Senator Caping dari Lampung Berjuang Untuk Kesejahteraan Petani

356
Senator petani: Anang (memakai caping) bersama petani dampingannya.
[NN/Dok.Pribadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Anang Prihantoro berpesan agar para petani berhenti mengharapkan bantuan dari pemerintah. “Kembangkanlah makanan lokal dan jadilah petani yang mandiri! Itulah integritas sebagai petani Indonesia!”

Siapa sangka anak desa dari Lampung, yang dulu bukan siapa-siapa, kini jadi corong aspirasi para petani Indonesia di Senayan? “Tahun 1980-an saya hanya anak bawang. Saya datang dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan dan tidak terlalu pintar di sekolah,” ujar Anang Prihantoro, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Aura pertanian langsung terasa ketika memasuki ruang kerjanya. Di sepanjang dinding ruangan kerja terpajang caping dari berbagai daerah, mulai dari ukuran kecil, sedang, hingga paling besar. Kata Anggota Tim Litigasi DPD RI ini, “Caping-caping ini saya dapat ketika saya kunjungan ke daerah. Kalau petani mau memberi saya cinderamata, saya se lalu minta caping. Itu akan selalu meng ingatkan saya kepada petani di daerah itu,” ujarnya sembari menyebutkan beberapa caping dan asal daerahnya.

Berdayakan petani
Pada 1990-an, Anang masih aktif berkegiatan di lingkungan Gereja. Ia pernah menjadi relawan Komisi Kepemudaan Keuskupan Tanjungkarang. Tapi suatu ketika, Uskup Tanjungkarang waktu itu, Mgr Andreas Henrisusanta SCJ mendorong Anang aktif di organisasi yang lebih luas, tidak hanya di dalam Gereja. Anang menuruti permintaan sang Uskup. “Semula saya bingung dan tidak nyaman, karena harus bertemu dengan aktivis yang bukan Katolik. Tapi, saya jalani saja,” ujar pria yang tahun ini berusia 50 tahun ini.

Berbekal ilmu pertanian yang ia peroleh semasa kuliah, Anang bergabung dengan Serikat Tani Indonesia di Lampung. Melalui organisasi ini, Anang membagikan pengetahuan tentang pertanian kepada orang-orang muda. “Kan saya tidak punya yang lain. Yang saya punya cuma ilmu dan kemauan untuk bekerja. Itulah yang saya bagikan,” ujarnya sambil tertawa.

Rupanya karya Anang ini membuat para aktivis pertanian menaruh kepercayaan kepada dia. Pada 2008, ia didaulat sebagai Ketua Umum Serikat Tani Indonesia. Sembari menanggung kepercayaan itu, ia terus melakukan advokasi dan pemberdayaan petani. Sampai sekarang, ada sekitar 100 kelompok petani yang ia dampingi. Dalam tiap kelompok terdiri dari 20-30 petani. Kelompok tani ini berbasis di Lampung.

Saat terpilih sebagai senator dari daerah pemilihan Lampung periode 2009-2014, Anang bersama timnya melakukan penelitian untuk meningkatkan pendapatan para petani. “Biasanya petani mendapat hasil panen lima sampai enam ton padi per satu hektar sawah. Tapi dalam penelitian itu, sebenarnya petani bisa menghasilkan padi delapan sampai sepuluh ton per hektar. Ilmu ini yang kemudian saya bagi kepada komunitas petani dampingan saya,” paparnya.

Perihal benih padi yang ditanam, Anang juga melakukan pendampingan agar para petani tidak bergantung kepada benih impor. Benih yang dipakai haruslah benih dari hasil olahan mereka sendiri. Pupuk yang digunakan juga pupuk organik. “Itulah bagian dari kearifan lokal,” kata suami Tri Sutrisminah ini.

Anang mengakui, bertahan dengan idealisme seperti ini tidaklah mudah, karena pasti digempur para pemilik modal besar. Tapi, ia berjanji tetap bertahan dengan konsep bertani seperti ini. Bahkan suatu ketika, jika pemerintah mencabut subsisdi pupuk yang saat ini sekitar tiga triliun, Anang yakin bahwa petani yang ada dalam jaringannya bisa tetap hidup. “Mending pupuk mahal, tapi tersedia dan mudah dibeli di mana-mana, daripada disubsidi tapi barang langka seperti sekarang. Toh harga pupuk subsidi dengan harga non subsidi tak jauh berbeda,” ujar nya.

Selain bertani, Anang juga aktif menanam pohon. Ia pernah memiliki program penanaman 10.000 pohon setiap bulan. Kini, ia sedang getol menanam aneka tanaman buah. “Setiap bulan, gaji saya dipotong Rp 10 juta untuk membeli bibit tanaman,” ujar peraih 54.6287 suara saat pemilihan anggota DPD RI 2014 ini.

Integritas petani
Berangkat dari pengalaman selama bertahun- tahun berkiprah bersama petani, Anang berpendapat bahwa jika negara tidak mengganggu petani, maka petani akan lebih cepat sejahtera. Maksudnya? “Selama ini, pemerintah membuat aturan-aturan yang justru menguntungkan para konglomerat. Kata nya subsidi pupuk dan benih untuk petani, tapi itu hanya menguntungkan para pemodal. Sakit hati saya sudah cukup panjang dengan hal ini. Maka, saya ingin menegaskan kepada pemerintah, tolong berhenti mengganggu petani!” tegasnya.

Selama ini, lanjut Anang, negara menjadi kan petani hanya sebagai objek dari aneka kepentingan. Kepada petani dampingan, Anang berpesan agar mereka berhenti berharap kepada pemerintah. “Berhenti berpikir untuk mendapat bantuan dari pemerintah dalam bentuk apapun, kecuali perlindungan sebagai warga negara, infrastruktur, kesehatan, perlindungan atas hak hidup, dan keamanan. Di luar itu, biarlah petani bekerja dengan daya dan kreativitas sendiri.”

Segala jerih lelah Anang ini bermuara ke satu tujuan, yakni menjadikan para petani Indonesia sebagai petani yang punya integritas. “Petani yang berintegritas adalah petani yang berdaulat. Para petani adalah mereka yang menjaga kedaulatan pangan bangsa ini, tapi sering dilupakan. Mari berjuang dan bekerja bersama mereka!”

Anang Prihantoro
TTL : Nambahdadi, Lampung Tengah, 10 April 1965
Istri : Tri Sutrisminah
Anak : Age Rasanjani dan Finka Prasasti

Pendidikan:
• SDN 1 Nambahdadi, Terbanggi Besar, Lampung Tengah
• SMPN 1 Gunung Sugih, Lampung Tengah
• SMAN 1 Terbanggi Besar, Lampung Tengah
• Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Organisasi:
• Koordinator Kemaskalam (sekarang Komunitas Mahasiswa Katolik Lampung)
• Ketua Umum Serikat Tani Indonesia (Sertani)
• Ketua Dewan Pembina Serikat Tani Indonesia
• Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Propivsi Lampung

Pekerjaan:
• Anggota DPD RI Provinsi Lampung 2009-2014 dan 2014-2019
• Anggota Komite II DPD RI
• Wakil Ketua Panitia Perancang Undang- Undang DPD RI
• Sekretaris Kaukus Bhinneka Tunggal Ika DPD RI

Stefanus P. Elu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here