Renungan Rabu, 22 Februari 2017 : Takhta Suci

226
[ivehadanepiphany.blogspot.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com - Pesta Takhta St Petrus, Rasul; 1 Ptr 5:1-4; Mzm 23; Mat16:13-19

SETELAH mendengar para murid menyampaikan opini publik tentang diri-Nya, Yesus meminta jawaban murid-murid secara pribadi guna mempersiapkan mereka agar jangan salah mengenal diri-Nya. Simon atas nama teman-temannya menjawab benar, bukan karena ia pandai tetapi karena Allah berkenan kepadanya. Jawaban Simon mengenai Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup, bukan lahir dari pemahaman intelektual, melainkan dari pengakuan iman yang merupakan anugerah Allah.

Atas pengakuan iman itu, Simon memperoleh nama baru dan kepercayaan untuk menjalankan sebuah kekuasaan. Simon menjadi Petrus, Si Batu Karang, fondasi tempat Yesus mendirikan Jemaat-Nya, yaitu kawanan domba milik Allah, bukan milik Petrus dan teman-temannya. Pesan ini amat jelas, Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1 Ptr 5:3).

Takhta identik dengan kekuasaan. Orang yang bertakhta adalah orang yang memiliki kekuasaan. Yesus memberi kepercayaan kepada para rasul untuk menjalankan kekuasaan, bukan untuk menindas, menekan, dan mencari keuntungan diri. Rasul dipilih menjadi pemimpin yang memberi teladan, gembala yang membimbing, dan hamba yang melayani. Itulah takhta suci seorang rasul, yaitu kuasa untuk membuat dirinya dan semua orang dapat semakin melaksanakan kehendak Allah.

Maria Monica Meifung

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here