Emas Paroki Pasar Minggu

578
Sarasehan sejarah perkembangan Paroki Pasar Minggu.
[Dok. Panitia]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com - Setengah abad berziarah, Paroki Pasar Minggu bersyukur dan belajar dari sejarah. Sejarah menjadi gudang rohani dan kebijaksanaan.

TAHUN 1950-an daerah sekitar Pasar Minggu, Jakarta Selatan tidaklah seramai saat ini. Kendaraan bermotor tak sebanyak seperti sekarang. Becak masih menjadi moda transportasi primadona kala itu. Para pedagang pasar masih terlihat memikul dan menggendong aneka dagangan melewati jalan yang kini menjadi Jalan Tanjung Barat Raya.

Pada tahun itulah, kecambah Gereja Katolik di Pasar Minggu mulai tumbuh. Beberapa umat sudah menetap di sana, salah satunya Alfonsus Gondosoemarto. Ia adalah staf di Djawatan Pertanian Rakyat Pusat atau Kementerian Pertanian ketika itu.

Pada 1952, atas keprihatinan Gondosoemarto, ia menawarkan rumah kontrakannya sebagai tempat berkumpul dan berdoa. Ia pun membuka lebar pintu rumahnya bila ingin di jadikan tempat Misa jika ada imam yang berkunjung.

Rumah Dinas
Pada 1960, Gondosoemarto memperoleh rumah dinas di Jalan Pertanian III Pasar Minggu. Kegiatan umat beralih ke rumah dinasnya. Begitu Gondosoemarto pensiun, rumah dinasnya dialihkan ke Ignatius Soemardi. Rumah itu masih diperbolehkan sebagai tempat ibadat atas izin Kepala Perkebunan, Soenardjo.

Tahun 1964, Uskup Agung Jakarta Mgr Adrianus Djajasepoetra SJ (1894-1979) menunjuk Romo St. Sutopanitra untuk melayani di Pasar Minggu. Pada 1 Februari 1967 di bentuk Badan Pengurus Gereja dan Papa Roma Katolik Gereja Keluarga Kudus Pasar Minggu.

[nextpage title=”Emas Paroki Pasar Minggu”]

Sarasehan sejarah perkembangan Paroki Pasar Minggu.[Dok. Panitia]
Sarasehan sejarah perkembangan Paroki Pasar Minggu.
[Dok. Panitia]
Pada 12 Februari tahun yang sama, Dominicus Moelyono menjadi umat pertama yang dibaptis di sana. Momen itu dijadikan hari lahir Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu. Sebelumnya, tiap baptisan di Pasar Minggu masih tercatat di dalam buku baptis Paroki Katedral St Maria Diangkat Ke Surga Jakarta.

Sepenggal kisah itu mengemuka dalam “Sarasehan Sejarah Perkembangan Paroki Pasar Minggu” di halaman Gereja Keluarga Kudus Pasar Minggu, Sabtu, 21/1. Sarasehan ini merupakan salah satu rangkaian acara ulang tahun ke-50 Paroki Pasar Minggu.

Ketua panitia HUT ke-50 Paroki Pasar Minggu Hyronimus Rowa mengungkapkan, sarasehan ini menjadi kesempatan untuk merefleksikan sejarah. “Para pelaku sejarah, kami berikan tempat khusus. Kami tak hanya bicara kini dan kedepan, namun juga mengingat perjalanan peziarahan Gereja pada masa lalu.”

Sarasehan sejarah Paroki ini, lanjutnya, menjadi saat perjumpaan para saksi sejarah Gereja Katolik di Pasar Minggu. Ini tidak saja bagi para imam yang sejak awal pernah bertugas di sini, namun juga umat Katolik yang pertama kali tinggal di daerah Pasar Minggu.

Hyronimus menilai, momen 50 tahun Paroki merupakan saat yang tepat bagi seluruh umat untuk bersyukur atas karunia iman. “Syukur 50 tahun dengan adanya Gereja Keluarga Kudus Pasar Minggu, bersyukur karena perkembangan umat dari waktu ke waktu,” katanya. Hadir sebagai pembicara dalam sarasehan ini diantaranya Romo Sutopanitra, Romo Martinus Hadiwijoyo, dan sejumlah tokoh umat perdana Pasar Minggu.

[nextpage title=”Emas Paroki Pasar Minggu”]

Peserta Fun Bike Orienteering menyambut HUT ke-50 Paroki Pasar Minggu.[Dok. Panitia]
Peserta Fun Bike Orienteering menyambut HUT ke-50 Paroki Pasar Minggu.
[Dok. Panitia]
Pada hari yang sama, Fun Bike Orienteering diadakan. Sejak pagi, sekitar 90 peserta bersiap dengan sepeda masing-masing di halaman gereja. Para peserta di bagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki sebuah misi untuk menemukan rumah umat sesuai dengan koordinat yang diberikan panitia. Mereka memakai aplikasi peta di telepon pintar masing-masing.

Seorang panitia, Felicia Dimar Trianggaraini mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk mengenalkan batas-batas wilayah Paroki Pasar Minggu kepada peserta. “Rumah yang mereka cari adalah rumah-rumah pengurus Lingkungan, Wilayah, atau pengurus Dewan Paroki, sehingga mereka mengenal mereka.”

Selain itu, pada Sabtu, 28/1, Paroki mengadakan Family Gathering untuk seluruh umat. Tiap umat berbaur dalam kelompok yang terdiri dari berbagai Wilayah dan Lingkungan yang berbeda.

Ajakan Syukur
Rentang waktu 50 tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal telah dilewati Paroki Pasar Minggu. Romo Yohanes Radityo Wisnu Wicaksono mengungkapkan, momen ini umat diajak untuk bersyukur atas rahmat serta penyertaan Tuhan.

Romo Rekan Paroki Pasar Minggu ini menambahkan, rasa syukur itu tidak untuk diri sendiri, tapi akan lebih berarti jika dibagikan kepada sesama. “Harapan saya, umat semakin rela berbagi, memberikan yang terbaik untuk sesama, entah berupa materi, doa, atau bahkan saling berbagi pengampunan.”

Umat mengikuti Family Gathering.[Dok. Panitia]
Umat mengikuti Family Gathering.
[Dok. Panitia]
Imam yang akrab disapa Romo Inung ini berharap, semakin banyak umat yang mandiri. Ia juga berharap umatnya semakin bersemangat untuk mengembangkan segala potensi dalam Paroki. “Dengan rasa syukur inilah kita bisa mewartakan kabar sukacita,” tandasnya. Sementara, Wakil Ketua Dewan Paroki Pasar Minggu, Heribertus Priyono Windiwinoto mengatakan, perayaan ini seiring sejalan dengan perayaan 210 tahun Keuskupan Agung Jakarta.

Perayaan pesta emas Paroki Pasar Minggu melibatkan seluruh umat, sehingga umat dapat merasakan kehidupan Gereja, sebab Gereja bisa berkembang karena dukungan umat. “Hal besar yang kita kedepankan dalam rangka 50 tahun Paroki ini fokus kepada pastoral keluarga.” Selama 50 tahun ini, imbuh Hyronimus, perkembangan umat sangat menggembirakan. Buktinya, Paroki ini bisa melahirkan Paroki baru, yakni Paroki Ratu Rosari Jagakarsa.

Rasa Syukur itu bermuara pada Misa Syukur Pesta Emas Paroki yang dipimpin Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, Minggu, 12/2. Pada kesempatan itu, Paroki memberikan sertifikat kepada para tokoh yang telah berjasa menetaskan Paroki Pasar Minggu.

Antonius E. Sugiyanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here