Inovasi Air Hujan dan Sampah

129
Erna Witoelar berbicara dalam Seminar “Air Hujan untuk Kehidupan” di Unika Atma Jaya.
[HIDUP/Hermina Wulohering]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Ketersediaan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia. Tak hanya di daerah, sebagian warga Jakarta juga turut mengalaminya.

Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saat ini pemenuhan kebutuhan air minum nasional baru mencapai 68,8 persen. Salah satu programnya adalah pencanangan program 100-0-100, artinya nol persen pemukiman kumuh dan 100 persen sanitasi sehat.

Targetnya adalah pemenuhan akses air bersih di seluruh kota di Indonesia pada 2019. Terkait hal itu, Unika Atma Jaya bersama Coca-Cola Foundation Indonesia membangun model percontohan rumah susun berorientasi lingkungan yang dinamakan Green Rusunawa.

Program ini mengintegrasikan model pengelolaan air melalui pemanfaatan air hujan berupa sistem pemanenan air hujan (rain water harvesting) dan pengelolaan sampah. Air dan sampah merupakan dua elemen penting dalam penataan hunian berkelanjutan.

Melalui sistem ini, setidaknya 336.000 liter air dapat ditabung dan 300 kepala keluarga dibantu mengakses air bersih. Pemanenan air hujan sudah lama dimanfaatkan di beberapa daerah. Namun, tidak banyak dilakukan di perkotaan. Persepsi yang keliru tentang air hujan serta penggunaan teknologi yang belum tepat guna menjadi faktornya.

Co-chair Filantropi Indonesia, Erna Witoelar, mengatakan, inovasi air hujan dapat menanggulangi dampak pengambilan air bawah tanah yang mengurangi cadangan air di permukaan tanah.

“Persediaan air juga dapat tercemar oleh limbah industri maupun kegiatan manusia. Sementara kualitas air hujan umumnya relatif baik,” kata mantan Menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabinet Persatuan Nasional, di Unika Atma Jaya, Jumat, 5/4.

 

Hermina Wulohering

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here