Jalan Kekudusan Sang Ahli Ekonomi

242
Beato Giuseppe Toniolo.
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Idenya tentang hubungan antara majikan dan pekerja menjadi sumbangan lahirnya Ensiklik Rerum Novarum. Ahli ekonomi pertama yang dibeatifikasi ini menjadi patron Ajaran Sosial Gereja.

Ekonomi dan ilmu sosial, menurut Giuseppe Toniolo, tak dapat dipisahkan dari persoalan kesejahteraan umum dan moralitas. Bahkan, ia menganggap disiplin ilmu tersebut merupakan bagian integral disain operasional Allah. Maka, partisipasi dalam bidang ekonomi harus dianggap sebagai kewajiban yang suci, yakni melaksanakan keadilan dan berbelas kasih kepada sesama.

Bagi Toniolo, pendapat itu tak hanya sebatas kata-kata. Profesor Ekonomi Politik dari Universitas Venesia ini kerap terlibat dalam menyuarakan persoalan dan memperjuangkan hak-hak para buruh, antara lain menuntut para majikan untuk memberikan upah yang adil, penetapan batas jam kerja, dan penyediaan hari-hari libur untuk istirahat.

Selain itu, Toniolo membela kepemilikan orang kecil serta perlindungan bagi kaum perempuan dan anak-anak. Ia juga mengembangkan reformasi pertanian dan mendirikan koperasi susu. Ia optimis, langkah dan cara ini bisa membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Ide-ide briliannya dalam mengatur hubungan antara majikan/pemberi kerja dengan para buruh kala itu dilirik Takhta Suci. Sumbangan pemikirannya tertuang dalam Ajaran Sosial Gereja, salah satunya di dalam Ensiklik Rerum Novarum yang dipromulgasikan Paus Leo XIII pada 15 Mei 1891.

Studi dan Karya

Toniolo tumbuh besar dari keluarga Katolik yang saleh. Anak pertama dari empat bersaudara ini lahir di Treviso, Italia, 7 Maret 1845. Kondisi finansial keluarganya cukup baik. Ia bisa mengenyam pendidikan tinggi. Meski demikian, keluarganya tetap hidup sederhana. Teladan seperti inilah yang membuat masyarakat ‘angkat topi’ kepada keluarganya.

Usai menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah St Katarina (kini, Sekolah Foscarini), Toniolo melanjutkan ke Universitas Padua. Pada 1867, ia meraih gelar Sarjana Hukum. Tekadnya untuk menimba ilmu terus membara. Ia pun mendalami Ilmu Ekonomi Politik di universitas yang sama.

Sayang, kuliahnya sempat terhenti karena ayahnya meninggal. Meski vakum selama beberapa tahun, Toniolo akhirnya berhasil merampungkan kuliahnya pada 1873. Lulus dari Universitas Padua, ia mendapat tawaran beasiswa sebagai profesor di bidang Ekonomi Politik dari Universitas Venesia. Kesempatan itu tak ia sia-siakan.

Keuletannya dalam studi mengantar Toniolo menuntaskan pendidikannya. Ia lalu dipercaya sebagai Dosen Ekonomi Politik di Universitas Modena dan Pisa. Selain itu, ia juga mengisi waktu senggangnya dengan menulis buku dan artikel.

Sebagai pendidik, suami Maria Schiratti ini menganggap para mahasiswa seperti keluarga sendiri, sahabat, atau harta suci yang harus dijaga dan diarahkan sesuai kehendak Tuhan. Karena itu, Toniolo merintis berdirinya Federasi Mahasiswa Katolik Italia (Federazione Universitaria Cattolica Italiana, FUCI) untuk menangkal dampak negatif Revolusi Industri serta pengaruh ideologi komunis dan sosialis.

Toniolo juga mendirikan Institut Pendidikan Tinggi di Milan. Lembaga ini di kemudian hari berkembang menjadi Universitas Hati Kudus, dan memiliki satu cabang yakni Institut Gemelli di Roma – sekolah tinggi yang melayani keperluan medis Paus.

Teladan Ketaatan
Nilai-nilai kekatolikan menginspirasi hidup dan karya sosial Toniolo. Sebagai kepala keluarga, ia menanamkan semangat Injili kepada istri dan keempat buah hati mereka. Ia menghidupi iman kekatolikan dengan setia kepada Takhta Suci dan ajaran Gereja. “Dengan Rahmat Allah, saya taat kepada Takhta Suci dalam setiap pendapat saya, tanpa kecuali,” ungkapnya.

Kesetiaan itu ia wujudkan lewat tindakan yang selaras dengan Ajaran Sosial Gereja, berhadapan dengan situasi yang dihadapi Italia kala itu. Toniolo tak berpihak kepada kaum liberal yang menganut ajaran Freemason maupun kaum tradisional yang menolak beranjak dari pendapat masa lalu.

Toniolo tak sepaham dengan kapitalisme Adam Smith atau sosialisme Karl Marx dan Friedrich Engels. Ia justru menelorkan prinsip solidaritas. Paham ini menjelaskan, ekonomi tak dapat dipisahkan dari persoalan kesejahteraan umum. Selain itu, ilmu sosial harus berhubungan erat dengan prinsip-prinsip moralitas.

Toniolo mendorong umat Katolik yang kompeten agar tampil di panggung politik dan sosial. Usaha itu ia lakukan agar ragi Kristus benar-benar mengembangkan adonan kebaikan dalam masyarakat.

Pada 1893, Toniolo mendirikan Kajian Internasional Studi Sosial (Rivista Internazionale de Scienze Sociali) dan menerbitkan Mingguan Sosial (Settimane Sociali) untuk membantu umat Katolik Italia mendapatkan informasi terkait kesejahteraan masyarakat umum. Selang setahun, ia mengonsep “Program Milan”, kerangka dasar operasional Katolik yang bertujuan untuk mempromosikan demokrasi Katolik dan melawan sosialisme.

Menurut Toniolo, demokrasi adalah tatanan sipil di mana semua kekuatan sosial, hukum, dan ekonomi berkelindan secara proporsional demi kesejahteraan umum berdasarkan kemerdekaan, persaudaraan, dan keadilan bagi setiap orang, terutama kaum miskin dan menderita.

Demi menyeimbangkan relasi majikan dan buruh, Toniolo mengusulkan berdirinya Serikat Pekerja. Ia membidani lahirnya “Serikat Putih” untuk meredam kekuatan “Serikat Merah” yang berkiblat pada prinsip Sosialis-Marxis. Dari situ, ia mencetuskan prinsip subsidiaritas, yang kala itu dikenal sebagai prinsip saling bekerja sama.

Prinsip tersebut mengajarkan, pihak yang lebih mampu tidak akan ikut campur terhadap pihak yang kurang mampu saat pihak yang kurang mampu dapat menjalankan perannya. Namun, pihak yang mampu akan membantu jika pihak yang kurang mampu memerlukan bantuan untuk melaksanakan kegiatan masyarakat demi kesejahteraan umum.

Mukjizat Francesco
Ilmuwan dan aktivis sosial ini harus menghentikan ziarah hidup dan karirnya. Toniolo wafat pada 7 Oktober 1918 di Pisa. Jenazahnya dimakamkan di Pieve di Soligo. Ketika pusaranya dibuka, jasadnya tidak hancur. Toniolo lalu dimakamkan kembali di Gereja St Maria Assumpta di Pieve di Soligo.

Pada 1933, Federasi Mahasiswa Katolik Italia mengusulkan agar Takhta Suci membuka proses penggelaran kudus baginya. Baru pada 14 Juni 1971, Bapa Suci Paulus VI menggelarinya venerabilis. Lalu, Takhta Suci mengakui mukjizat yang dialami Francesco Bartolini dari Pieve di Soligo lewat perantaraan Toniolo pada 14 Januari 2011.

Francesco jatuh dan menderita luka serius usai menyaksikan festival pada 7 Juni 2006. Dokter memvonis lukanya tak akan sembuh. Namun, umat Paroki St Maria Assumpta Pieve di Soligo ini tekun berdoa lewat perantaraan Toniolo untuk kesembuhannya.

Beberapa hari kemudian, luka Fransesco membaik dan sembuh total. Berkat mukjizat ini, Toniolo dibeatifikasi pada 29 April 2012 di Basilika St Paulus Luar Tembok oleh Uskup Emeritus Palermo, Kardinal Salvatore De Giorgi. Uskup Assisi-Nocera Umbra-Gualdo Tadino yang juga menjadi penanggung jawab beatifikasi, Mgr Domenico Sorentino mengatakan, “Toniolo adalah figur yang benar-benar mewakili panorama kesucian awam di Italia, pewarta Rerum Novarum, saksi berwibawa, dan setia”.

Toniolo menjadi ahli ekonomi pertama dalam sejarah Gereja Katolik yang di beatifikasi. Ia dijuluki sebagai patron Ajaran Sosial Gereja. Gereja mengenang teladan hidup dan dedikasinya tiap 7 Oktober.

Paulus Widyawan Widhiasta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here