Maria Assumpta, Persembahan Putera Ambarawa Bagi Umat

2207
Tiga Bersaudara: (ki-ka) R.B.A. Koentjoro Boedy Pranoto, R.A. Nugroho Adi Prabowo, dan R.A. Hartanto Agung Yuwono, pembuat patung Maria Assumpta.
2.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Sarana berdoa di GMKA menjadi indah berkat sentuhan seni karya R. A. Nugroho Adi Prabowo. Ia membangun patung Maria Assumpta sebagai ikon GMKA.

Beberapa patung rohani dan lukisan yang dipasang di kompleks GMKA adalah hasil karya R.A. Nugroho Adi Prabowo atau yang akrab disapa Adi. Salah satu, karya seni yang dibuat Adi adalah lima patung yang mengisahkan peristiwa hidup Yesus di Taman Doa GMKA. Selain di GMKA, karya seni Adi sebenarnya sudah dikenal luas hingga tingkat nasional, bahkan internasional.

Untuk tingkat internasional, beberapa karya seni rohani Adi sudah ada di Swiss, Amerika, Kanada, Jerman, Italia, Singapura, Belanda, Vietnam, Cina, Australia, dan Jepang. Untuk di dalam negeri, karya rohani Adi berada di berbagai tempat seperti Gereja Katedral-Jakarta, Gereja Stella Maris Pluit-Jakarta, Gua Maria Jatiningsih-Yogyakarta, Gereja Stanislaus dan Makam Girisonta, Pulau Galang Batam, dan Keuskupan Maumere.

Tahun 2013, setelah menyelesaikan patung yang dipasang di Taman Doa GMKA, muncul gagasan untuk membuat ikon khas GMKA, berupa patung Maria Assumpta. Gagasan itu disepakati oleh Tim Pengelola GMKA. Tanpa pikir panjang, pria kelahiran Ambarawa, Jawa Tengah, 13 Juli 1974 ini mulai mengerjakan proses pembuatan patung setelah hari ulang tahun GMKA ke-60, pada 15 Agustus 2014.

Dalam proses pembuatannya, Adi tidak bekerja sendirian. Ia dibantu sang kakak, R.B.A. Koentjoro Boedy Pranoto dan adiknya, R.A. Hartanto Agung Yuwono. Persembahan patung ini merupakan bentuk ungkapan syukur Adi dan keluarga seniman Ambarawa itu lantaran dari patung rohani hasil karyanya yang dipajang di GMKA, mereka bisa dikenal hingga tingkat nasional bahkan internasional.

Selain ungkapan syukur, ide pembuatan patung ini muncul karena keinginan untuk membuat karya rohani yang dapat dinikmati dan bermanfaat bagi banyak orang, sebagai ikon khusus GMKA. “Melalui inspirasi Bunda Maria yang memiliki peran dalam hidup kami, maka muncul ide membuat karya patung Bunda Maria Diangkat ke Surga,” kata anak ketiga dari empat bersaudara ini.

Persembahan Diri
Proses pembuatannya pun segera dimulai. Selama proyek berjalan, Adi rutin berdoa kepada Bunda Maria. Lewat doa itu ia merasakan campur tangan Allah dalam setiap pembuatan karya seni rohaninya. “Daya Ilahi senantiasa memberikan jiwa dalam setiap karya kami, sehingga tercipta karya besar patung Maria Assumpta GMKA ini,” kata Adi saat ditemui di studionya yang tak jauh dari tempat peletakan patung Maria Assumpta GMKA, Sabtu, 25/7.

Setelah patung selesai dibuat, Adi mempersembahkannya kepada GMKA. Atas persembahan patung ini Mgr Puja dan Tim Pengelola GMKA menerimanya dengan senang hati. “Patung itu memang sumbangan keluarga kami, tetapi dalam pemasangannya membutuhkan fondasi atau tatakan. Pada bagian ini Tim Pengelola GMKA membantu pembuatan fondasi,” kata umat Paroki St Yusuf, Ambarawa ini.

Selama proses pembuatan patung, kendala utama yang dihadapi Adi adalah cuaca yang kurang mendukung seperti hujan, petir dan, angin. “Tetapi kami percaya bahwa Tuhan selalu menyelenggarakan, dan Bunda Maria selalu menyertai kami. Semoga, setelah patung ini diberkati, dapat menjadi berkat dan rahmat bagi banyak orang,” tuturnya.

Arti Patung
Patung Maria Assumpta GMKA yang diberkati tanggal 15 Agustus 2015 memiliki ketinggian 29,6 meter. Tinggi patung saja 17 meter atau sepuluh kali tinggi manusia biasa, ditopang tiang dan tatakan atau fondasi patung setinggi 12,6 meter. Berat patung sekitar 35 ton, ditambah dengan penopang berupa tujuh pilar (sapta duka Maria) yang mencapai 481 ton. Menurut Adi, bahan pembuatan patung terdiri dari bahan dasar pasir cilica, recin, dan besi baja sebagai kerangka.

Patung ini memiliki tiga bagian penting yang memuat makna. Pada bagian pertama, terdiri dari pancaran mahkota melingkari kepala Maria yang mengandung arti sinar kemuliaan hidup Bunda Maria di Surga yang akan menunjukkan sinar harapan yang menghilangkan kedip lampu suram dalam kehidupan. Sedangkan warna biru pada kerudung Maria, memiliki arti kebijaksanaan Ilahi yang dihembus kan Roh Kudus. Sedangkan, warna putih tulang pada jubah Maria, artinya ketidaksempurnaan kita sebagai manusia. Motif batik pada lengan kanan dan jubah bawah berarti batik yang merupakan ciri khas budaya asli Indonesia yang kaya akan seni budaya.

Di bagian kedua, yakni tangan yang mengatup di dada berarti mengandung kesetiaan kepada Allah. Pada bagian ketiga, terdiri dari tiga malaikat kecil pada awan di bawah kaki Maria. Artinya, malaikat pelindung senantiasa menjaga dan melindungi umatnya. Sedangkan awan yang menjadi pijakan Maria, memiliki arti Maria yang diangkat ke surga merupakan sumber harapan dan kegembiraan.

Pada patung dan tiang penopang terdapat warna emas. Bagian ini melukiskan kecantikan sekaligus jubah kebesaran yang memancarkan kilap Maria bak putri raja. Penopang tujuh pilar memiliki makna tujuh duka Maria yang dilukiskan pada dinding bawah tatakan yang melingkar.

Lukisan tujuh (sapta) duka Maria, meliputi nubuat Simeon, pengungsian keluarga kudus ke Mesir, Yesus ditemukan di Bait Allah, Maria berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan ke Kalvari; Maria berdiri di kaki Salib Yesus, Maria memangku jenazah Yesus, dan Yesus dimakamkan.

Sementara itu, penasihat Tim Pengelola GMKA, Romo F.X. Sukendar Wignyosumarta menjelaskan bahwa Maria Assumpta merupakan kalimat bahasa Latin yang berarti Maria yang diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya.

Patung Maria Assumpta menghadap ke arah timur. Ini mengandung makna bahwa wajah Maria menatap matahari. “Saya rasa orang yang melihat patung ini akan kagum. Dari kekaguman orang akan masuk pada suasana doa,” katanya.

Aprianita Ganadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here