Tiga Orang Misionaris Fransiskan Papua sempat dirilis dalam Media Bahasa Inggris Terkemuka di Indonesia

980
Ptr. Frans Lieshout, OFM saat memberkati seorang anak Balim di Kapela Yesus Elalin Wouma Wamena Papua
3.5/5 - (2 votes)

The Jakarta Post, baru-baru ini merilis sebuah berita singkat tentang tiga orang misionaris Fransiskan Papua yang masih tersisa. Bruder Jan Sjerp OFM,  Pastor Frans Lieshout, OFM dan Pastor Lambertus H, termasuk tokoh yang disebut dalam berita The Jakarta Post yang tayang pada tanggal 13 September 2017 dengan judul : Papua’s last Dutch pastors.

Ordo Fransiskan Papua dan Keuskupan Jayapura mencatat sejarah karya misionaris antara lain : pertanian, pendidikan, mengelola asrama anak-anak, kesehatan, penerbangan, dan berbagai karya kemanusiaan. Para misionaris sebagian besar berasal dari Belanda telah berpulang ke negara mereka masing-masing, ada yang sudah meninggal dan ada yang sedang menghabiskan masa senja. Tentunya kehadiran para misionaris di Papua meninggalkan jejak kemanusiaan yang tidak bisa terlupakan karena telah mengkaderkan banyak orang  asli Papua yang saat ini sudah berhasil di berbagai karya swasta maupun pemerintahan.

Pastor Nico Syukur Diester, OFM salah satu missionaris di Sentani Jayapura dalam usia senja masih sangat setia mendapingi Panti Asuhan Hawai, Poliklik, TK, Paud, pendampingan Buta Aksara, bahkan telah mendirikan sekolah SD, SMP dan SMA model satu atap berpola asrama untuk menjawab kebutuhan dasar pendidikan bagi anak-anak Papua.

Pater Nico Syukur Diester, OFM bersama Para Suster DSY dan anak-anak Panti Asuhan Putri Kerahiman pada tahun 2012

Tentunya pelayanan kemanusiaan ini tidak terlepas dari perhatian beberapa keluarga missionaris di negara-negara Eropa. Namun beberapa pihak mulai khawatir akan Panti Asuhan Hawai yang menampung sekitar 200-an anak-anak Papua di tengah Kabupaten Jayapura tidak mendapat bantuan lagi seiring dengan usia Pastor Nico Syukur Diester, OFM yang semakin senja.

Sr. Mariechen Warson, DSY saat merawat seorang anak Sentani yang menderita luka pada tahun 1992.

Panti Asuhan Putri Kerahiman Hawai Sentani Papua didirikan oleh seorang biarawati Sr. Mariechen Warson, DSY, telah menyelamatkan banyak anak-anak Papua sejak tahun 1992. Berawal dari wabah penyakit TBC di pinggiran danau Sentani yang hingga saat ini Panti Asuhan Putri Kerahiman sedang menampung anak-anak dari berbagai daerah di Papua. Sejak tiga tahun terakhir pengurus Yayasan yang menangani panti asuhan pun mengalami kesulitan mendapat bantuan, bersyukur beberapa keluarga masih mempunyai kepedulian. Pastor John Kore, OFM yang turut mengambil bagian dalam pendirian Sekolah satu atap berpola asrama St. Antonius Padua Sentani Jayapura mengharapkan adanya perhatian berbagai pihak terhadap anak-anak Papua yang sedang didampingi oleh Yayasan Putri Kerahiman Papua (YAPUKEPA).***Florry Koban

1 COMMENT

Leave a Reply to Koen J. de Jager Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here