Perhentian Ke-15

2296
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Mengapa ada Gereja-gereja yang mempunyai jalan salib dengan perhentian XV? Apakah pengadaan perhentian XV adalah inisiatif pribadi dari pastor setempat atau ada dasar teologisnya dan diperbolehkan?

Cecilia Nirmala Binawati, Surabaya

Pertama, melakukan devosi Jalan Salib pada masa Prapaskah memang sangat membantu kita untuk merenungkan sengsara dan wafat Yesus. Keempatbelas perhentian mengajak kita untuk masuk ke dalam rincian penderitaan Yesus dalam setiap situasi konkrit yang dihadapiNya dalam menjalani sengsaraNya. Keempatbelas perhentian juga mengajk kita melihat peran pribadi-pribadi yang muncul pada setiap perhentian. Semua ini sangat berguna untuk mengajak kita untuk bertobat dan merenungkan sengsara Tuhan. Namun demikian, Magisterium Gereja meminta agar setiap devosi Jalan Salib Tuhan diakhiri dengan kenangan akan kebangkitan Tuhan. Dengan demikian, devosi Jalan Salib tidak berhenti pada keadaan sedih wafat Tuhan di puncak Salib, tetapi juga mengarahkan kaum beriman pada harapan akan kebangkitan Tuhan.

Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, no 134, menyatakan: “Jalan Salib adalah devosi yang terkait dengan sengsara Kristus. Namun harus diakhiri sedemikian rupa sehingga kaum beriman berada dalam harapan akan kebangkitan dalam iman dan pengharapan, mengikuti contoh Jalan Salib di Yerusalem yang diakhiri di Gereja St Anastasia (artinya, kebangkitan), perayaan dapat diakhiri dengan kenangan akan kebangkitan Tuhan.” Perspektif kebangkitan pada akhir devosi Jalan Salib ini berlaku juga ketika Jalan Salib dilakukan pada masa Prapaskah. Jadi, kenangan akan kebangkitan sama sekali bukanlah pelanggaran, bukan pula hanya diperbolehkan, malahan diharuskan.

Kedua, pengarahan pada kebangkitan Tuhan, sebenarnya sudah ada di dalam doa penutup. Tetapi satu baris kalimat tentang kebangkitan dalam doa penutup itu seringkali luput dari perhatian, dan karena itu gagal memberikan perspektif pada keseluruhan Jalan Salib yang dilakukan. Maka pengadaan perhentian XV sebagai tambahan, yaitu Yesus Bangkit, berguna untuk memberi secara jelas horizon pada keseluruhan devosi Jalan Salib. Dengan demikian umat diajak untuk menyisihkan waktu dan merenungkan sengsara dan pengorbanan Yesus dalam cahaya kemenangan kebangkitan.

Kenangan akan kebangkitan Tuhan juga mendapatkan porsi waktu yang cukup untuk direnungkan oleh umat. Jika perhentian-perhentian Jalan Salib di Gereja atau di kapel hanya mempunyai empatbelas perhentian, maka perhentian XV bisa dilakukan di depan tabernakel. Tentu Seksi Liturgi Paroki atau lingkungan perlu menyediakan doa dan lagu yang harus didoakan pada perhentian XV.

***

Bolehkah merayakan misa arwah pada Jumat Suci? Apakah boleh minta intensi untuk arwah pada hari Jumat Suci?

Novi Pendiputri, Malang

Pada hari Jumat Suci, konsentrasi Gereja diarahkan pada Sang Kristus yang sedang menjalani detik-detik sengsara dan wafat-Nya. Rasa cinta dan hormat kita selayaknya mendorong kita untuk bersikap solider dengan Sang Penyelamat yang sudah menyerahkan diriNya untuk keselamatan kita semua. Pada hari ini belum dirayakan kebangkitan Kristus. Karena itu, Jumat Suci menjadi satu-satunya hari dalam seluruh tahun liturgi Gereja ketika tidak boleh dirayakan misa. Ini berlaku untuk seluruh dunia. Pada hari ini Gereja mengungkapkan kedekatan kasihnya dengan Kristus yang tersalib lewat ritus penyembahan salib dan kerelaan untuk ikut menderita.

Perayaan misa apapun pada hari ini, apalagi misa arwah di lingkungan, tidak diperbolehkan. Perhatian umat diarahkan untuk ikut menghayati bersama Kristus penderitaanNya yang begitu hebat untuk menebus dosa-dosa kita, yaitu pada ibadat Jalan Salib dan penyembahan salib. Jadi, misa arwah bisa digeser pada hari-hari sesudah Paskah. Intensi mendoakan arwah pada Jumat Suci boleh dilakukan secara pribadi, tetapi tentu bukan sebagai intensi misa karena tidak dipersembahkan misa.

Petrus Maria Handoko CM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here