BELAJAR LITURGI DAN EKARISTI VIA KOMIK-BAGIAN II

3083
4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Pada bagian II, diperkenalkan tentang alat misa berupa bejana (menurut KBBI: benda berongga yang dapat diisi dengan cairan atau serbuk dan digunakan sebagai wadah; bak/ tempat air).

Simak pula bagian I: https://www.hidupkatolik.com/2017/11/27/15219/belajar-liturgi-dan-ekaristi-via-komik-ciamik-bagian-i/

Bejana Suci, yaitu perangkat dan wadah yang dipergunakan dalam perayaan-perayaan liturgis, dalam ritus Latin bejana-bejana suci itu ialah piala, patena, sibori, piksis, monstrans – lunulla (jepitan untuk sakramen Maha Kudus/ SMK) – custodia (rumah kaca sakramen Maha Kudus), yang bersentuhan langsung dengan Sakramen Mahakudus, termasuk ampul, lavabo, turibulum, navikula dan aspergil. 

Segala perangkat liturgis tersebut wajib diperlakukan dengan hormat, sebagaimana yang dijelaskan oleh P. Francis J. Peffley. Maka supaya kita tidak asing lagi, mari kita kenali penampakannya via kreasi komik karya Tegar Andito berikut ini:

• PIALA, dalam bahasa Latin disebut “calix” yang berarti “cawan”, adalah yang tersuci di antara segala bejana. Piala adalah cawan yang menjadi wadah anggur untuk dikonsekrasikan, dan sesudah konsekrasi menjadi wadah Darah Mahasuci Kristus. Piala harus dibuat dari logam mulia. Piala melambangkan cawan yang dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya; piala melambangkan cawan Sengsara Kristus (“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku,” Mrk 14:36); dan yang terakhir, piala melambangkan Hati Yesus, dari mana mengalirlah Darah-Nya demi penebusan kita.

• PURIFIKATORIUM, berasal dari bahasa Latin “purificatorium”, adalah sehelai kain lenan putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat tiga memanjang dan diletakkan di atas piala.

• PATENA, berasal dari bahasa Latin “patena” yang berarti “piring”, adalah piring di mana hosti diletakkan. Patena, yang sekarang berbentuk bundar, datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi, aslinya sungguh sebuah piring. Dengan munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus untuk umat yang biasanya disimpan dalam sibori, fungsi dari patena sebagai piring menghilang; maka bentuknya menjadi lebih kecil dan sejak abad kesebelas sudah dalam ukuran seperti sekarang. Menurut Pedoman Umum Misale Romawi (2000), untuk konsekrasi hosti, sebaiknya digunakan patena yang besar, di mana ditampung hosti, baik untuk imam dan diakon, maupun untuk para pelayan dan umat (No. 331). Patena, yang biasa diletakkan di atas piala, hendaknya dibuat serasi dengan pialanya, dari bahan yang sama dengan piala, yaitu dari emas atau setidak-tidaknya disepuh emas.

• PALLA, berasal dari bahasa Latin “palla corporalis” yang berarti “kain untuk Tubuh Tuhan”, adalah kain lenan putih yang diperkeras, sehingga menjadi kaku seperti papan, bentuknya bujursangkar, dipergunakan untuk menutupi piala. Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus.

• KORPORALE, berasal dari bahasa Latin “corporale”, adalah sehelai kain lenan putih berbentuk bujursangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya; seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda. Korporale adalah yang terpenting dari antara kain-kain suci. Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai dipergunakan, korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas piala.

• SIBORI, berasal dari bahasa Latin “cyborium” yang berarti “piala dari logam”, adalah bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Sibori adalah wadah untuk roti-roti kecil yang akan dibagikan dalam Komuni kepada umat beriman. Sibori dibuat dari logam mulia, bagian dalamnya biasa dibuat dari emas atau disepuh emas.

• PIKSIS, berasal dari bahasa Latin “pyx” yang berarti “kotak”, adalah sebuah wadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jam kuno. Piksis biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untuk menyimpan Sakramen Mahakudus, yang akan dihantarkan kepada mereka yang sakit, atau yang akan ditahtakan dalam kebaktian kepada Sakramen Mahakudus.

• AMPUL adalah dua bejana yang dibuat dari kaca atau logam, bentuknya seperti buyung kecil dengan tutup di atasnya. Ampul adalah bejana-bejana dari mana imam atau diakon menuangkan air dan anggur ke dalam piala. Selalu ada dua ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa.

• LAVABO, berasal dari bahasa Latin “lavare” yang berarti “membasuh”, adalah bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau dapat juga berupa mangkuk, tempat menampung air bersih yang dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah persiapan persembahan. Sebuah lap biasanya menyertai lavabo untuk dipergunakan mengeringkan tangan imam.

Sumber: “Sacred Vessels” by Father Peffley; Father Peffley’s WebSite; www.transporter.com/fatherpeffley;
Tambahan: “Kamus Liturgi Sederhana” oleh Ernest Maryanto; Penerbit Kanisius 2004;
Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.

(A.Bilandoro)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here