Bersatu dalam Katedral Kubah St Yosef

1976
Bersatu: Umat merayakan Ekaristi di Katedral Pontianak.
3.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Katedral Pontianak boleh menjadi kebanggaan umat Katolik di Keuskupan Agung Pontianak. Namun, iman umat yang beribadah di dalamnya pun harus kokoh dan mulia. Para gembala umat mesti bersatu mengantar umat menuju Kerajaan Allah.

Christiana berganti-ganti memiringkan bibirnya ke kiri dan kanan, sambil tetap mempertahankan wajah ceria. Sekali-sekali, ia merapikan rambut yang dibiarkan terurai jatuh ke bahu. Tatapan matanya lurus ke arah handphone yang sedang mengabadikan gayanya. “Usahakan salibnya terlihat, ya!” ucap Christiana kepada sahabatnya.

Christiana hanyalah satu dari puluhan remaja dan orang tua yang malam itu berfoto-ria di dalam Katedral St Yosef Pontianak, Kalimantan Barat. Pancaran cahaya dari balik salib dan sorot lampu remang-remang dari sudut-sudut altar membuat ornamen di sekitar altar berkilau temaram. Keindahan dan kemegahan interior katedral yang dibangun di atas lahan seluas 5.994 meter persegi itu sayang jika dilewatkan.

Sementara dari sisi luar, gereja yang menelan biaya pembangunan 70 miliar rupiah ini, menjulang tinggi nan megah dengan salib utama di pucuk kubah. Dari jauh, katedral ini tampak kokoh dan anggun, mengalahkan jajaran gedung di sepanjang Jalan Patimura, kota Pontianak.

Setelah dikandung lebih dari tiga tahun enam bulan, katedral ini ditahbiskan oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filipazzi pada Kamis, 19 Maret 2015. Upacara penahbisan Katedral Pontianak bertepatan dengan Hari Raya St Yosef, pelindung katedral ini.

Istilah penahbisan dipakai, karena ini gereja yang menjadi pusat atau induk dari gereja-gereja di Keuskupan Agung Pontianak. “Kami tidak memakai istilah pemberkatan gereja, tapi penahbisan, karena khusus untuk katedral, altar dan tabernakel tidak hanya diberkati, tapi juga didupai dan diurapi,” ujar Sekretaris Keuskupan Agung Pontianak Romo Pius Barces CP.

Ikon Pontianak
Umat Keuskupan Agung Pontianak tentu bangga dengan rumah doa yang dibangun dengan gaya arsitektur mirip Basilika St Petrus Vatikan ini. Tapi Mgr Agustinus Agus mengingatkan, agar umat tak berhenti dalam kebanggaan. Ia mengatakan, “Bangunan gereja hanya simbol. Umat tidak boleh berhenti di situ. Ia mesti mengantar umat semakin dekat dengan Allah.” Mgr Agus tak menyangkal, katedral ini pasti mengundang decak kagum yang melihat. Katedral ini tidak hanya menjadi simbol iman, tapi bisa menjadi ikon Kota Pontianak.

Hal senada diungkapkan Kepala Paroki Katedral Pontianak Romo Damian Duraman OFMCap. Ia mengatakan, “Umat memang senang dan bangga telah memiliki tempat berdoa yang nyaman. Dulu, saat perayaan Ekaristi, banyak umat yang harus rela duduk di kursi-kursi plastik di halaman katedral, karena daya tampung katedral tidak cukup. Tapi sekarang, umat bisa berdoa dengan tenang dan nyaman di katedral yang baru ini.”

Sementara Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis mengatakan, Katedral Pontianak ini tidak hanya milik umat dan masyarakat Pontianak. “Ini aset nasional, bahkan internasional,” ujarnya. Arsitektur katedral ini memadukan gaya kubah yang banyak dipakai di Timur Tengah, gaya Romawi, dan gaya Dayak. “Mengapa Dayak diikutsertakan di sini? Karena ketika berbicara mengenai orang Dayak, orang akan merujuk ke agama Katolik. Tapi harus diingat bahwa orang Dayak tidak hanya beragama Katolik. Ada juga yang Kristen, Islam, dan Buddha,” katanya.

Cornelis berharap, Katedral Pontianak ini menjadi milik seluruh masyarakat Kalimantan Barat yang plural. Ia menjadi lambang kerukunan serta persatuan masya rakat. Cornelis juga menghimbau kepada seluruh masyarakat Kalimantan Barat, terutama warga Kota Pontianak, agar bersama-sama menjaga Katedral Pontianak yang potensial menjadi tempat tujuan wisata. “Jika bangunan ini dijaga dan bertahan lama, akan semakin banyak di kunjungi orang dan menghasilkan pendapatan, sehingga penghasilan masyarakat pun semakin meningkat,” harap Cornelis.

Melayani umat
Kehadiran Katedral Pontianak juga akan menjadi cermin bagi gereja-gereja di seluruh wilayah Keuskupan Agung Pontianak. Maka, menurut Romo Damian Duraman, Katedral Pontianak harus dikelola secara profesional, namun tetap akomodatif terhadap kebutuhan-kebutuhan umat dari paroki lain. Romo Damian memberi satu contoh tentang liturgi. Liturgi yang dirayakan di Katedral Pontianak harus mengikuti panduan tata perayaan liturgi yang berlaku. “Misalnya, lagu-lagu harus sesuai dengan aturan liturgi yang berlaku,” ujarnya. Selama ini, lanjut ahli liturgi ini, lagu-lagu liturgi yang dipakai di katedral ini dipilih dan diterbitkan dalam buku Alleluya.

Sementara Romo Pius Barces mengusulkan, agar imam yang bertugas pastoral di Katedral Pontianak adalah imam yang secara penuh melayani umat, tidak memiliki tugas rangkap. “Sedapat mungkin, imam tersebut tidak bertugas sebagai tenaga pengajar ataupun tugas yang lain. Jadi, imam ini sungguh fokus melayani umat,” ujar Romo Pius Barces.

Mgr Agus sudah merencanakan, pada masa mendatang, imam yang bertugas sebagai kepala paroki katedral ini adalah seorang imam diosesan. Ia pun telah membicarakan rencana ini dengan Provinsial Kapusin Pontianak. Selama ini, Paroki Katedral Pontianak diampu para imam Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum (OFMCap). “Provinsial Kapusin memahami rencana saya ini.”

Mgr Agus berupaya merangkul semua umat dan pelayan pastoral yang berkarya di Keuskupan Agung Pontianak. Saat memilih Kuria Keuskupan Agung Pontianak, Mgr Agus ingin agar tarekat yang berkarya di Keuskupan Agung Pontianak bisa menyumbangkan imam untuk membantu memperlancar roda penggembalaan. Kuria Keuskupan Agung Pontianak terdiri dari Vikaris Jenderal Romo William Chang OFMCap, Sekretaris Keuskupan diemban Romo Pius Barces CP, dan Ekonom Keuskupan dipercayakan kepada RP Edmund C. Nantes OP.

Bergandengan tangan
Selama tiga hari sebelum penahbisan Katedral Pontianak, para imam, biarawan, dan biarawati yang berkarya di seluruh Keuskupan Agung Pontianak berhimpun. Bersama Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus, mereka akan merumuskan visi dan misi pastoral Keuskupan Agung Pontianak. Tak tanggung-tanggung, tim khusus dari Keuskupan Agung Semarang yang di pimpin Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang Romo F.X. Sukendar Wignyosumarta dihadirkan untuk membantu merumuskan visi dan misi Keuskupan Agung Pontianak. “Kami ingin duduk bersama, bersatu, dan merancang komitmen pelayanan pastoral pada masa depan,” ujar Mgr Agus.

Mgr Agus meyakini, selama ini pelayanan pastoral Keuskupan Agung Pontianak sudah berjalan. Ia ingin memastikan, seluruh pelayan pastoral di keuskupan ini berjalan dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan. Ibarat sebuah rumah, semua perabot rumah tertata dan berfungsi optimal. Selain merumuskan visi dan misi Keuskupan Agung Pontianak, pertemuan yang dihelat Senin-Rabu, 16-18/3 ini, menurut Mgr Agus, juga menjadi ajang mempererat relasi para pelayan pastoral.

Mgr Agus berharap, hubungan antar pelayan pastoral, tidak hanya hubungan yang bersifat rasional, lantaran bisa jatuh ke dalam relasi berdasarkan aturan dan hukum semata. Kesatuan prinsip serta kehangatan emosional antarpribadi pelayan pastoral, juga menjadi kesaksian hidup bagi umat. Dengan demikian, Kabar Baik yang diwartakan tidak hanya berupa rumusan, tetapi menyentuh, hadir, dan hidup di tengah-tengah umat.

“Mari kita bergandengan tangan! Gereja selalu berkembang tidak hanya se cara kuantitas, demi mencapai tujuan bersama, yaitu membawa semakin banyak orang masuk ke dalam Kerajaan Allah,” jelas Mgr Agus. Visi dan misi, serta komitmen pelayanan yang disepakati dalam pertemuan ini akan dibawa dan dipersembahkan di depan altar pada upacara penahbisan Katedral Pontianak.

Penahbisan Katedral Pontianak akan meninggalkan jejak kesatuan umat dan para pelayan pastoral dengan Allah. Semangat bergandengan tangan dalam persaudaraan, diharapkan mewarnai kehidupan pastoral di Bumi Khatulistiwa ini. Mgr Agus yang diangkat Paus Fransiskus menjadi Uskup Agung Pontianak pada 3 Juni 2014, berharap, semua tenaga pastoral yang bekerja di Keuskupan Agung Pontianak bersatu sebagai pelayan bagi 541.018 umat yang tersebar di 26 paroki.

“Terhadap kamu, saya uskup. Bersama kamu, saya orang Katolik.” Demikian Mgr Agus mengutip pernyataan St Agustinus.

Stefanus P. Elu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here