Gema Pancasila dari Paroki St Cornelius Madiun

673
Romo Boedi Raden, Vicaris Episcopalis (Vikep) Kevikepan Wilayah Madiun. (Dok. Paroki St Cornelius Madiun).
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – DALAM memperingati perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Gereja Katolik St Cornelius Madiun yang ke-120 tahun, Paroki St Cornelius Madiun, Keuskupan Surabaya merayakan hari ulang tahun Gereja mereka dengan ikut menggemakan dan mengungkapkan kecintaan mereka kepada Pancasila.

Dalam momentum HUT ke-120 yang jatuh pada 28 Juli 2017 itu, mereka membuat lagu khusus untuk menggemakan Pancasila yang diciptakan Fery Andrika dan Romo Alphonsus Boedi Prasetijo dengan judul “Duc In Altum” atau “Bertolaklah Ke Tempat yang Tempat yang Lebih Dalam,” yang merupakan tema dari perayaan ulang tahun itu.

Pemilihan tema “Duc In Altum”, menurut Vicaris Episcopalis (Vikep) Kevikepan Wilayah Madiun Romo Boedi Raden ada kaitannya dengan pernyataan Paus Yohanes Paulus II ketika masih hidup. Tema itu sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini di mana berkembang luas mentalitas yang menguntungkan pribadi tanpa komitmen dan ketika dunia menghadapi berbagai kesulitan. Oleh karena itu, Paus Yohanes Paulus II menandaskan bahwa syarat utama untuk “Duc In Altum” adalah memelihara semangat doa yang mendalam tidak hanya bagi diri sendiri tetapi bagi semua bangsa tanpa memandang agamanya.

“Konteks Duc In Altum itu sebenarnya terkait dengan situasi Indonesia di masa kini. Mentalitas menguntungkan diri sendiri jelas terlihat di mana orang hidup tanpa komitmen ketika negara dan bangsa Indonesia berada dalam berbagai kesulitan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang sekarang terlihat, bangsa Indonesia harus mengawalinya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan yang memberikan Pancasila kepada bangsa Indonesia,” ungkap Romo Boedi Raden dari Madiun, Senin, 17/7.

Oleh karena itu, lanjut Romo Boedi Raden, adalah kewajiban Gereja Katolik dan umatnya di wilayah Kevikepan Madiun, untuk bangkit bersama-sama dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai luhur bangsa yang ada dalam Pancasila. Semua elemen bangsa yang hidup sekarang adalah pewaris yang bertanggung jawab kepada para pendiri bangsa atas terpelihara dan sekaligus tertanamnya nilai-nilai Pancasila terhadap generasi yang akan datang. Tidak ada motif lain bagi umat Katolik kecuali untuk tetap mempertahankan Pancasila dan sekaligus mendidik generasi mendatang yang kelak akan memimpin bangsa dan negara Indonesia.

“Uskup Pribumi Indonesia pertama dan sekaligus Pahlawan Nasional, Mgr Albertus Soegijapranata SJ telah memberi nilai yang harus dilaksanakan oleh umat Katolik Indonesia dalam kaitannya hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mgr Soegijapranata SJ telah mengajak umat Katolik Indonesia untuk memegang dua nilai utama, yakni 100 persen warga Katolik dan 100 persen warga negara Indonesia. Prinsip yang mengandung dua nilai itu tidak boleh dipisah-pisahkan dan harus menjadi kekuatan serta alasan bahwa umat Katolik Indonesia harus membela Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Sehingga adalah kewajiban umat Katolik seluruh Indonesia untuk membela negara,” tegas Romo Boedi Raden.

Lagu “Duc In Altum” yang secara khusus dipersembahkan bagi negara dan bangsa Indonesia ini.  Memiliki syair sebagai berikut:
Hidup Menggereja  / Jangan biasa-biasa saja /  Dewasa di dalam iman / Pelayanan dan missioner – Jadi Garam Dunia  / Bawa Terang bagi sesame / Menghibur yang berduka  / Tetap maju…tiada putus asa – Reff :  AYO “DUC IN ALTUM” /  APA ARTI DAN MAKNANYA? / BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG DALAM /  HIDUPLAH DALAM PERSEKUTUAN -  AYO “DUC IN ALTUM” / APA ARTI DAN MAKNANYA? / BANGUNLAH PERSEKUTUANMU / DALAM IMAN, HARAPAN DAN KASIH – Tuhan sangat cinta  / Pada Negeri Indonesia / Bersatu di dalam cinta  / Amalkanlah Pancasila -  Ingatlah selalu  / “Pro Ecclesia et Patria”! / Bagi Gereja dan Negara / Tuhan memberkati selamanya.

Romo Boedi Raden berharap akan muncul lagi ekspresi cinta kepada Pancasila yang datang dari umat kepercayaan lain. Dalam konteks ini, pada akhirnya bangsa Indonesia akan mencintai Pancasila melalui budaya yang bisa dilakukan dengan berbagai versi termasuk jika ada ungkapan cinta kepada Pancasila dengan menggunakan bahasa daerah misalnya Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Papua, Bahasa Dayak, Sulawesi dan lain-lain.

(ANS)
Laporan: Putut Prabantoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here