Kesombongan Akar Kehancuran Manusia

454
Peserta calon penerima sakramen Krisma di aula Paroki St Yoseph, Palembang.
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Takut akan Allah merupakan asal kebijaksanaan. Sebaliknya, mengutip Albert Einstein, ketidakpedulian dan kesombongan menghancurkan manusia. Kesombongan karena tidak takut akan Allah. Dalam Kitab Suci, tidak takut Allah sebagai sikap bebal dan keras kepala, kata Dr Hendro Setiawan dalam paparannya kepada 70 an peserta calon penerimaan sakramen Krisma dewasa di aula Paroki St Yoseph, Palembang, Minggu (8/10).

Pemikir dan penulis buku filsafat ini mengetengahkan beberapa perkembangan yang menjadi keprihatinan dan perlu disikapi dengan bijaksana misalanya perkembangan iptek, individualisme, kapitalisme, fokus ekonomi, egois, serakah, euthanasia, pornografi, dan radikalisme yang berkembang belakangan ini.

Hanya mencari uang
Radikalisme yang menekankan bahwa hanya agamaku yang benar. Bagaimana moral kita dan anak-anak kita dengan maraknya penyebaran film porno yang sulit dibendung? Akibat pornografi munculnya penyimpangan seksual yang luar biasa misalnya homoseksual, lesbian. Dengan kapitalisme disadari penghasilan tinggi kebutuhan makin tinggi lagi, tidak ada batasnya, tidak merasa cukup akan uang. Sedangkan fokus ekonomi hanya mencari uang, seolah ekonomi terpenting dalam hidup, jelas Bapak Hendro.

Menurut Bapak Hendro, dampak kemajuan zaman dapat dikelompok dalam 3 macam cara hidup masyarakat zaman kini yakni masyarakat sekular, masyarakat radikal, dan masyarakat religius. Masyarakat sekular selalu berpikir apa untungnya bagiku, sikap egoisme, maunya enak, dan tidak peduli atau bebal.

Keluar dari egoisme
Masyarakat radikal yang dicirikan dengan moral kolektif, arogansi, sombong, kerusuhan sebagai bentuk kemarahan sosial. Sedangkan masyarakat religius merupakan paham yang benar dan sadar akan panggilan iman, sadar bahwa Tuhan menciptakan saya dengan baik, ciri lain orang keluar dari egoisme dan kemarahan serta bisa menerima (beryukur) atas kenyataan hidup, memposisikan diri pada tempatnya. Di atas semuanya itu, yang dibutuhkan dunia zaman ini yakni orang pintar sekaligus rendah hati, kata Bapak Hendro dengan mantap.

Aktif dalam kegiatan Gerejawi
Yohanes Budianto, ketua bidang katekese mengatakan kegiatan ini untuk menyegarkan kembali materi-materi yang sudah disajikan oleh para pendamping krisma. Sedangkan C.  Wintoko, ketua Dewan Pastoral Paroki St Yoseph Palembang mengajak para pesertauntuk menggereja melalui dalam ajaran Gereja, mengikuti firman-Nya dalam Kitab Suci dan bagaimana menerapkan dalam hidup sehari-hari dengan saudara, kawan, dan pimpinan sehingga hidup kita bisa diterima oleh sesama.

Filosifi hidup bersama, kata Wintoko, kita berbuat baik, belum tentu orang lain menilai baik. Kalau kita berbuat baik dan orang lain menilai baik, semoga itu yang baik. Harapanya setelah menerima sakramen Krisma, hendaknya kita semakin aktif dan berpartisipasi dalam hidup menggereja baik di tingkat lingkungan, wilayah, maupun parokial misalnya dalam kelompok koor, tatalaksana, lektor, pemazmur, menjaga keamanan, prodiakon, guru sekolah minggu, atau pendamping sekami.

Ignas Iwan Waning, Palembang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here