Masalah Mata Kita

152
[Henricus Witdarmono M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com 2 Raj.11:1-4.9-18.20; Mzm. 132 : 11,12,13-14,17-18; Mat. 6:19-23

Setelah bicara mengenai tiga kewajiban agama: bersedekah, berdoa dan berpuasa (ay 1-18), Yesus mengajarkan mengenai dedikasi hidup untuk mengabdi Allah. Ada tiga hal yang sering menghalangi dedikasi tersebut, yaitu kerakusan mengumpulkan harta (ay 19-21), pengabdian dua tuan (ay 24), dan kegelisahan hidup (ay 25-34).

Untuk menghadapi ketiga halangan itu, dibutuhkan mata yang baik. “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu” (ay 22). Mata adalah gambaran tingkah laku moral, begitu inti ajaran Yesus.

Dalam konteks ini, mata yang berpersoalan adalah metafora kebodohan dan kebutaan rohani (lih. Mat.15:14; 23:16 dsl.; Yoh.9:39-41).

Mata ini sangat terkait dengan “hati yang suci, yang mampu melihat Allah” (lih Mat 5:8). Bila mata rusak, maka penglihatan mengenai Allah, yaitu mengenai apa yang benar, apa yang baik, apa yang penuh kasih, apa yang murni, dan apa yang abadi, akan menjadi kacau (lih.Fil.4:8).

Akibat kekacauan itu adalah munculnya prasangka, iri hati dan kesombongan diri. Ketiganya itu membutakan kita dari kenyataan kebenaran Ilahi mengenai makna penciptaan. Ketiganya membuat ego diri sendiri menjadi fokus utama kehidupan.

Namun, kata Paulus, ada ‘obat mata yang terbaik’, yaitu kasih. Tulisnya “kasih itu tidak cemburu… tidak memegahkan diri dan tidak sombong… kasih bersukacita karena kebenaran” (lih. 1 Kor.13:4-6).

Henricus Witdarmono M.A. Rel. Stud. Katholieke
Universiteit te Leuven, Belgia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here