Film “Tafsir”, Pemenang Festival Film Puskat 2017 Kategori Cerita

395
Dewan Juri sedang memberikan penjelasan tentang pemenang Festival Film Puskat 2017. (Sumber: Damian Alma).
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – DEWAN Juri Festival Film Puskat 2017 yang terdiri dari Budi Irawanto sebagai Ketua, Romo Murti Hadi Wijayanto SJ sebagai anggota dan Yoseph Anggi Noen sebagai anggota telah memilih enam film kategori dokumenter dan enam film kategori cerita sebagai pemenang festival film pendek tahunan yang digelar Studio Audio Visual (SAV) Puskat Yogyakarta.

Festival film yang mengangkat tema: “Merawat Kebhinnekaan” dimulai pada 15 Juli 2017 dan para pemenangnya diumumkan dalam acara “Malam Penganugerahan Ruedi Hofmann Media Awards” di Lapangan Peace dan Harmony, Studio Audio Visual Puskat, Yogyakarta, Selasa, 15/8.

Pada malam penganugerahan “Ruedi Hofmann Media Awards” itu, diumumkan para pemenang dua kategori yang dilombakan. Untuk kategori dokumenter, film “Harta Karung” produksi Semut Nakal Malang meraih juara pertama, film berjudul “Ojek Lusi” produksi Hore Besok Libur dan UMN mendapat juara dua dan film berjudul “Dalang Suparman” produksi Kuda Pelangi Yogyakarta sebagai juara tiga seperti diberitakan savpuskat.or.id, (18/8).

Dalam kategori dokumenter, panitia juga memilih film berjudul “Dongeng Pak Bagong” karya sutradara Agustinus Dwi Nugroho sebagai pemenang harapan satu, film berjudul “7 Km dari Puncak Vulcano” karya sutradara Achmad Nur Wahib sebagai pemenang harapan dua, dan film berjudul “Pesan dari Alas Karet” karya sutradara Caecilia Putri sebagai pemenang harapan ketiga.

Sedangkan dalam kategori cerita, Dewan Juri memilih film pendek berjudul “X=?” karya sutradara Sava produksi Thomasian Theater Club Tangerang sebagai juara ketiga. Menurut Dewan Juri, film ini telah menawarkan pendekatan segar dan menarik dalam mengangkat isu keberagaman dengan menggunakan kekayaan idiom-idiom khas anak muda. Selain mengambil latar belakang yang akrab dengan anak muda, film ini juga mengajak penonton untuk memaknai keberagaman dalam perspektif yang muda diterima kaum muda.

Sebagai juara kedua, film berjudul “Tepo Seliro” karya sutradara Wiwid Septiardi produksi Sebelas Sinema Pictures Bandung dipilih Dewan Juri. Film “Tepo Seliro”, menurut Dewan Juri mampu mengangkat persoalan keberagaman yang kompleks dengan cara jenaka serta penuh kejutan. Lewat pendekatan yang akrab, film ini mampu menyuguhkan narasi yang gampang dikenali kaitannya dengan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di tanah air belakangan ini.

Dan sebagai juara pertama dalam kategori cerita, diraih film berjudul “Tafsir” karya sutradara Ahmad Faruq Wijaya produksi KOPI (Komunitas Pelem Indie) Kaltim. Dewan Juri memilih film ini sebagai juara karena film ini dapat menggambarkan nilai-nilai keagamaan universal yang mampu menjadi ilham bagi pengakuan sekaligus penghargaan terhadap “liyan” yang berbeda dan dapat mengajak penonton untuk senantiasa mencintai kehidupan. Lewat penghayatan yang baik terhadap karakter medium film pendek, pembuat film juga mampu menyampaikan pesan tentang keberagaman secara efektif dalam durasi singkat.

Dalam kategori cerita ini juga terdapat pemenang harapan. Juara harapan satu diraih film berjudul “Suto Nelongso” karya Untung Sularno produksi Sanggar Clemot, juara harapan dua diraih karya Philippus Maiobowo & Yohanes Carol dengan judul film “Tapi Waktu Tak Bisa Bersahabat” produksi Fiksi Drama Yogyakarta, dan juara harapan tiga diraih berjudul “Sebuah Pesan” produksi Kalamangsa Pro Yogyakarta karya sutradara Giwang Topo.

Romo YI Iswarahadi SJ Direktur SAV Puskat Yogyakarta sedang memberikan sambutan. (Dok. Romo Agustinus Mintara SJ)

Selain dua kategori yang dilombakan, dalam ajang ini panitia mendapatkan satu film yang tidak termasuk deretan juara karena tidak memenuhi syarat ketentuan panitia namun layak untuk diberi penghargaan. Oleh karena itu, panitia kemudian memberikan satu penghargaan yang disebut penghargaan film “special mention” dan jatuh pilihannya kepada film berjudul “W” karya Yohanes Theo produksi Rumah Kayu Studio Jakarta.

Menurut para Dewan Juri, film “W” dapat mengingatkan penonton akan gerakan “Melawan Lupa” juga mengingatkan tentang pekerjaan rumah yang harus diselesaikan para pemimpin negeri atas tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi sepanjang sejarah bangsa Indonesia. Film ini, oleh panitia juga dinilai telah menggugah keluarga besar SAV Puskat dan Dewan Juri untuk bersatu hati menyuarakan suara keadilan, bukan atas nama dendam, tetapi menyuarakan jeritan para survivor keadilan di Indonesia.

A. Nendro Saputro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here