Dinamika Pekerja Migran

146
Pastor Benny Hari Juliawan, SJ (kiri) dan Pastor Ignatius Ismartono SJ memaparkan materi bedah buku Settling Down: The Struggles of Migrant Workers to Adapt.
[HIDUP/Willi Matrona]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Adagium “Vox Populi Vox Dei”, ‘suara rakyat adalah suara Tuhan’ telah begitu dikenal, ungkapan yang sama sedikit diubah oleh Pastor Ignatius Ismartono, SJ menjadi “suara korban adalah suara Tuhan”. Hal ini terjadi dalam peluncuran dan bedah buku Settling Down: The Struggles of Migrant Workers to Adapt di Sanggar Prathivi, Jakarta Pusat, Senin, 26/03.

Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Serikat Yesus Asia Pasifik. Ada tujuh lembaga yang terlibat dalam penelitian ini yakni Tokyo Migrants’ Desk, Yiutsari, Rerum Novarum, UGAT Foundation, Sahabat Insan, Komisi Pastoral Migran Perantau Konferensi Waligereja Vietnam, dan JRS Kamboja.

Pastor Benny Hari Juliawan, SJ menjelaskan, buku membahas adaptasi buruh migran di tempat tujuan. Ketika sampai di tempat tujuan, para pekerja berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya setempat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pekerja. Perbedaan budaya bahkan bahasa menjadi tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi.

Pada umumnya buruh migran berasal dari negara dunia ketiga. Pastor Benny menambahkan, mereka pergi ke negara maju untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Di sini para pekerja dituntut untuk menyesuaikan diri dengan budaya dan bahasa setempat. “Negara tujuan tentu berbeda dan mereka harus menyesuaikan diri dengan banyak hal seperti bahasa, kebudayaan, sistem jaminan sosial, jaminan kesehatan, layanan pengaduan dan banyak lagi,” ungkapnya.

Ketika pekerja-pekerja ini pulang ke kampung halaman, pengalaman yang mereka bawa dari tempat kerja tentu mengubah hidup mereka. Pastor Benny menjelaskan, pengalaman ini tidak seluruhnya baik. “Pelajaran positif seperti keterampilan, perubahan ekonomi dan memiliki modal usaha. Tetapi ada juga yang membawa masalah mulai dari perkara, kontrak yang tidak disepakati, hingga perlakuan majikan yang buruk.”

Willy Matrona

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here