Pekerja dan Burung Dua Kepala

140
Mgr Suharyo memimpin Misa Buruh di Gereja St Agustinus, Karawaci. (HIDUP/Antonius E. Sugiyanto)
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – PADA suatu zaman hiduplah seekor burung yang berkepala dua. Satu di atas dan satu lagi di bawah. Setiap kali mencari makan, kepala yang di atas selalu mendapat makanan yang enak. Sedangkan kepala yang di bawah hanya mendapat sisa-sisa dari kepala yang di atas. Suatu hari kepala yang di bawah berkata kepada kepala yang di atas, “Kawan tolonglah kasih saya makanan yang pantas, jangan hanya sisa-sisa saja.”

Kepala yang di atas menjawab, “Kawan kita ini kan satu tubuh yang saya makan juga menjadi kehidupanmu, beginilah saja terus.” Kepala yang di bawah lalu berpikir perkataan itu ada benarnya.

Namun, lama kelamaan kepala di bawah merasa jengkel karena merasa jengkel. Ia meminta agar sesekali diberi makanan yang enak. Jawaban yang diberikan kepadanya pun sama, bahwa keduanya adalah satu tubuh.

Sampai akhirnya kepala yang di bawah marah. Setelah seruannya utuk meminta makanan yang enak tidak pernah didengarkan. Suatu hari kepala yang di bawah makan racun. Seketika tamatlah riwayat hidup burung berkepala dua itu.

Kisah  juga tergambar dalam relief di Candi Mendut Magelang, Jawa Tengah ini diceritakan oleh Mgr Ignatius Suharyo saat memimpin Misa peringatan Hari Buruh di Gereja St Agustinus Karawaci, 1/5. Mgr Suharyo mengungkapkan, relief itu menyatakan realitas kehidupan umat manusia dimanapun. “Ada ketidakadilan, yang makmur tambah makmur, yang susah tidak pernah menjadi baik.”

Ada semacam kontras, bahwa setiap pekerjaan adalah mulia dan luhur di lain pihak realitasnya yang berbeda. Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan dapat binasah, memainkan untuk makanan yang bisa bertahan sampai kepada hidup yang kekal. “Sabda Yesus ini adalah ajakan untuk menghadapi realitas yang sering kali tidak sesuai dengan yang kita harapakan, dengan kacamata keyakinan iman.”

Dengan ini, lanjut Mgr Suharyo, setiap pekerjaan dilakukan tidak sekedar untuk mencari nafkah. Pekerjaan dilakukan sebagai peran serta setiap orang dalam perutusan menebus dunia ini.

Antonius E. Sugiyanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here