Unpar Terus Berprestasi

102
Acara pemberian hadiah bagi pegawai dan dosen yang berprestasi
[HIDUP/Edward Wirawan]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com - Dengan modal nilai dan spiritualitas Kekatolikan, Universitas Parahyangan Bandung terus berkiprah dalam keberagaman dan selalu siap bersaing di level global.

GERBANG Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung tampak lengang. “Maklum Pak, masih liburan; hanya sedikit mahasiswa yang masuk,” ujar seorang petugas keamanan. Demikian juga di Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG), tempat berlangsungnya Misa Dies Natalis ke-62 Unpar. Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM memimpin perayaan syukur ini, didampingi Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC dan Romo Christophorus Tri Harsono.

Tema Dies Natalis tahun ini “Kebersamaan dalam Keberagaman”. Dalam khotbahnya, Mgr Anton menyerukan agar semua civitas Unpar menjunjung nilai luhur Unpar yang telah ditetapkan para pendiri: kemanusiaan, kasih, dan keberagaman. “Tidak menjunjung tinggi keberagaman adalah arogansi manusia, seakan manusia lebih bijaksana daripada Allah, Sang Khalik, yang menciptakan perbedaan,” katanya. Dalam keberagaman perlu ada aturan dan norma agar tercapai tujuan bersama. Aturan harus menciptakan harmoni bagaikan simfoni yang indah dari berbagai jenis alat musik.

Mgr Anton mengajak para peserta untuk merefleksikan perikop “Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat” (Mrk 2: 23-28). Orang Farisi bertanya kepada Yesus, mengapa murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat? Norma dan hukum dibuat untuk tujuan menyejahterakan, bukan mengorbankan manusia. “Yesus mengingatkan aturan dibuat untuk manusia; bukan manusia dikorbankan untuk aturan. Aturan harus mencerminkan belas kasih Allah.”

Sementara itu, Rektor Unpar Mangadar Situmorang dalam sambutannya memaparkan perkembangan Unpar selama setahun terakhir. Beberapa fakultas dan jurusan mengalami peningkatan akreditasi; demikian juga mutu dosen. Jumlah doktor di beberapa prodi di atas 75 persen. Tercatat ada 13 Guru Besar aktif. “Akreditasi penting, sebagai bentuk pengakuan kualitas.”

Namun akreditasi bukan satu-satunya, menurut Mangadar, semua kampus bisa mengejar akreditasi A. Nilai dan spiritualitas Unpar yang telah diletakkan para pendiri bertujuan mencetak mahasiswa yang mandiri bagi Gereja dan negara; inilah yang membedakan. Ia menekankan, tak ada pilihan lain kecuali kerja keras agar nilai kekatolikan Unpar bisa menerobos dunia. “Kita harus tegaskan komitmen kita sebagai universitas Katolik untuk mampu bersaing di level global.”

Tekad Mangadar tak berbunyi di ruang kosong. Pada 2016, sebanyak 48 artikel karya para dosen dari pelbagai disiplin ilmu berhasil terbit di jurnal internasional. Karya para dosen ini juga terbit dalam bentuk buku dan jurnal nasional.

Unpar sendiri telah mencetak mahasiswa-mahasiswi yang terus merajut prestasi nasional dan internasional, baik akademik maupun non akademik. Misal, paduan suara Unpar sering pentas di tingkat internasional. “Awal Januari, dua mahasiswi Unpar yang tergabung dalam organisasi pecinta alam Mahitala Unpar mencatatkan sejarah baru sebagai pendaki putri Indonesia pertama yang mencapai Vinson Massif, puncak tertinggi di Kutub Selatan.”

Dwiwahju Sasongko, Ketua Majelis Akreditasi BAN-PT mendukung Unpar untuk semakin kompetitif. Dalam Orasio Dies, Song–sapaannya– menyebut Unpar memiliki segala syarat untuk terus maju. “Banyak alumni Unpar yang berkarya di dunia internasional, dan saya kira itu menjadi sebuah cambuk untuk terus maju,” kata Song. Usai acara, panitia menggelar pemberian hadiah bagi para pegawai dan dosen berprestasi.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here