Mengapa Bulan Mei Disebut Sebagai Bulan Maria

1215
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Mengapa bulan Mei disebut sebagai Bulan Maria, dan kita menggalakkan devosi kepada Maria?

NN, Jakarta

Beberapa ahli sejarah agama berpendapat bahwa devosi kepada Maria juga dipengaruhi devosi rakyat kepada Dewi Ibu. Rakyat Yunani dan Romawi menghormati dewi kesuburan atau kehidupan dan Dewi Ibu, terutama Dewi Artemis. Artemis adalah dewi kesuburan, ibu perawan, yang sangat dihormati di Kota Efesus. Di kota Efesus inilah Maria dinyatakan sebagai Bunda Allah. Dewi dewi ini kemudian diganti dengan Maria, Ibu Yesus. Di Efesus, di atas puing-puing Artemis dibangun sebuah gereja dan Maria sebagai pelindung gereja tersebut. Demikian pula di Roma, di tempat kuil Vesta dibangun gereja untuk menghormati Maria dengan nama Gereja Maria Antiqua.

Pemilihan bulan Mei untuk devosi Maria terkait dengan musim semi yang merupakan tanda kedatangan kehidupan. Maria adalah “Ibu segala kehidupan” yang dikatakan dalam Kitab Kejadian. Jadi, bulan Mei dirayakan sebagai Bulan Maria untuk memperingati bahwa Maria adalah Ibu dari segala kehidupan, karena melalui Bunda Maria lahirlah Yesus Kristus yang “Jalan, kebenaran dan kehidupan” (Yoh 14:6).

Sesudah Yesus naik ke surga, di mana Bunda Maria tinggal? Di manakah Bunda Maria dimakamkan, di Yerusalem atau Efesus?

Novena Ekaristi Putri, Malang

Pertama, menurut tradisi yang sudah sangat kuno, sesudah kenaikan Yesus ke surga, Bunda Maria melewatkan masa akhir hidup bersama Yohanes di Yerusalem dan meninggal di sana. Hal ini diungkapkan beberapa tulisan apokrif dari abad II sampai IV. Meskipun termasuk apokrif, tulisan- tulisan itu mempunyai nilai historis untuk menunjukkan tradisi awal yang ada. Tradisi ini diterima para Bapa Gereja Timur maupun Barat. Tidak ada tradisi yang mengaitkan akhir hidup, kematian, dan makam Maria dengan Kota Efesus sebelum abad V.

Menurut tradisi ini, Bunda Maria melewatkan akhir hidup di Yerusalem, wafat di dormitio virginisyang berada di Bukit Zion. Ia kemudian dimakamkan di Basilica of Dormition yang berada di Bukit Zaitun. Kedua tempat ini menjadi tempat ziarah di Tanah Suci.

Kedua, ada tradisi lain yang mengatakan Bunda Maria melewatkan akhir hidup di Efesus bersama rasul Yohanes. Tradisi ini diawali sekitar tahun 431, yaitu pada saat Konsili Efesus. Konsili Efesus menyatakan Bunda Maria sebagai Bunda Allah, Theotokos, Mater Dei. Tradisi makam Maria di Efesus ini kemudian diteguhkan seorang suster Jerman yang dikaruniai stigmata, bernama Anna Maria Catherine Emmerich (+1824). Dalam meditasi-meditasinya antara 1818 sampai 1824, Sr Catherine Emmerich mendapatkan penglihatan tentang rumah Bunda Maria.

Bentuk bangunan dan rincian tentang rumah yang dilihat Sr Catherine Emmerich sangat cocok dengan sebuah rumah yang terletak di Gunung Kanari di Efesus. Penglihatan Sr Catherine Emmerich ini meneguhkan tradisi tentang rumah Maria di Efesus. Sesudah dipugar, rumah itu sekarang dihormati sebagai rumah di mana Bunda Maria tinggal untuk menghabiskan tahun-tahun terakhir hidup dan akhirnya wafat di sana. Banyak peziarah datang di rumah itu untuk memohon penyembuhan melalui doa Bunda Maria dan ternyata banyak permohonan dikabulkan.

Ketiga, membandingkan kedua tradisi tersebut, maka kita bisa mengatakan bahwa tradisi yang pertama lebih tua dan lebih mempunyai dasar historis. Namun demikian, terbuka juga kemungkinan bahwa Bunda Maria melewatkan masa akhir hidup di Efesus, tetapi kemudian kembali ke Yerusalem dan meninggal dunia di Yerusalem, lalu dimakamkan di Taman Getsemani.

Petrus Maria Handoko CM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here