Narasi Simbolis Reformasi

278
Yohanes Temaluru, Romo Moko, Ayu Utami (kiri-kanan). [HIDUP/Marchella A. Vieba]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – PT Kanisius menggelar talkshow dan peluncuran buku Tarian Dewi Cinta karya Pastor B. Bambang Triatmoko SJ, di Sanggar Prathivi, Jakarta Pusat, Minggu, 20/5. Pastor Moko, sapaannya, menjelaskan, karyanya mengambil latar peristiwa Mei 1998.

“Keprihatinan akan peristiwa 20 tahun reformasi itu diangkat melalui narasi secara simbolis, (lewat) tarian,” tuturnya. Romo Moko tak menampik, karya terbarunya itu paling lama dirampungkannya. Sekitar setahun waktu yang dia butuhkan untuk mengerjakan buku tersebut.

Romo Moko mengakui, tak mudah untuk membuat sebuah plot berlatar sejarah,namun tetap ringan dibaca. “(Buku) Ini campuran antara data sejarah dan simbolis. Ada pula data hasil penelitian yang cukup berat,” bebernya.

Dia berharap, dengan novelnya, anak muda zaman kini mengetahui dan menghargai reformasi. Tanpa reformasi, tambahnya, tak mungkin kita semua bisa merasakan “iklim” demokrasi seperti sekarang. “Harapan saya akan lahir karya-karya lain yang mengangkat ini (Mei 1998) dari kacamata seni. Bukan lagi tentang kemarahan, tetapi menjadi simbol pembelajaran,” pintanya.

Sementara Novelis Ayu Utami berpendapat, tarian menjadi suatu yang amat ditekankan oleh penulis, baik itu dalam cerita maupun judul. “Novel ini sangat terkendali, kelihatan sekali terencana dengan baik, terstruktur. Sangat mudah mentransfernya menjadi sebuah film,” puji Ayu.

Selain Ayu, talkshow tersebut juga menghadirkan Dosen Unika Atma Jaya Jakarta, Yohanes Temaluru. Anis, panggilannya, membahas buku tersebut dari perspektif sebagai saksi sejarah perisitwa Mei 1998.

Marchella A. Vieba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here