Menteri Agama Lukman Hakim: AYD 2017 Mengingatkan Kita Sesama Manusia sebagai Saudara

306
Menteri Agama Lukman Hakim memberikan sambutan dalam Pembukaan AYD 2017. (Dok. Panitia AYD 2017)
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – SETELAH Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr Robertus Rubiyatmoko dan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwana X memberikan sambutan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin diberi kesempatan memberikan sambutan dalam acara pembukaan AYD 2017 yang digelar Jogja Expo Centre (JEC), Janti Yogyakarta, Selasa, 2/8.

Di hadapan tiga ribu orang muda yang mengikuti acara pembukaan itu, Lukman Hakim menyatakan kegembiraannya karena dapat hadir di tengah-tengah orang muda Katolik se-ASIA yang mengikuti AYD. Atas nama pemerintah, ia mengucapkan selamat datang di Indonesia dan secara khusus di kota Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, Lukman Hakim juga mengapresiasi dan berterima kasih atas kepercayaan pimpinan Gereja Katolik dan Bapa Suci Paus Fransiskus yang telah menunjuk Indonesia sebagai tempat pelaksanaan AYD yang ketujuh.

Lewat AYD 2017 ini, Lukman Hakim juga dapat menangkap dan ikut merasakan kegembiraan yang ditunjukkan kaum muda Katolik dalam kegiatan AYD yang bisa mempromosikan budaya solidaritas di kalangan orang muda Katolik ASIA. Kehadiran peserta AYD menunjukkan komitmen solidaritas untuk membangun hidup bersama kemajemukan budaya RAS, negara dan agama. Semangat ini selaras dengan tema yang diusung yakni ‘Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia’, mewartakan kabar suci kabar sukacita di wilayah ASIA yang memiliki kemajemukan sebagai rahmat dari Tuhan.

“Satu tetapi sekaligus majemuk dan beraneka. Dalam fenomena yang unik itulah kita lahir tumbuh dan saling hidup bersama dengan sesama kita yang mungkin berbeda latar belakang asal-usul maupun kepercayaan, Kenyataan ini membuat kesadaran kita terbangun bahwa kita tidak punya pilihan lain kecuali menerima kehadiran sesama dengan segala keutuhan latar belakangnya menghormati pribadi dan kepercayaannya sehingga tidak ada lagi tempat bagi prasangka rasial atau agama. Penghayatan kita adalah bahwa sesama manusia merupakan saudara. Bahkan saya ingin menegaskan bahwa sesama kita hakikatnya adalah satu keluarga. Inilah yang seharusnya menjadi Ruh dalam persahabatan dengan siapa saja sehingga kita pun aktif menggaungkan kabar sukacita dan pesan solidaritas kepada sesama baik di dalam lingkungan terkecil di sekitar kita maupun di tingkat regional seperti yang kita semua tengah kita lakukan saat ini,” ungkap Lukman Hakim.

Menurut Menteri Agama, situasi kehidupan ASIA memiliki kesamaan dengan masyarakat Indonesia yang selama berabad-abad telah terbiasa hidup berdampingan dengan saudara sebangsanya yang berbeda suku budaya maupun agama. Sebagai bangsa yang menempatkan Pancasila sebagai dasar negara, masyarakat Indonesia selalu berupaya merawat dan memelihara kerukunan yang teraktualisasi ke dalam berbagai bentuk misalnya menghormati hari-hari besar agama lain, menjamin kebebasan beribadah, tidak terprovokasi untuk diadu domba dengan umat lain, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. “Kebiasaan-kebiasaan baik ini adalah warisan atau peninggalan para leluhur dan para pendiri bangsa ini untuk meniscayakan kerukunan bahkan jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka.”

Indonesia, lanjut Lukman Hakim memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang tersemat di kaki burung Garuda memberikan bukti bahwa Indonesia adalah bangsa yang memberi tempat istimewa untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai suku, budaya, adat-istiadat, bahasa, dan agama.

Kemudian menteri agama memberikan beberapa bukti contoh toleransi beragama di Indonesia dengan mengangkat situasi hidup di sekitar Candi Borobudur dan Prambanan yang berada di sekitar kota Yogyakarta. Di sekitar Yogyakarta, memang terdapat candi Borobudur sebagai lambang kebanggaan bangsa sekaligus tempat dimana tempat umat Budha merayakan hari raya keagamaannya yang dijaga baik oleh masyarakat sekitar yang mayoritas Muslim. Ada juga candi Prambanan yang digunakan umat Hindu sebagai tempat ibadah juga dijaga oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam. “Demikian pula kehidupan bersama antara umat Katolik dengan umat Muslim yang terbiasa saling menjaga bila salah satunya menjalankan ibadah keagamaan. Sungguh suatu harmoni damai yang kongkret yang tercipta dari keselarasan hati dan solidaritas persaudaraan sejati,” katanya.

Oleh karena itu, sebagai jejaring raksasa, dalam pertemuan tahunan AYD ini, Lukman Hakim berharap agar kenyataan hidup dan kebersamaan yang telah dibangun dapat menjadi sukacita yang layak disiarkan ke seluruh wilayah Indonesia maupun ke negara yang berbeda di ASIA. “Karena kekuatan orang muda selain semangatnya tentu juga adalah agen perubahan yang menjadikan peradaban dunia ini menjadi semakin baik,” tegas Menteri Agama.

Menteri Agama beserta Gubernur DI Yogyakarta dan Uskup KAS Mgr Rubiyatmoko menandai pembukaan AYD 2017. (Dok. Panitia AYD 2017)

Sebagai penutup, Lukman Hakim berharap agar para peserta AYD apabila setelah meninggalkan Indonesia dapat mengingat kesan yang baik. Semoga dengan rangkaian kegiatan AYD orang muda Katolik semakin memiliki kepribadian yang kuat dan memiliki keyakinan diri yang kokoh dan suara hati yang jernih, beriman teguh dan tangguh dalam hidup berdampingan berdialog dan berintegrasi dengan sesama yang berkeyakinan dan budaya yang berbeda. “Dan yang paling esensial adalah dapat memotivasi anda sekalian sebagai orang muda Katolik di Indonesia dan di ASIA pada khususnya dan pada umumnya dalam misi menebarkan nilai-nilai agama lewat dialog multikultural dan bekerjasama untuk keadilan sosial dan perdamaian. Sekali lagi selamat berkarya menebarkan benih-benih kebaikan di tempat anda masing-masing selamat menebarkan kasih kepada sesama dalam konteks ASIA yang majemuk,” tegasnya.

Seusai sambutan, Menteri Agama beserta Gubernur DI Yogyakarta dan Uskup KAS Mgr Rubiyatmoko menandai pembukaan AYD 2017 tersebut dengan memainkan alat musik otok-otok diikuti secara serempak oleh peserta AYD yang hadir.

Para peserta AYD 2017 ikut memainkan otok-otok sebagai penanda dibukanya AYD 2017. (Dok. Panitia AYD 2017)

A. Nendro Saputro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here