PKSN 2018 : Suarakan Perdamaian

303
Penyambutan Tim Komsos KWI di Katedral St Maria Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
[HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
3/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.comJurnalisme damai mesti mewartakan kebenaran dan melawan berita bohong.

MANIK Mata dari Mantir Adat itu terlihat teduh. Usai bertirakatan, ia mendapatkan berita baik. Dengan tirakatan, Mantir Adat bermeditasi untuk bersatu dengan alam. Pada saat itu, ia melihat, pagi itu seorang bijaksana akan berkunjung ke desanya.

Begitulah pesan yang didapat dalam upacara Potong Pantan. Dengan cara inilah masyarakat Suku Dayak berkomunikasi satu dengan yang lain. Upacara Potong Pantan ini juga yang harus dilewati rombongan Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Katedral St Maria Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 7/5.

Mereka datang dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial Nasional KWI (PKSN) yang pada tahun ini diadakan di Keuskupan Palangka Raya, Kalimantan Tengah, 7-13/5. Bertindak sebagai Mantir Adat pada saat itu adalah Vikaris Jenderal Keuskupan Palangka Raya, Pastor Silvanus Subandi.

Puncak ritual Potong Pantan adalah saat ketua rombongan tamu memotong batang bambu yang dipasang melintang dengan sebilah mandau. Tradisi “Potong Pantan” melambangkan prinsip keterbukaan sekaligus mengungkapkan kebanggaan dan suka cita. Para tamu yang memotong pantan diharapkan selalu mendapat perlindungan dan rejeki.

Melek Komunikasi
Perkembangan teknologi yang sedemikan masif mengantarkan Gereja Katolik untuk peduli terhadap peluang dan tantangan yang dihasilkan. Perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia menjadi jawaban atas kepedulian ini.

Paus Paulus VI mengawali perayaan ini dengan mengeluarkan dekrit Inter Mirifica pada 4 Desember 1963. Dekrit ini dikeluarkan pada saat Konsili Vatikan II, untuk menunjukkan bahwa Gereja akan berupaya menjadikan perkembangan komunikasi sosial sebagai perhatiannya. Saat itu juga Paus menetapkan St.Fransiskus de Sales menjadi pelindung Komunikasi Sosial.

Kini telah 52 tahun, Gereja Katolik merayakan Hari Komunikasi Sosial sedunia. Pada tahun ini, Gereja mengangkat tema “Berita Palsu dan Jurnalisme Perdamaian: Kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32).

Di Indonesia, sudah sejak lima tahun ini, perayaan Hari Komsos diisi dengan Pekan Komunikasi Sosial Nasional KWI (PKSN). Pada tahun ini perayaan diadakan di Keuskupan Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Srimarlina dan Sopia adalah dua gadis remaja asal Paroki Muara Teweh Gereja Santa Maria De La Sallete Sampit, Keuskupan Palangka Raya. Keduanya adalah katekis yang harus bekerja di medan pewartaan yang tidak mudah.

Srimarlina menceritakan, untuk sampai di tempat karyanya, sepeda motor menjadi satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan. Demi menghadiri PKSN, keduanya harus menempuh perjalanan selama enam jam dengan mobil. “Beruntung kami pergi bersama mobil pastor paroki. Kalau tidak, maka kami harus meronggoh kocek sendiri,” ujar Srimarlina.

Petualangan yang sama harus dilalui Yenny, Dangdum, dan Denal. Mereka adalah tiga Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St.Paulus Pangkalan Bun. Hampir sembilan jam mereka menempuh perjalanan menuju Palangka Raya.

Suasana diskusi peserta dalam PKSN 2018 di Keuskupan Palangka Raya.
[HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
Untuk sampai ke tujuan, mereka harus transit di Kota Sampit. Meski begitu, ketiganya terlihat antusias. Berada di PKSN, adalah pengalaman pertama mereka mengikuti kegiatan level nasional. “Aku sangat senang menjadi utusan paroki untuk mengikuti acara bergengsi ini,” ujar Yenny.

Sekitar 130 orang muda datang sebagai peserta di PKSN tahun ini. Mereka datang didampingi para pastor. Hadir juga perwakilan dari Keuskupan Pangkal Pinang, Keuskupan Padang, Keuskupan Surabaya, Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Ketapang, dan Keuskupan Palembang.

Lawan Berita Palsu
Beragam kegiatan diadakan selama PKSN. Tahun ini Komsos KWI melatih peserta agar memiliki kemampuan mengenali berita palsu. Penyebaran berita palsu baik di media daring maupun cetak telah banyak meresahkan masyarakat. Emosi masyarakat dimainkan.

Akibatnya, konflik dan kekerasan timbul akibat tersebarnya berita yang belum jelas kebenarannya. Sebelum masuk kepada pengenalan mengenali berita palsu, para peserta dibekali ilmu menulis kreatif dan audio visual.

Pelatihan audio visual pembuatan film pendek di Aula Magna Keuskupan Palangka Raya.
[HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
Kedua pelatihan ini diadakan di Aula Magna Keuskupan Palangka Raya, Selasa – Rabu, 8-9/5. Kelas menulis kreatif menghadirkan penulis buku Budi Sutedjo, Redaktur Pelaksana Liputan 6 SCTV, Abdi Susanto, dan A.Margana. Narasumber mengajak peserta untuk berani mengeluarkan ide dan menuangkannya dalam tulisan.

Budi mengungkapkan sebagai orang beriman, sebelum menulis perlu juga meminta berkat dari Roh Kudus. Ia menambahkan, selain keberanian, ketepatan data diperlukan untuk menghasilkan tulisan yang berbobot kebenaran.

“Minta Roh Kudus untuk membantu kamu dalam menulis.” Data itu perlu untuk mendukung tulisan terlebih ketika membuat sebuah essai.

Margana menjelaskan, data harus digali sebanyak mungkin. Dengan data yang cukup maka seorang akan leluasa dalam menuangkan setiap ide. Sementara Abdi mengajak peserta untuk menulis dari sudut pandang yang unik.

Peserta tidak hanya diberi pelatihan namun ditantang untuk menghasilkan karya. Hasilnya, ditemukan karya 10 penulis terbaik. Lokakarya pembuatan film pendek juga menjadi kegiatan lain selama PKSN. Pelatihan ini dibawakan Tim Studio Audio Visual Puskat Yogyakarta yang dipimpin Pastor Murti Hadi Wijayanto SJ.

Kegiatan yang diadakan di Aula Unio Keuskupan Palangka Raya mengambil tema “Inspiration and Creativity”. Rata-rata para peserta belum memiliki pengalaman membuat film pendek. Dengan kepiawaian fasilitator, para peserta di dampingi hingga bisa menghasilkan tujuh buah film pendek hanya dalam dua hari.

Seminar literasi media komunikasi juga menjadi kegiatan lain selama PKSN. Fokus seminar ini adalah menanamkan pengetahuan literasi media. Pembicara dalam seminar ini adalah Errol Jonathans, Eko Indrajit, Margareta Astaman, dan Kevin Sanly Putera.

Mereka membahas tema “Taat Beragama, Sopan Berkomunikasi”. Seminar ini diadakan di Kamis-Jumat 10-11/5. Peserta diajak mendeteksi berita palsu dengan menggunakan situs resmi. Mereka juga dilatih melacak secara tradisional dengan memperhatikan konten, dan kebenaran data yang dimuat.

Beberapa pembicara seminar nasional “Gereja Katolik Menolak Hoax” bersama Mgr Sutrisnaatmaka (tengah).
[HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
PKSN menjadi spesial dengan kehadiran Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara. Ia datang bersama Direktur Jendral Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo R Niken Widiastuti,  serta Direktur Jendral Bimas Katolik Eusabius Binsasi di Aula Magna Keuskupan Palangka Raya, Sabtu, 12/5.

Komunikasi Allah Satu

PKSN 2018 dipuncaki dengan Misa yang dipimpin Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka MSF di Katedral Palangka Raya, 13/5. Ia didampingi juga oleh Sekretaris Jenderal KWI Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC.

Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka MSF dan Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC saat perarakan Misa puncak PKSN 2018. [HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
Yesus dengan Bapa adalah sehati sesuara. Yesus berkomunikasi dengan Bapa, dan Dia tidak pernah konflik dengan Bapa. Inilah yang membuat Yesus tidak pernah melenceng. Alhasil hidup Yesus seturut kehendak Bapa. Demikian Mgr Anton saat menyampaikan homili.

Berkat keselarasan komunikasi ini, jalan hidup Yesus setia dalam mewartakan dan menyebarkan Kerajaan Allah. Mgr Anton menegaskan, karena hubungan Yesus dengan Bapa baik, maka Yesus tahu betul membedakan berita bohong yang disebarkan iblis. “Ia tidak pernah terkecoh walaupun diberi iming-iming manis oleh Iblis. Ia tetap setia kepada Bapa-Nya dan seia sekata dengan-Nya.”

Mgr Anton mengungkapkan, kebenaran inilah yang akhirnya akan memerdekakan manusia. Ia melanjutkan, Paus Fransiskus melihat bahwa dunia sedang diserang dengan beragam berita palsu. Berhadapan dengan hal ini, pesan Hari Komunikasi Sosial Ke-52 tahun ini menyerukan untuk melawan berita palsu itu dengan “Jurnalisme Perdamaian”.

“Jurnalisme perdamaian bukan berita bohong, bukan iklan yang menjanjikan sesuatu yang palsu.” Dengan cara ini, Paus mengajak untuk tetap setia pada rencana Allah dengan mewartakan kebenaran bagi kebaikan setiap orang.

Mgr Anton menambahkan, berita palsu yang sering dilontarkan juga ujaran kebencian akan berujung pada maut. Ini akan menjadi awal rusaknya relasi manusia dengan Allah dan sesama. “Berita benar, berita keselamatan, dimulai dari Yesus. Sejak itu, ujaran kasih berkumandang.”

 

Felicia Permata Hanggu (Palangka Raya)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here