Kurang Memahami Pasangan Berpotensi Konflik

178
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, nama saya Fandy, umur 28 tahun. Saya sudah menikah dua tahun lalu dan sudah memiliki seorang anak berusia sembilan bulan. Istri saya berusia 25 tahun. Sejak kelahiran putra kami, situasi rumah banyak berubah. Istri saya menjadi sering mengeluh, mulai dari kesibukan mengurus anak, rumah hingga mempermasalahkan kesibukan saya di kantor. Padahal kami memiliki pembantu rumah tangga di rumah.

Selama ini saya bersikap tenang dan diam. Tapi seminggu silam, saya mengamuk, karena jenuh selalu disalahkan. Ia tidak memahami bahwa saya sibuk bekerja juga untuk keberlangsungan hidup kami.

Karena saya mengamuk, ia pergi membawa anak kami ke rumah orangtuanya di Bandung. Seturut saran orangtuanya, untuk sementara saya diminta untuk tidak menghubungi istri saya terlebih dahulu supaya mertua saya itu bisa menenangkan istri saya. Saya berusaha bersabar menyikapi hal ini. Untuk ke depannya, melalui pertanyaan ini, saya mohon saran kepada pengasuh supaya kami bisa saling memahami satu sama lain. Terima kasih.

Fandy, Jakarta.

Saudara Fandy, terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk ikut mengatasi permasalahan Anda saat ini. Perlu Anda pahami, dalam hidup berumah tangga tidak ada yang sempurna. Pertengkaran dan keharmonisan saling berganti. Kita berharap suasana keharmonisanlah yang lebih dominan dalam hidup rumah tangga Anda.

Namun apabila pertengkaran sering terjadi, sampai-sampai ada salah satu pasangan pergi dari rumah dalam jangka waktu yang tidak tentu, ini menunjukkan bahwa rumah tangga Anda sedang dalam kondisi yang tidak sehat. Kualitas keharmonisan rumah tangga ditentukan oleh sejauh mana pengenalan sifat dan pribadi pasangan kita, latar belakang pendidikan, dan pola asuh orangtua. Semakin kita mengenal pasangan kita, maka kita akan mudah memahami perasaan pasangan kita. Hal inilah yang menjadi pertanyaan bagi kami. Seberapa jauh Anda dan istri Anda saling mengenal?

Sebelum menikah, tentu Anda berdua melewati masa pacaran. Masa pacaran harusnya menjadi masa pembelajaran. Kita bisa mengetahui sifat dan pribadi pasangan kita dan latar belakang pasangan kita. Akan lebih baik lagi, sebelum menikah ada masa pertunangan. Ini membuat kita bisa mengenal lebih dekat dengan pasangan kita.

Tentunya lamanya pertunangan, juga akan menentukan sejauh mana masing-masing pasangan dalam memahami pasangannya itu. Bahkan ada kemungkinan, dengan pacaran maupun tunangan dengan waktu lama, maka masing-masing pasangan bisa saling tenggang rasa, menghargai, dan saling mendukung.

Namun bila tidak melalui masa pacaran atau tunangan, maka biasanya ada kemungkinan timbul kendala dalam memahami sifat dan pribadi pasangannya tersebut, karena keburu punya anak, sibuk bekerja, atau waktu untuk bercengkerama terbatas. Sehingga terjadinya konflik dalam keluarga kemungkinan sangat besar.

Saudara Fandy, setiap permasalahan pasti ada jalan. Hanya saja kendalanya adalah bagaimana cara kita mengkomunikasikan perasaan dan pikiran kita secara baik dan tepat. Kita harus memilih situasi atau kondisi yang pas agar komunikasi kita bisa dipahami oleh pasangan kita. Tentunya pengendalian emosi sangat besar peranannya. Di samping itu, pintu maaf dan pengampunan harus Anda buka lebar-lebar untuk istri Anda. Berkaitan dengan pertanyaan Anda, berikut ini kami paparkan beberapa hal yang kiranya bisa membantu.

Pertama, perbanyaklah waktu untuk bercengkerama/ berkomunikasi dengan pasangan Anda. Jangan gunakan alasan kesibukan bekerja menjadi hambatan. Sediakan waktu akhir pekan Anda untuk keluarga.

Kedua, Anda dan istri harus saling introspeksi diri berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan sifat masing-masing. Utarakan kekurangan maupun kelebihan tersebut kepada pasangan, sehingga Anda dan istri dapat memahami satu sama lain.

Ketiga, hidup berkeluarga adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu jangan saling menyalahkan dan ingatlah pada janji pernikahan Anda berdua di altar Gereja maupun tujuan dari pernikahan. Yang tidak kalah penting juga, ingatlah bahwa suka dan duka harus dirasakan bersama. Semoga uraian yang kami utarakan ini dapat bermanfaat untuk keharmonisan kehidupan keluarga Anda. Tuhan memberkati.

Haryo Goeritno

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here