung Raja Korea. Ia dipenggal dan kepalanya dipertontonkan di Sae Naem To pada 16 September 1846.

Kim Taegon adalah salah satu dari 103 martir Korea pada era pembantaian dan pengejaran umat Katolik Korea pada 1839 hingga 1867. Tahun 1984, Andreas Kim Taegon dikanonisasi  oleh Bapa Suci Yohanes Paulus II bertepatan dengan peringatan 200 Tahun Gereja Katolik di Korea.

Yanuari Marwanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here