Ibadah Puasa

288
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Memasuki minggu ketiga bulan Juni 2015, mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Selama sebulan, saudara kita, umat Muslim berpantang dari makanan dan minuman. Puasa, dalam bahasa Arab: shaum, berarti menahan segala sesuatu, seperti tidur, berbicara, makan, serta menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan Allah. Puasa juga menjaga jiwa dari perbuatan dosa dan hawa nafsu, serta membersihkan diri dari berbagai macam perilaku tercela. Menurut ajaran Islam, menjalankan puasa Ramadhan dapat menghapus kesalahan atau terampuni dosa yang telah diperbuat. Puasa Ramadhan adalah hal yang wajib dilaksanakan, karena merupakan pelaksanaan dari rukun Islam keempat.

Puasa bertujuan agar orang menjadi lebih bertakwa kepada Tuhan, dengan menjaga diri dari perbuatan yang menyebabkan kemurkaan Tuhan. Aksi puasa juga bisa ditemukan dalam agama lain selain agama Samawi, seperti Hindu dan Budha.

Ajaran puasa dalam kekristenan merupakan sebuah aktifitas pertobatan, di mana orang mencoba melawan keinginan duniawi serta keinginan daging, yang tak lain adalah keinginan manusiawi. Puasa dilakukan sebisa mungkin, serta tidak memberitahukan kepada siapapun. Mungkin itulah alasan, berpuasa dalam agama Kristen tidak diketahui keberadaanya oleh mereka yang non-Kristen dan media publik.

Dalam agama Yahudi, puasa bermakna menahankan diri dari makanan dan minuman. Gosok gigi diharamkan saat puasa hari besar Yom Kippur dan Tisha B’Av, tetapi dibenarkan pada puasa hari kecil atau hari biasa.

Bagaimana dengan orang Katolik? Dalam ajaran Katolik, puasa biasa dilakukan dengan makan kenyang satu kali sehari atau dalam waktu 24 jam yang wajib dilakukan pada Rabu Abu dan Jumat Agung. Minum air tidak termasuk dalam puasa. Namun kini, lebih ditekankan makan kenyang satu kali sehari serta menahan hal-hal dari keinginan dunia dan keinginan manusiawi, seperti tidak makan, tidak minum, termasuk menahan nafsu, sikap, dan juga terhadap hal-hal yang paling disukai. Hal ini dilakukan selama 40 hari menjelang Paskah atau dikenal sebagai masa Prapaskah. Pada masa Prapaskah ini, umat Katolik juga diajak berpantang atau mengurangi hal-hal yang disukai, seperti pantang garam, daging, rokok, serta yang lain. Saat masa pantang dan puasa ini, umat Katolik diharapkan dapat meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian untuk berdoa, beribadat, melaksanakan olah tobat, dan karya amal.

Dalam Alkitab, sejumlah nabi dan juga Yesus melakukan puasa selama empat puluh hari. Umat kristiani meyakini bahwa puasa memberikan banyak manfaat, antara lain menguatkan iman, membuat orang menjadi lebih peka dan mendengar suara Tuhan, serta membentuk kebiasaan baik. Puasa juga bisa memberikan kekuatan untuk melawan godaan, kebiasaan buruk, dan kecanduan. Dalam Kisah Para Rasul disebutkan bahwa murid Tuhan mendengar suara Roh Kudus pada saat mereka berpuasa.

Puasa, selain ibadah adalah hal yang positif untuk dijalankan. Karena itu menjaga, mengingatkan, dan menghormati orang yang sedang berpuasa juga merupakan hal yang positif. Perbedaan agama tak terlalu penting, apalagi puasa ada dalam setiap agama. Selama bulan Ramadhan ini alangkah baik bila kita dan semua orang bisa ikut mengantar saudara-saudari Muslim agar berhasil menggenapi kewajiban agama mereka dalam menjalankan rukun agama mereka. Dalam perbedaan, suka dan duka adalah sama bagi setiap orang. Paus Fransiskus juga menyatakan bahwa ia percaya Tuhan, yang adalah Tuhan bagi semua orang.

Stanley Adi Prasetyo

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here