Komunitas Meditasi Kristiani: Meditasi Membentuk Komunitas

1275
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Sudah seperempat abad, komunitas ini berkarya di dunia. Para anggota komunitas ini pun telah memetik buah-buah rohani dari cara berdoa meditasi.

Suasana di dalam Katedral St Perawan Maria Diangkat ke Surga Jakarta, hari itu, terasa hening. Beberapa orang yang telah lanjut usia sedang duduk membaca buku doa. Sementara yang lain, khusyuk berdoa sembari memilin Rosario di tangan.

Di sudut yang lain, nampak sosok perempuan berambut putih sedang termenung. Ia didampingi sang suami. Mereka begitu khusyuk menikmati keheningan suasana Katedral. Sekali-sekali, mereka menatap tabernakel, seakan matanya menunjukkan kerinduan mendalam kepada Yesus yang hadir dalam rupa hosti suci.

Nama perempuan itu Maria Florentina Kindawati. Kin, panggilannya. Sudah sebelas tahun, ia menjadi meditator dalam Komunitas Meditasi Kristiani.

Awal Terbentuk
Meditasi Kristiani bermula dari seorang Rahib Benediktin asal Inggris, Pater John Main OSB (1926-1982). Ia merintis kembali jejak meditasi menurut tradisi Kristiani. Tradisi ini kemudian ia kembangkan ke luar tembok biara.

Ketertarikannya kepada meditasi bermula saat ia mendapat penugasan dari Departemen Luar Negeri ke Malaysia. Tugas ini membawanya kepada perjumpaan dengan seorang Pandita Hindu yang mengelola sebuah panti asuhan di Kuala Lumpur. Pater John muda kagum dengan pembawaan tenang sang pandita. Ternyata, meditasi adalah kuncinya.

Pater John pun tergerak untuk belajar bermeditasi dengan mengulang-ulang sebuah kata, Maranatha yang berarti “Tuhan datanglah”. Ia sungguh-sungguh mempelajari setiap detail meditasi dengan tekun.

Pater John pun kembali ke London dan masuk ke biara. Namun di dalam biara, ia dilarang pemimpinnya mempraktikkan gaya doa dengan bermeditasi. Pater John juga dilarang memperkenalkan doa meditasi kepada umat, lantaran dianggap tidak sesuai dengan tradisi Kristiani. Sebagai bentuk ketaatan kepada pemimpin, ia pun mematuhi larangan itu.

Suatu ketika, seorang pemuda datang kepadanya. Si pemuda itu berkata, “Pater, ajari aku berdoa.” Pater John kemudian memberikan buku bertajuk Holy Wisdom karya Pater Agustinus Baker, kepada si pemuda itu. Pater John pun ikut membaca buku itu. Ketika membaca buku itu, ia menemukan tulisan Rahib Yohanes Kasianus pada abad IV, yang mengemukakan tentang doa hening dengan merapalkan satu kata. Sejak itu, secara diam-diam, Pater John kembali mempraktikkan cara berdoa dengan bermeditasi.

Beberapa waktu kemudian, Pater Laurence Freeman OSB datang dan tinggal bersama Pater John. Mereka pun kemudian mengembangkan praktik meditasi. Tak lama berselang, Pater John menderita kanker. Ia lalu meminta Pater Laurence untuk melanjutkan karya pelayanan doanya dalam komunitas.

Setelah Pater John meninggal dunia, Pater Laurence pun menjalankan wasiatnya. Melihat animo umat yang tertarik dengan doa meditasi, dibentuklah World Community Christian Meditation (WCCM), sebuah komunitas mondial meditasi Kristiani. Kini, setelah 25 tahun berdiri, WCCM memiliki cabang hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.

Masuk Indonesia
WCCM masuk Indonesia atas bantuan seorang dokter yang senang melanglang buana. Ia adalah Dokter Hendra Wijaya. Hendra pertama kali mengenal meditasi saat ia berada di Filipina. Ketika ia pergi ke Singapura, ia kembali bertemu dengan komunitas meditasi ini. Hingga akhirnya, komunitas Singapura mendorongnya untuk memperkenalkan meditasi Kristiani kepada umat di Indonesia. Meditasi ini pun berkembang di kalangan para dokter. Pada September 2003, Pater Laurence dengan perwakilan Singapura memperkenalkan meditasi Kristiani ke Indonesia.

Komunitas Meditasi Kristiani pun kian berkembang di Indonesia. Perkembangan ini juga dimotori oleh Hendra. Kala itu, ia bertugas memberikan penyuluhan ke berbagai kota di Indonesia tentang HIV/AIDS. Di sela-sela tugas utama itu, ia bertemu dengan umat Katolik dan memperkenalkan Komunitas Meditasi Kristiani. Hingga kini, komunitas ini telah berkembang menjadi lebih dari 120 kelompok di seluruh Indonesia.

Layanan Penjara
Komunitas Meditasi Kristiani mengajak umat untuk sejenak berada dalam keheningan, diam, dan dengan kata-kata yang sederhana bercakap-cakap bersama Allah. “Duduklah tegak! Usahakan bahu memiliki kemiringan 90 derajat. Buka kedua tanganmu dan pejamkan mata,” terdengar suara lembut Koordinator Nasional Meditasi Kristiani, Maria Florentina Kindawati memberikan instruksi.

Meditasi adalah hening. Hening berarti memiliki sikap batin yang membiarkan kehadiran Allah meraja dalam diri. Setiap anggota yang hadir akan diajak untuk menangkap bahasa Allah ini. Kin menjelaskan, untuk tinggal dalam keheningan memerlukan ketekunan dan kesetiaan yang harus dilatih terus-menerus. Ia melanjutkan, pelanturan akan selalu ada, tapi bersama rahmat Allah kita akan dimampukan.

Selain berhimpun dalam kelompok, Komunitas Meditasi Kristiani juga melakukan berbagai aksi sosial, seperti yang dilakukan Komunitas Meditasi Kristiani di Yogyakarta. Mereka secara rutin mengunjungi para narapidana di penjara. Di sela kunjungan, mereka juga memperkenalkan cara-cara berdoa dengan meditasi.

Kini, hampir saban pagi, para narapidana di penjara itu bergegas menuju lapangan, lalu duduk bersila dalam hening. Perubahan perilaku perlahan juga tampak. Para narapidana ini menjadi lebih tenang dan tertib. Setelah bebas dari masa tahanan, kelompok narapidana ini pun kemudian membentuk komunitas. Mereka rutin berkumpul untuk bermeditasi bersama.

Terpanggil
Banyak buah-buah rohani yang dipetik oleh para anggota Komunitas Meditasi Kristiani. Salah satunya dialami Andreas Adi Wibowo. Meditasi, bagi pria berkepala plontos ini, telah menjadi gaya hidup. Padahal, sebelum bergabung dengan Komunitas Meditasi Kristiani, Andre sama sekali tidak mengetahui dan memahami bentuk doa hening ini. “Tapi setelah menekuni, saya merasakan damai sejahtera,” ujarnya. Maka, setelah merampungkan Kursus Pendidikan Evangelisasi (KEP), Andre merasa terpanggil untuk membentuk komunitas ini.

Panggilan Andre itu semakin nyata ketika menemukan ucapan Pater Laurence dalam sebuah seminar, “Meditation creates community.” Seolah-olah, kalimat itu berbicara kepada dirinya. Akhirnya, pada 27 April 2007, terbentuklah Komunitas Meditasi Kristiani di Paroki Maria Kusuma Karmel Meruya, Keuskupan Agung Jakarta. “Hidup berkomunitas sungguh memberikan angin segar pada perjalanan iman saya. Komunitas ini sangat membantu saya agar bertahan dalam kekeringan iman,” ujar Andre dengan penuh sukacita.

Felicia Permata Hanggu

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here