Si Anak Jahil Itu Menjadi Jenderal OSC

3934
Pemimpin OSC Dunia: Magister General OSC Emeritus Mgr Glen Lewandowski OSC menyerahkan Regula St Agustinus dan Konstitusi OSC kepada Magister General OSC terpilih Mgr Laurentius Tarpin OSC dan para Konselor Jenderal OSC.
[HIDUP/Aprianita Ganadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Sejak 1927, Indonesia menjadi ladang misi OSC dari Eropa. Setelah 88 tahun, misi itu menuai hasil: satu putra Indonesia terpilih sebagai pemimpin tertinggi OSC.

Setelah 805 tahun berdiri, Ordo Salib Suci (OSC) kini memiliki pemimpin baru dari Indonesia. Dia adalah Mgr Laurentius Tarpin OSC. Ia terpilih sebagai pemimpin puncak OSC yang ke-58. Mgr Tarpin, yang sebelumnya menjabat sebagai Provinsial OSC Indonesia, terpilih menjadi Jenderal (Magister General) OSC untuk periode 2015-2021.

Dalam masa kepemimpinannya, Mgr Tarpin akan dibantu oleh Konselor Jenderal yang juga terpilih dalam Kapitel itu. Mereka adalah Romo Pierre-Paul Walraet OSC asal Belgia, Romo Paluku Muhumira Henri OSC asal Kongo dan Romo Yohanes Berchmans Rosaryanto OSC asal Indonesia.

Pada Jumat, 26/6, Mgr Tarpin bersama para Konselor Jenderal mengikuti upacara pemberkatan di kapel Rumah Retret Pratista, Cimahi, Jawa Barat. Upacara itu dipimpin oleh Magister General Emeritus, Mgr Glen Lewandowski OSC. Tampak hadir dalam acara itu, Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC, para imam peserta Kapitel, para frater, serta umat Keuskupan Bandung. Di hadapan Mgr Glen, Mgr Tarpin beserta para Konselor Jenderal OSC mengucapkan janji setia dan menyatakan kesiapan mereka untuk bekerja hingga enam tahun ke depan.

Proses Pemilihan
Menurut Ketua Panitia Kapitel OSC 2015, Romo Y. B. Rosaryanto OSC, sejak 2013 proses persiapan Kapitel sudah dimulai. Dalam Kapitel itu, ada dua agenda penting yang dibahas. Pertama, dokumen yang akan dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Kedua, pemilihan Magister General dan Konselor Jenderal OSC yang baru.

Proses persiapan dimulai dengan pembuatan dokumen bahan permenungan yang dikirim kepada para anggota OSC di seluruh dunia. Setelah itu, respon para anggota dikumpulkan dan hasilnya diolah serta dirumuskan untuk bahan Kapitel.

Proses persiapan memakan waktu kurang lebih dua tahun. Pada Minggu-Sabtu, 7/6-4/7, Kapitel Jenderal OSC 2015 itu pun digelar. Setelah berlangsung beberapa hari, pada Selasa, 23/6, diadakan pemilihan Magister General. Dua hari kemudian dilanjutkan dengan pemilihan Konselor Jenderal.

Sebelum pemilihan Magister General, diadakan jajak pendapat. Dalam acara itu, banyak nama calon bermunculan. “Setelah tiba waktu pemilihan, muncul tiga nama teratas yaitu saya sendiri, Mgr Tarpin, dan Romo Pierre. Tetapi akhirnya, nama Mgr Tarpin muncul dengan angka tertinggi,” ujar Romo Rosaryanto.

Mgr Tarpin Tampil
Mengapa Mgr Tarpin bisa terpilih sebagai Magister General? Menurut Romo Rosaryanto, dari sisi jumlah, anggota OSC Indonesia terbilang paling banyak dibandingkan negara lain sehingga memiliki pengaruh cukup besar. Dari sisi semangat, terlihat ada dorongan yang menginginkan agar pemimpin OSC tingkat dunia dipegang oleh orang-orang muda yang memiliki potensi. “Kali ini, potensi itu ada pada Indonesia,” ungkapnya.

Sosok Mgr Tarpin, bagi Romo Rosa, bukanlah sosok yang paling rajin dan paling bijaksana. Tetapi, ia memiliki kharisma untuk mendengarkan sekaligus mempersatukan. “Orang tidak mudah sakit hati sama Mgr Tarpin. Jika dia buat salah, orang akan mudah memaafkan, karena ia lugas dan apa adanya. Ia juga tidak double figure. Sifat seperti itulah yang dibutuhkan OSC saat ini.”

Setelah terpilih, banyak harapan bertumpu pada Mgr Tarpin. Salah satunya, dari Romo Pierre-Paul Walraet OSC. Romo Pierre berharap, agar Mgr Tarpin dapat melanjutkan semangat dan jiwa kongregasi. Tidak hanya itu, ia diharapkan dapat bekerja dalam semangat persatuan. “Mgr Tarpin harus bisa membangun komunikasi di antara wilayah OSC bagian utara dengan selatan. Ia harus lebih komunikatif dan siap bekerjasama dengan semangat ‘Cor Unum et Anima Una’, yang berarti sehati sejiwa,” tandas Romo Pierre.

Harapan lain datang dari Romo Paluku Muhumira Henri OSC. Ia berharap, Mgr Tarpin bisa menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi para anggota OSC. “Harus ada distribusi sumber daya manusia, bukan hanya fokus pada masalah finansial, tetapi juga pada anggota. Saya berharap, Mgr Tarpin memimpin OSC dengan semangat kesatuan sehingga para anggota bisa semakin sejahtera,” katanya.

Anugerah Tuhan
Teman satu angkatan Mgr Tarpin di OSC yang kini menjabat sebagai Uskup Bandung, Mgr Anton menuturkan, terpilihnya Mgr Tarpin sebagai pemimpin OSC adalah keputusan tepat. Ia menilai Mgr Tarpin adalah pribadi yang spontan, mudah bergaul, tulus dalam bekerja, dan tidak kenal lelah. “Saat sekolah, dia yang paling pintar, hobinya belajar dan baca buku. Rajin melayani Misa kesana kemari dan tak kenal lelah. Magister General adalah panggilan yang pas. Saya yakin Mgr Tarpin bisa menjalankan, apalagi bahasa Italinya juga bagus,” kata uskup yang pada 26 Juni 1996 ditahbiskan imam bersama Mgr Tarpin ini.

Jabatan Jenderal OSC, lanjut Mgr Anton, adalah anugerah dan amanah dari Tuhan. Bagi OSC Indonesia hal ini merupakan anugerah besar dari Tuhan. Jika dahulu, Indonesia dibantu oleh imam misionaris, sekarang sebaliknya, Indonesia membantu negara lain. “OSC Indonesia tentunya kehilangan dua orang anggotanya yang berprestasi, yaitu Mgr Tarpin dan Romo Rosa. Tapi mereka merelakan untuk kepentingan OSC dunia,”tegasnya.

Mengutip nasihat Paus Fransiskus, Mgr Anton berpesan kepada Mgr Tarpin agar bisa menjadi “Gembala yang berbau domba”. Gembala yang sungguh mengenal domba-dombanya. Di belakang, ia bisa mendorong, di tengah menyemangati, dan di depan memberi teladan.

Pesan Tongkat
Pada saat upacara pemberkatan pemimpin OSC, tampak hadir sanak-saudara Mgr Tarpin memberi dukungan. Salah satunya, kakak ketiga Mgr Tarpin, Angela Junesih. Beberapa hari sebelum upacara pemberkatan, Angela sempat kaget ketika Mgr Tarpin menelepon dan meminta untuk dibuatkan tongkat. Awalnya, Angela berpikir kalau Mgr Tarpin kecelakaan dan membutuhkan tongkat untuk menopang badannya karena tidak bisa berjalan. Setelah mendengar penjelasan lebih lanjut, Angela baru paham jika sang adik baru saja terpilih sebagai pemimpin OSC. “Ternyata, tongkat yang dimaksud adalah tongkat seperti Uskup yang terbuat dari kayu,” ucapnya sambil tersenyum.

Hidup dalam keluarga sederhana, memaksa Tarpin kecil berjuang membantu orangtua untuk bisa sekolah. Setiap hari, ketika SD dan SMP, anak keempat dari enam bersaudara ini mencari rumput untuk pakan sapi dan memikul susu perahan ke gudang. Keadaan ini membuat Mgr Tarpin menjadi tekun, rajin dan pantang menyerah. Selain ulet, Mgr Tarpin juga dikenal sebagai anak yang pintar. Sejak SD hingga SMP selalu juara kelas.

Di sisi lain, menurut adik Mgr Tarpin, Magdalena Tarpinah, Tarpin kecil dikenal sebagai anak jahil dan suka berantem dengan kakak-kakaknya. Jika makan selalu ingin yang “pertama”. Kalau ada tumpeng, ia ingin yang punjulnya (paling atas). Ia ingin yang paling atas, paling pertama, dan selalu berusaha untuk mendapatkan yang diinginkan. “Saya bangga dan bersyukur memiliki anggota keluarga yang bisa berguna bagi Gereja. Mgr Tarpin, sekarang bukan milik kami saja, tetapi milik semua,” ungkapnya.

Aprianita Ganadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here