Menyelamatkan Ibu Bumi Dengan Bank Sampah

474
Bank Sampah Ngudi Rejeki di Wilayah Cangakan, RW 10. [NN/Dok.Pribadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pernahkah terlintas di benak kita, berapa jumlah sampah yang kita hasilkan dalam sehari? Tingkat pencemaran lingkungan menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sangat memprihatinkan.

Diperkirakan total sampah di Indonesia mencapai 187,2 juta ton per tahun. Belum lagi ditambah dengan populasi penduduk yang semakin padat, tidak sebanding dengan lahan. Keterbatasan tempat untuk menampung sisa konsumsi menjadi salah satu faktor penyebab volume sampah yang kian bertambah.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Penggiat Lingkungan dan Leader Gropesh Solo Raya Margareta Denok Marty Astuti mengadakan suatu gerakan kepedulian berupa Bank Sampah yang didukung oleh Indonesia IATSS (International Association of Traffic and Safety Sciences) Forum Alumni dan Gropesh. Sederhananya adalah tempat untuk menabung sampah. Ia memulai hal ini di tempat kelahirannya di kota Solo, Jawa Tengah.

Baca juga: http://majalah.hidupkatolik.com/2016/11/02/455/margareta-denok-marty-astuti-memilih-berkarya-di-tempat-sampah/

Denok, begitu akrab disapa, menjelaskan, konsep bank sampah adalah dari warga untuk warga, dimana penggagas, penggerak, pengurusnya, dan nasabahnya adalah dari warga. “Setiap RW wajib ada bank sampah. Kalau wilayah RW terlalu luas, minimal RT-nya yang berperan. Di Solo ada 200 bank sampah dari target 600 bank sampah,” tuturnya bersemangat.

Salah satu buku Bank Sampah Muslimat NU Surakarta di Wilayah Jebres, RT.3 RW 20. [NN/Dok.Pribadi]
Sampah anorganik (tidak dapat diuraikan oleh alam seperti tas plastik, botol plastik, kaleng) yang telah dipilah dari rumah, disetor ke bank sampah. Sampah kemudian ditimbang. Hasil timbang dikalikan dengan nilai rupiah tertentu per jenis sampah. Hasil perkalian dalam bentuk rupiah ini dicatat di buku tabungan.

Isi buku tabungan bank sampah
Anak-anak menyetor sampah ke bank sampah.

“Di kami, buku tabungan manual hanya dipakai selama 3 bulan. Setelah itu langsung masuk ke rekening bank sungguhan,” imbuh Denok. Ia bermitra dengan salah satu bank yang memiliki unit hingga pelosok desa.

Denok mengutarakan beberapa manfaat bank sampah yang sudah terhubung dengan bank yang dimaksud, antara lain:

  • Hasil tabungan yang dapat diambil kapan saja
  • Tabungan sampah yang dimiliki bisa untuk membayar air, listrik, hingga BPJS (melalui agen BRilink di Solo)
  • Mengantisipasi korupsi yang mungkin dilakukan oleh pengurus bank sampah

Kini Denok sedang mempelajari kemungkinan penjajakan kerjasama dengan minimarket, agar tabungan sampah bisa untuk membeli sembako. “Kami sedang koordinasi untuk membangun koperasi bank sampah. Anggota minimal 20 BS,” katanya menjelaskan.

Struktur organisasi bank sampah terdiri dari Manajer Bank Sampah (BS), Bendahara, Penimbang, hingga Pencatat. BS terbuka juga untuk umum.

Selain itu, BS memberlakukan sistem bagi hasil, misalnya 80:20. 80% kembali ke nasabah, 20% masuk ke bank sampah untuk operasional. Denok turut mendorong Orang Muda Katolik (OMK) dan Karang Taruna agar memiliki BS supaya mereka mendapat bagian 20% yang dapat menunjang kegiatan mereka. “Jangan kalau pas mau kegiatan bisanya hanya minta,” seloroh Denok.

Berkaitan dengan program penanganan sampah dengan bank sampah ini, Denok pun mengharapkan dukungan dari pihak-pihak terkait. “Gropesh menjadi jembatan warga, agar segera mendirikan bank sampah, dengan membantu peralatan. Kalau Gropesh sendirian mana ada duit…”

Denok (kanan) menyetor sampah ke bank sampah.[NN/Dok.pribadi]
Mekanisme kerjasamanya bisa dalam bentuk program CSR (Corporate Social Responsibility) atau lembaga independen yang lebih disukainya ketimbang partai yang terkadang meminta imbalan jumlah suara, terlebih menjelang pilkada tahun depan.

Ia pun mengisahkan tentang suatu pengurus RT yang ganas, dengan menerapkan aturan, barangsiapa tidak menjadi nasabah bank sampah, apabila membutuhkan surat-surat dari RT tidak akan diberi.

Meskipun demikian, tidak ada hukuman yang sedemikian. “Ini kan kerelaan hati. Tapi kalau ada warga yang ngga bergerak akhirnya malu juga kok,” ucap Denok.

Kota Solo Berkomitmen Untuk Peduli Sampah

Efek Bank Sampah

Denok semakin semangat dalam mengembangkan bank sampah yang bisa memberikan dampak/ efek positif di kalangan masyarakat antara lain:

  • Sosial: bank sampah meruntuhkan sekat beda agama, beda suku, beda keyakinan, beda kasta. Semua terlibat di bank sampah.
  • Ekonomi: sampah memiliki nilai ekonomis.
  • Budaya: ada budaya baru dengan kepedulian memilah sampah mulai dari rumah
  • Pertahanan dan keamanan (hankam): warga jadi semakin guyub karena biasanya hampir tidak pernah atau jarang bertemu tetangga. Dengan menyetor sampah, jadi ikut bertemu dengan tetangga sekitarnya.
  • Lingkungan hidup: sudah pasti, karena tujuannya adalah menyelamatkan ibu bumi

 

Antonius Bilandoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here