Solidaritas Paus untuk Gereja Filipina

340
Solidaritas: Paus Fransiskus mengenakan ponco plastik, merayakan Misa di dekat bandara Tacloban di tengah hujan dan angin kencang.
[HIDUP/Maria Pertiwi]
3.7/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus mengunjungi Filipina, Kamis-Senin, 15-19/1. Bapa Suci menyapa dan berbelarasa dengan orang miskin dan korban badai Yolanda. Jutaan umat Katolik Filipina tumpah-ruah di jalan menyambut kunjungan pastoral Paus.

Awan mendung menyelimuti langit Tacloban, Provinsi Leyte, Filipina Timur pada Jumat sore, 16/1. Nampak umat berbondong-bondong datang ke area di sekitar bandara Romualdez Tacloban. Mereka adalah umat dari berbagai paroki yang ada di Keuskupan Palo. Mereka ingin menyaksikan dan mengikuti Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus esok harinya, Sabtu, 17/1.

Polisi dan petugas keamanan tersebar hampir di setiap ruas jalan menuju area tem pat Misa akan digelar, juga di setiap titik di dalam lapangan yang digunakan untuk Misa. Setiap umat yang datang diperiksa secara ketat. Mereka yang tidak memiliki ID card yang merupakan tanda bahwa mereka sudah terdaftar sebagai peziarah tak diperkenankan masuk ke sekitar area Misa. Kartu itu berisi keterangan nama dan paroki asal.

“Saya dan umat lain tahu bahwa kami kemungkinan besar tidak bisa masuk ke area Misa karena tidak memiliki ID card. Tapi kenapa saya tetap datang ke tempat ini? Bagi saya yang penting adalah bisa melihat Paus Fransiskus secara langsung, meskipun dari jarak yang jauh. Saya sudah senang dan ini menjadi ke bahagiaan tersendiri bagi saya …,” ungkap Beth, salah seorang umat dari Mindanao. Beth dan umat lain tanpa ID card. Mereka ikhlas bertahan di pinggir pinggir jalan, tak bisa memasuki area Misa.

Ketika malam menjelang, hujan mulai turun sepanjang malam. Umat yang berkumpul di lapangan dekat bandara Tacloban dan yang berada di ruas-ruas jalan mulai mengenakan jas hujan ponco plastik berwarna kuning. Meskipun hujan dan angin kencang berhembus sepanjang malam, umat tetap bertahan di lapangan. Mereka mendaraskan doa bersama-sama sebelum beristirahat malam di lapangan.

Peduli dan Berbelarasa
Esok harinya, Sabtu, 17/1, hujan dan angin kencang menerpa mereka sepanjang hari. Namun hal itu tak mengurangi semangat dan antusiasme umat untuk berjumpa dengan Paus Fransiskus. Mereka menunggu dengan setia di bawah rinai hujan. Beberapa terlihat meringkuk kedinginan sambil menanti Paus Fransiskus tiba.

Paus Fransiskus tiba di bandara Tacloban dan menuju area Misa sekitar pukul 08.45 waktu setempat. Umat bersorak-sorai gembira. Mereka menyerukan yel-yel, “Viva il Papa, Papa Francesco”, sambil menari gembira, seolah tak peduli dengan dingin yang menggigit badan. Tiga puluh menit kemudian, pukul 09.15, Misa dimulai di tengah guyuran hujan dan hembusan angin kencang.

Dalam Misa tersebut, Paus Fransiskus mengucapkan terima kasih kepada umat yang telah hadir dan setia berada di tempat itu walau hujan dan angin kencang. Bapa Suci juga mengungkapkan keprihatinannya akan dampak badai Haiyan yang dialami umat di sana. “Begitu banyak dari Anda sekalian yang harus kehilangan segala sesuatu di Tacloban. Saya tidak tahu apa yang mesti saya katakan, tetapi Allah tahu ….Ia telah mengalami cobaan yang Anda alami,” ujar Bapa Suci.

Pada akhir Misa, Bapa Suci pun berdoa secara khusus bagi para korban badai Haiyan atau badai Yolanda di Tacloban yang terjadi 2013 silam. Doa spontan itu didaraskan Bapa Suci dalam bahasa Spanyol yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris.

Usai Misa, Bapa Suci berkeliling lapangan dengan menggunakan mobil putih. Bapa Suci mengenakan mantel plastik berwarna kuning seperti yang di kenakan umat.

Setelah Misa itu terjadi kecelakaan di area Misa. Seorang perempuan berusia 27 tahun, Kristel Mae Pardasas meninggal dunia karena tertimpa tiang penyangga speaker di dekat altar. Mae merupakan salah satu volunteer di Catholic Relief Services (CRS).

Setelah itu, Bapa Suci mengunjungi para korban badai Haiyan dan makan siang bersama di wisma Keuskupan Palo, Leyte. Bapa Suci juga mendengarkan sharing dari para korban badai Haiyan. Hal ini menjadi salah satu bentuk sapaan dan kepedulian Bapa Suci terhadap mereka yang miskin dan menderita. Ia memberkati Pope Francis Poor yang didedikasikan bagi para orang miskin dan korban badai Haiyan.

Kunjungan Bapa Suci di Cathedral of Our Lord’s Transfiguration (Katedral Palo) dan sekitarnya yang direncanakanan berlangsung selama empat jam, dipersingkat hanya satu jam. Kepada umat yang berkumpul di sekitar Katedral Palo, Bapa Suci mengungkapkan kesedihannya karena harus segera meninggalkan tempat itu. Pukul 13.00, Bapa Suci meninggalkan Tacloban dan kembali ke Manila.

Antusias Umat
Kunjungan Paus Fransiskus ke Filipina merupakan rangkaian kunjungannya ke Asia. Pada 12-14/1, Bapa Suci mengunjungi Sri Lanka. Kemudian pada Kamis, 15/1, Bapa Suci tiba di ban dara Manila, Filipina pukul 17.25 waktu setempat. Hal ini 20 menit lebih awal dari jadwal yang direncanakan. Kunjungan Bapa Suci itu bertajuk “Rahmat dan Belas Kasih”.

Masyarakat di Filipina begitu antusias menyambut kedatangan Bapa Suci. Me reka menunggu di sekitar bandara, jalan menuju Apostolic Nunciature dan di sekitar Apostolic Nunciature, tempat Bapa Suci akan bermalam. Di bandara, sejumlah Orang Muda Katolik (OMK) bersiap dengan mengenakan kaos putih. Para pemudi mengenakan bandana berwarna putih. Mereka mempersembahkan suatu tarian untuk menyambut kedatangan Bapa Suci. Sejumlah OMK yang mengenakan gaun dan tuxedo juga tampak anggun menari dengan menggenggam bendera Filipina dan bendera kepausan.

Ketika pesawat yang ditumpangi Bapa Suci mendarat di Villamor Air Base, Pasay City, Filipina, semua lonceng gereja di seluruh Filipina berdentang. Termasuk di salah satu rumah komunitas para suster Dominikan of Pompei. Suara lonceng bergema memenuhi rumah mereka. Sesekali terdengar teriakan dan tawa mereka ketika melihat Paus Fransiskus dari TV. Beberapa mengabadikan gambar di TV dengan handphone dan kamera digital. Ada pula yang meloncat kegirangan ketika mengetahui dari TV bahwa Bapa Suci telah tiba di Filipina.

Ketika Bapa Suci keluar dari pesawat, Presiden Filipina Benigno S. Aquino III dan sejumlah pejabat pemerintahan, para uskup dan kardinal Filipina, berjajar untuk menyambut dengan salaman dengan Bapa Suci.

Sejumlah orang miskin dari pinggir kota Filipina juga hadir untuk menyambut Bapa Suci dan memberikan bunga. Salah satu tujuan kunjungan Bapa Suci ke Filipina adalah menyapa orang miskin dan para korban badai Haiyan yang diliputi penderitaan karena harus kehilangan keluarga, tempat tinggal, dan harta miliknya.

Seorang umat berkebutuhan khususpun dengan antusias menyambut kedatangan Bapa Suci. Meskipun tidak berdiri di pinggir jalan, John Angelo Orithz menonton siaran TV di kediamannya ditemani keluarganya sambil membuat kristik atau sulaman lukisan wajah Yesus dengan menggunakan kakinya. Ia juga membuat kristik gambar Bunda Maria. Gambar itu ingin ia persembahkan untuk Paus Fransiskus. Ia menunjukkan dengan kakinya rosario-rosario yang ingin pula ia persembahkan bagi Bapa Suci. Dengan keterbatasannya, Angelo ingin menyam but kedatangan Bapa Suci.

Ketika Bapa Suci keluar dari pesawat, angin bertiup kencang, sehingga solideo berwarna putih yang dikenakannya di terbangkan angin. Ia pun hanya tersenyum dan melanjutkan langkah untuk bertemu dengan penyambutnya seperti para pejabat pemerintahan dan para uskup.

Setelah itu, Paus Fransiskus menaiki mobil putih dan meluncur ke Kedutaan Vatikan (Apostolic Nunciature) untuk Filipina. Sepanjang jalan yang dilaluinya, orang-orang berhimpun di sisi kiri dan kanan. Mereka melambai-lambaikan bendera negara Filipina dan bendera Vatikan. Wajah gembira nampak dari raut muka mereka. Dengan antusias mereka mengelu-elukan Bapa Suci yang lewat di depan mereka.

Ungkapan Kedekatan
Bapa Suci mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Filipina, dan bertemu dengan para pejabat pemerintahan, serta korps diplomatik, di Istana Kepresidenan Malacanang, Metro Manila-Filipina, Jumat, 16/1. Dalam sambutannya Bapa Suci mengungkapkan: “Kunjungan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kedekatan saya kepada saudara-saudara kita yang mengalami penderitaan, kerugian dan kehancuran karena topan Yolanda. Bersama dengan banyak orang di seluruh dunia, saya kagum akan kekuatan, iman dan ketahanan orang Filipina dalam menghadapi bencana alam ini, dan banyak orang lain. Hal itu berakar paling tidak dari harapan dan solidaritas karena iman Kristiani yang menciptakan kebaikan dan kemurahan hati, khususnya kepada anak muda.”

Kemudian Bapa Suci merayakan Misa di Cathedral-Basilica of the Immaculate Conception (Maria Terkandung tanpa Dosa) di Manila bersama para uskup, imam, dan biarawan-biarawati. Dalam homilinya, Bapa Suci mengajak para religius dan umat untuk menjadi utusan-utusan Kristus dan ambil bagian dalam mewartakan Kabar Gembira dan menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat. Setelah itu, Bapa Suci berjumpa dengan beberapa keluarga di Mal Asia Arena, Manila.

Pada Minggu, 18/1, Paus Fransiskus kembali ke Manila dan mengunjungi University of Saint Thomas. Di sana, ia bertemu dengan kaum muda dan ratusan anak jalanan. Ada anak yang dulu adalah anak jalanan yang mensharingkan pengalaman mereka. Di antaranya adalah Jun Chura. Ia bercerita bahwa mereka mengais sisa-sisa makanan di antara sampah, menghirup lem dari kaleng bekas, menderita pelecehan seksual dll. Kemudian rekannya Glyzelle Palomar bertanya kepada Bapa Suci, “Mengapa Allah membiarkan anak-anak menderita?”

“Hanya ketika kita bisa menangis tentang hal-hal yang Anda dan kita bisa menjawab pertanyaan Mengapa anak-anak menderita begitu banyak? Jika Anda tidak belajar bagaimana menangis, Anda tidak bisa menjadi seorang Kristen yang baik … Jadilah berani: jangan takut untuk menangis’,” kata Bapa Suci. Pada kesempatan itu, ia mengajak orang muda untuk memberi perhatian dan peduli kepada orang miskin, belajar dari orang-orang miskin, dan datang untuk mengetahui kemiskinan mereka sendiri dan kebutuhan mereka untuk menerima. Menurut Bapa Suci, orang miskin juga melakukan evangelisasi kepada kita. Bapa Suci juga mengatakan kepada semua yang hadir untuk belajar bagaimana mencintai dan bagaimana dicintai.

Usai pertemuan itu, Paus Fransiskus merayakan Misa penutupan di Luneta Park untuk umum. Sekitar enam juta orang berhimpun di tempat itu untuk mengikuti Misa. Selama Misa, hujan terus menerus mengguyur lautan umat berponco plastic warna-warni. Usai Misa, Paus Fransiskus bersiap untuk kembali ke Vatikan, Roma.

Maria Pertiwi dari Filipina

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here