Perlukah Menyebutkan St Yosef Dalam Doa Syukur Agung?

931
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Dalam mendoakan Doa Syukur Agung, ada imam-imam yang menambahkan nama St Yosef sesudah nama Bunda Maria, tetapi ada juga yang tidak. Apakah penambahan ini suatu tindakan manasuka atau karena devosi pribadi?

Yohanes Supardi, Malang

Pertama, penyebutan nama St Yosef dalam Doa Syukur Agung bukanlah sebuah ungkapan devosi pribadi atau tindakan manasuka, tetapi merupakan pelaksanaan dekrit yang dikeluarkan Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata-tertib Sakramen pada 19 Juni 2013 dan ditandatangani Perfek Kongregasi tersebut, Kardinal Antonio Canizares Llovera. Dekrit itu sendiri tertanggal 1 Mei 2013 dan menyatakan bahwa setelah St Perawan Maria, nama St Yosef, suaminya, juga diucapkan dalam Doa Syukur Agung (DSA) II, III dan IV.

Kedua, dasar penyertaan nama St Yosef itu ialah seluruh “umat beriman dalam Gereja Katolik” telah menunjukkan devosi “kepada St Yosef yang sungguh-sungguh dan terus-menerus menghormati kenangannya sebagai suami tersuci dari Bunda Allah dan sebagai Pelindung surgawi dari Gereja semesta.” Penyertaan nama St Yosef dalam Doa Syukur Agung ini sebenarnya sudah diawali oleh Paus Yohanes XXIII. Pada saat pelaksanaan Konsili Vatikan II, dia telah mengeluarkan dekrit bahwa nama St Yosef ditambahkan pada Doa Syukur Agung I (Kanon Romawi). Hal ini dilakukan Paus Yohanes XXIII sebagai tanggapan atas petisi-petisi yang diterima dari aneka daerah di seluruh dunia.

Namun, semangat untuk menyertakan nama St Yosef dalam Doa Syukur Agung ini nampaknya belum langsung diwujudkan ketika dilakukan perumusan ulang DSA II, III dan IV. Meskipun Dekrit Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata-tertib Sakramen mengatakan secara eksplisit hanya DSA II, III dan IV, tentu saja ketentuan ini berlaku juga untuk DSA V sampai dengan DSA X yang digunakan di Indonesia.

Baik Paus Benediktus XVI maupun Paus Fransiskus menunjukkan persetujuannya untuk melaksanakan kebijakan yang telah diawali Paus Yohanes XXIII. St Yosef akan menuntun seluruh Gereja yang berziarah di dunia ini kepada Kristus dan mempersatukan kita bersama dengan Kristus.

Ketiga, tantangan yang dihadapi sekarang ialah bagaimana dekrit dari Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata-tertib Sakramen itu disosialisasikan dan dilaksanakan di seluruh Gereja, mulai dari Katedral, Gereja Paroki, kapel-kapel sampai pada stasi-stasi di pelosok-pelosok ketika umat Katolik merayakan Ekaristi. Karena Tata Perayaan Ekaristi (TPE) yang kita gunakan sekarang berasal dari 2005, maka nama St Yosef belum tercetak secara eksplisit dalam TPE. Mungkin masih banyak imam yang belum mengetahui Dekrit itu dan karena itu belum melaksanakannya ketika merayakan Ekaristi.

Inilah penjelasan yang mungkin atas keadaan sekarang mengapa ada imam yang menyebutkan tetapi ada juga imam yang tidak menyebutkan nama St Yosef dalam DSA ketika merayakan Ekaristi. Karena setiap DSA selalu menyebut nama St Perawan Maria, maka penambahan nama Yosef juga berlaku untuk setiap Doa Syukur Agung. Penambahan nama St Yosef itu dilaksanakan seperti berikut (untuk DSA II), “. . . yang bersama Santa Maria, Perawan dan Bunda Allah, bersama Santo Yosef, suaminya, bersama para rasul . . . .”

Di mana St Yosef dimakamkan? Apakah tidak ada peringatan atau tanda tentang makam St Yosef ini?

Christina Tinoel, Malang

Tidak ada yang mengetahui tentang makam St Yosef. Nampaknya St Yosef sudah meninggal ketika Yesus masih berusia belasan tahun, dan kemudian Yesus melanjutkan pekerjaan ayah-Nya sebagai tukang kayu. Karena itu, Yesus lebih dikenal sebagai tukang kayu, (bukan anak tukang kayu), dan juga Anak Maria: “Bukankah ia ini tukang kayu, anak Maria, . . .” (Mrk 6:3). Tetapi tidak ada tanda-tanda tentang makam St Yosef. Kitab-kitab Perjanjian Baru tidak memberikan indikasi apapun tentang makam St Yosef.

Petrus Maria Handoko CM

Leave a Reply to Andi Janto Singgih Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here