Biarawati Palestina Yang Menerima Visiun

730
St Marie Soultaneh Alphonsine Danil Ghattas.
[flickriver.com]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Dua kali ia mengalami visiun. Bunda Maria datang dan menyampaikan pesan. Mukjizat yang dialami oleh seorang pria yang tersengat listrik tegangan tinggi melapangkan kanonisasi pertama biarawati asal Palestina ini.

Tubuh Emile Elias terpelanting dan jatuh di tanah. Ia tersengat aliran listrik bertegangan tinggi saat bekerja. Ia segera dilarikan kerumah sakit. Hampir seluruh tubuhnya lebam, detak jantungnya sangat lemah. “Nyawanya kritis,” vonis dokter yang merawatnya.

Kabar tersebut tersebar luas di antara saudara dan teman-teman Emile. Mereka datang dan mendoakan keselamatan nyawa pria keturunan Arab itu. Tak dinyana, berkat doa melalui perantaraan Beata Marie Soultaneh Alphonsine Danil Ghattas, Emile siuman setelah melewati masa kritis selama beberapa hari.

Mukjizat yang dialami Emile melapangkan jalan kanonisasi Beata Soultaneh. Sabtu, 6 Desember 2014, Takhta Suci mengakui mukjizat kesembuhan yang terjadi lewat perantaraan doa sang suster. Lalu, pada 17 Mei 2015, Paus Fransiskus menggelarinya Santa bersama rekan setanah airnya, Sr Mariam Bao uardy OCD.

Kanonisasi perdana dua biarawati asal Palestina yang berlangsung di Vatikan ini dihadiri Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Tak hanya itu, sang presiden memberikan Rosario yang senantiasa digunakan St Soultaneh semasa hidupnya kepada Bapa Suci.

Beriman Teguh
Keluarga Soultaneh hidup sederhana dan tinggal di tengah mayoritas masyarakat beragama Yahudi dan Islam. Ayahnya, Daniel Meo Francis Issa Ghattas bekerja sebagai tukang kayu. Sedangkan sang ibu, Catherine Antoun Youssef, mengurus rumah dan keluarga. Meski demikian, teladan rohani dan keutamaan hidup keluarga ini laik diacungi jempol.

Kepada delapan buah hatinya, Ghattas dan Catherine gigih mengajarkan nilai-nilai dan teladan kekatolikan, seperti rendah hati, rajin berdoa dan mengikuti Perayaan Ekaristi. Keluarga Ghattas juga berdevosi mendalam pada Bunda Maria. Tak heran, pasangan suami-istri itu menamai salah satu putrinya Marie Soultaneh (Maria Ratu).

Gadis kelahiran Yerusalem, 14 Oktober 1843 itu masuk Tarekat Suster-Suster St Joseph dari Bukit Golgota pada usia 17 tahun. Ia memilih nama kebiaraan Marie Alphonsine. Di kalangan koleganya, Sr Marie dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan taat. Ia tak pernah menolak perutusan yang dipercayakan padanya. Ia menjadi role model bagi para suster di komunitasnya.

Setiap hari, Sr Marie berdoa Rosario. Tradisi ini sudah tertanam sejak ia masih belia. Dalam doa, ia mohon rahmat perdamaian dan kerukunan bagi ‘anak-anak Abraham’, yaitu Yahudi, Islam, dan Kristen di tanah kelahirannya.

Rahmat Visiun
Bertepatan dengan Perayaan Epifani, 6 Januari 1874, Sr Marie mendapat visiun. Ketika memilin biji Rosario, kamar tidurnya berselimutkan cahaya kuning keemasan. Perempuan berparas lembut, mengenakan mantol biru dan bermahkota 15 bintang menampakan diri.

Perempuan cantik itu menatap wajah Sr Marie. Lalu, perempuan itu membuka tangannya. Seutas Rosario besar terjulur hingga jari kaki perempuan itu. “Berdoalah untuk keselamatan jiwa-jiwa,” pintanya kepada sang biarawati.

Sr Marie terkejut dan bahagia mengalami kejadian itu. Ia percaya, Bunda Maria telah mengunjunginya. Kejadian serupa terjadi kembali tahun berikut. Yang kedua ini terjadi kala Sr Marie berdoa di Betlehem, tempat Yesus lahir.

Sr Marie tertegun menyaksikan penampakan Bunda Maria. Ia mengatupkan tangan di dada, tenang tanpa kata, dan menatap lembut Sang Bunda. Bunda Maria tersenyum memandang Sr Marie. Tak lama kemudian, Bunda Maria hilang dari hadapannya. Namun, seberkas cahaya menampakkan tulisan “Tarekat Saudari Rosario”. Lalu cahaya itu berangsur pudar dan menghilang. Sr Marie pun menyadari pesan dan tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Dua tahun pasca visiun kedua, Sr Marie merasa sedih. Tarekat Saudari Rosario tak kunjung terwujud. Ia tak ingin Sang Bunda ikut sedih karena harapannya tak kesampaian. Ia lalu membulatkan tekad agar permintaan Bunda Maria terlaksana.

Berkat dispensasi Bapa Suci Leo XIII, Sr Marie meninggalkan tarekat yang sudah 20 tahun menjadi bagian perjalanan panggilannya. Kemudian ia berfokus mendirikan tarekat baru. Pada 1880, bersama tujuh pengikutnya, ia mengikrarkan kaul pertamanya di hadapan Patriakh Yerusalem, Vincenzo Bracco (1835-1889). Lalu, pada 7 Oktober 1883, bertepatan dengan Pesta Maria Ratu Rosari, mereka mengikrarkan kaul kekal di depan Patriakh Bracco.

Perjuangan Sr Marie mendirikan tarekat baru mendapat dukungan dari Pastor Joseph Tannous, pembimbing rohaninya. Sang imam memberikan sebuah rumah kecil dan sederhana untuk Sr Marie bersama para anggota tarekat barunya. Di rumah itu, komunitas kecil ini merancang misi pastoral. Fokus pelayanan mereka mengarah ke bidang pendidikan untuk kaum muda, terutama perempuan.

Pada Oktober1886, Tarekat Saudari Rosario mendirikan Yayasan Beit-Sahour (Gembala Desa) di Jaffa, Galilea. Lantas pada 1887, mereka melebarkan sayap misi ke Trans Yordania dan Nablus, Palestina. Enam tahun berikutnya, tarekat itu membuka tempat workshop untuk para gadis miskin di Betlehem. Karya misi yang didirikan Sr Marie terus berkembang . Terakhir, sebuah panti asuhan berdiri di kota Ain-Karem, Yerusalem.

Ziarah hidup Sr Marie berhenti lantaran usia. Ia wafat di Ain Karim, Yerusalem pada 25 Maret 1927. Dalam pelukan saudarinya, Sr Hanna, ia menghembuskan nafas terakhir sambil menggenggam Rosario yang menemani seluruh perjuangan hidupnya. Rosario ini lah yang diberikan Presiden Abbas kepada Paus Fransiskus.

Mujizat Lubang
Setelah Sr Marie wafat, banyak mukjizat terjadi berkat perantaraan doanya. Keutamaan rohani dan teladan hidupnya yang didukung mukjizat, mendorong Takhta Suci mengesahkan dekrit keutamaan hidup Sr Marie pada 15 Desember 1994.

Pada 2003, mukjizat dialami Nathalie Zananiri asal Beit Hanina, Yerusalem. Saat merayakan ulang tahun bersama para tetangga, ia merasakan tanah di rumahnya bergoyang. Perempuan itu lalu menceritakan hal itu kepada mereka. Namun, tetangganya menganggap Nathalie bercanda.

Tak lama kemudian, tanah pijakan mereka terbelah dua. Dua tamunya terperosok ke dalam lubang yang dalam. Situasi berubah menjadi panik. Di saat situasi genting, Nathalie masuk ke dalam kamar dan mengambil buku doa Sr Marie yang didapat dari seorang suster Tarekat Saudari Rosario.

Dua korban berhasil diselamatkan dalam kondisi baik setelah Nathalie berdoa dengan perantaraan Sr Marie. Kejadian itu segera tersebar luas hingga ke Vatikan dan membuat Sr Marie dibeatifikasi. Perayaan beatifikasi dipimpin Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus, Kardinal Angelo Amato SDB di Basilika Annunsio Nazaret, 22 November 2009. Gereja mengenang kesaksian iman dan keutamaan hidup Sr Marie tiap 17 Mei.

Yustinus H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here