Koleksi Buku Mendiang Ben Mboi Untuk Unika Atma Jaya

357
Misa Perayaan 1000 hari meninggalnya Aloysius Benedictus Mboi (alm) di Gedung Yustinus Unika Atmajaya, Jakarta, Senin,19/3
[Foto: Muliawan Margadana]
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Misa perayaan 1000 hari atas meninggalnya mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Aloysius Benedictus Mboi (alm) dilaksanakan di Gedung Yustinus Unika Atmajaya Jakarta pada Senin, 19/3. Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo memimpin misa. Acara turut dihadiri Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran dan Bupati Manggarai, Kamelus Deno.

Dalam kesempatan itu, Mgr. Suharyo menyampaikan apresiasinya kepada mendiang sebagai figur inspiratif bagi generasi sekarang, karena setiap keputusan dilakukan dengan tulus dan bermanfaat bagi orang banyak.

Semasa hidupnya, pria yang akrab dikenal dengan sebutan “Ben Mboi” pernah berkarya sebagai Dokter Kopassus (Komando Pasukan Khusus) dan diterjunkan ke Irian Barat / Merauke dalam operasi Trikora (Tri Komando Rakyat). Almarhum juga pernah menjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) selama dua periode 1978-1983 dan 1983-1988.

Sebagaimana dikisahkan oleh istri almarhum, Nafsiah Mboi (77), ada satu keajaiban yang dialami sang suami, lulusan SMAK St Albertus Malang, Dempo. “Ia diterima di Dempo dengan hanya membayar Rp. 2,5 , padahal yang lain mesti membayar Rp 200. Bahkan sang Ibu sudah menjual sawah di Manggarai,” ujar mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2012-2014 dengan takjub.

Kemudian, almarhum pernah ditugaskan di Perpustakaan Dempo sehingga mendapatkan tambahan uang saku. “Inilah awal kecintaan beliau pada buku,” imbuh penerima Ramon Magsaysay Award itu mengenang.

Koleksi buku Ben Mboi (alm) berupa buku dan dokumen/ catatan, termasuk perundingan meja bundar, akan diserahkan kepada Perpustakaan Unika Atma Jaya Indonesia. Karya almarhum merupakan warisan intelektual untuk generasi muda (The intellectual Legacy to the young generation). “Banyak koleksi dan peta sejak tahun 1700, termasuk literatur berharga, jangan sampai keluar dari Indonesia,” ujar Nafsiah Mboi berpesan.

AB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here