Ayah Marah Kalau Anggota Keluarga Sakit

453
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, saya dan keluarga punya masalah dengan ayah. Belakangan ini ayah saya selalu marah jika ada salah satu anggota keluarganya sakit dan perlu berobat. Penyebab kemarahannya tak jelas. Dia selalu mengulang kata-kata, “Saya saja sudah hidup puluhan tahun, tapi tidak pernah sakit.”

Ibu selalu berusaha menenangkan dan memberikan pengertian kepada ayah. Namun, nasihat itu tak pernah didengarkan. Bahkan ia pernah mengatakan, “Tiap kalian sakit, ayah selalu bawa ke dokter, kurang apa?”

Saya juga pernah bertanya kepada ayah, “Kalau setelah menikah dan pasangannya sakit bagaimana?” Dia hanya menjawab, “Kalau tau begitu, ya gak jadi.”

Saya bingung dan kesal. Jawaban ayah sangat menyakiti hati dan melukai perasaan kami. Sekarang, saya, ibu, dan kakak saya, jadi merasa bersalah setiap kali sakit dan harus berobat. Saya mohon saran.

Terima kasih.

Anastasia, Jakarta

Salam jumpa Anastasia, semoga kamu dalam keadaan sehat walafiat. Memang hidup kita penuh warna. Permasalahan demi permasalahan, dari yang sederhana sampai yang kompleks akan senantiasa hadir dalam hidup kita. Namun, hal yang penting adalah bagaimana kita menyikapinya. Ada beberapa langkah yang saya tawarkan.

Pertama, pada saat Anastasia atau anggota keluarga lain sakit, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah berobat. Dalam kondisi apapun pengobatan harus berjalan dan tidak boleh ditunda. Jika ayah marah-marah, sebaiknya bersabar terlebih dulu dan tidak perlu emosional menanggapi sikap tersebut.

Kedua, dengan pikiran yang jernih, cobalah Anastasia menelaah dan memahami kondisi ayah saat ini. Mengapa ayah Anda marah pada saat anggota keluarga sakit? Apakah saat ini, ayah Anda sedang mengalami permasalahan, khususnya keuangan? Seandainya tidak, Anda perlu berpikir apakah ada masalah tertentu yang sedang ia alami. Memang tidak mudah untuk mengetahui atau menjawab. Karena itu, Anastasia perlu berkomunikasi dengan ibu dan anggota keluarga yang lain. Tidak perlu berargumentasi dengan ayah Anda, agar ia tidak merasa tersudutkan dengan keadaan yang kurang menyenangkan.

Ketiga, saat situasi dan kondisi memungkinkan dan dalam keadaan tenang, demikian juga ayah, sebaiknya Anastasia dan ibu berdiskusi dengan ayah mengenai permasalahan yang ada. Seandainya ayah emosi, jangan ditanggapi dengan emosi. Sebaiknya Anastasia tetap tenang dan santun saat berbicara dengan ayah. Carilah jalan keluar bersama-sama.

Keempat, jika kunci masalah yang menjadi pemicu kemarahan sudah ditemukan, maka bicarakanlah bersama-sama bagaimana cara mengatasinya. Saat ingin berdiskusi dengan ayah, perhatikanlah situasi dan waktu yang tepat. Intinya, hadapilah dan komunikasikanlah segala sesuatu dengan tenang dan pikiran yang positif, supaya dapat menemukan jalan keluar yang dapat mencerahkan dan menyejukkan hati, bukan semakin memperkeruh suasana. Dengan demikian, beda pendapat dan beda sikap akan semakin kecil, dan permasalahan dapat terselesaikan.

Kita juga perlu memahami bahwa ada hirarki kebutuhan, sebagaimana diungkapkan Abraham Maslow. Seandainya kebutuhan kita tidak terpenuhi, maka dapat menimbulkan masalah lain dalam kehidupan. Karena itu, kebutuhan kita harus dipenuhi mulai dari yang paling dasar, seperti kebutuhan biologis atau fisik sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Seseorang akan semakin matang dalam hidupnya jika kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Maka, kita perlu saling memahami dan menghargai anggota keluarga kita, agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Demikian sumbangan pemikiran dari saya. Semoga beberapa pendapat yang saya ungkapkan di atas membantu Anastasia dalam membangun relasi dan komunikasi dengan ayah Anda. Tidak ada masalah yang tidak akan terselesaikan selama kita mau berusaha.

Tuhan memberkati.

Emiliana Primastuti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here