Mencintai Muslimah

581
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Romo, perkenalkan, nama panggilan saya Max. Usia saya 25 tahun. Saat ini saya sedang menjalani hubungan dengan gadis Muslim umur 23 tahun. Kami sudah berpacaran selama kurang-lebih dua tahun tanpa sepengetahuan orangtua pacar saya. Baru-baru ini, hubungan kami akhirnya ketahuan juga oleh orangtuanya. Sejak saat itu, ibunya melarang pacar saya untuk melanjutkan hubungan, karena saya beragama Katolik. Padahal, kami saling mencintai. Bahkan, pacar saya pernah mengajak untuk kawin lari saja tetapi saya belum berani. Sekarang, kami secara diam-diam masih bertemu dan hubungan kami belum putus. Kalau sudah begini, apa yang harus saya lakukan? Mohon petunjuk dari Romo. Terima Kasih.

Max, Jakarta

Saudara Max yang baik. Di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk ini, problem Anda bukan-lah sesuatu yang unik. Ini problem yang sering ditemukan. Dari pengalaman-pengalaman yang ada, sebagian besar problem yang mirip dengan problemmu, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

Jika saya baca kisahmu, engkau berpacaran dengan gadis itu secara back street, di luar sepengetahuan orangtua mereka dan sudah berlangsung cukup lama. Ini yang perlu kalian renungkan bersama. Masa pacaran adalah masa orientasi dan penjajagan untuk dapat mengenal pribadi masing-masing secara lebih baik, apalagi jika mengarah pada pernikahan. Tentunya dalam konteks Indonesia, di mana peran orangtua besar, mengenal pribadi sang pacar juga perlu disertai dengan perlahan-lahan mengenal keluarganya, terutama orangtuanya. Nah, tindakan kalian untuk terus back street ini bisa mengundang masalah, dan akhirnya memang itulah yang terjadi: orangtuanya menolak dengan alasan beda agama.

Saya melihat bahwa reaksi orangtua pacarmu itu wajar-wajar saja. Mereka akan sangat protektif pada anak gadis mereka, ini sangat wajar. Mereka belum mengenalmu sebelumnya dan tiba-tiba kamu “ketahuan”. Lebih parahnya lagi, kamu beda agama. Tentu saja mereka terkejut. Lain halnya jika kamu secara bertahap mencoba memperkenalkan diri sebagai teman anak mereka, menjalin hubungan baik dengan mereka, dan kemudian kalian berterus terang bahwa kalian berpacaran. Saya menduga reaksinya akan lain.

Menghadapi problem ini kawin lari bukanlah jawaban. Ini menandakan bahwa kalian mau menghindar, tapi tidak mau menyelesaikan masalah. Ini bukanlah tindakan dari pribadi yang bertanggung jawab. Dari pihakmu sendiri engkau harus bersikap gentleman, katakan dengan tegas pada pacarmu bahwa kawin lari bukanlah solusi yang tepat. Sikap yang bisa engkau lakukan adalah “menebus” kesalahan berpacaran back street kalian. Engkau sendiri harus siap menghadapi orangtua pacarmu, mencoba mengenalkan diri baik-baik dan mengenal mereka dengan sikap penuh hormat dan santun. Saya yakin dengan kegigihan dan kesabaran kalian berdua, mereka akan memberikan restu yang kalian perlukan.

Tentunya, mengingat usia dewasa kalian, sah atau tidaknya perkawinan kalian bukan tergantung pada restu orangtua. Namun, perlu kalian catat baik-baik bahwa untuk konteks Indonesia, restu orangtua besar pengaruhnya pada perjalanan kalian berdua. Awalilah perkawinan kalian dengan baik, damai dan tenang. Sekadar juga mengingatkanmu sebagai pihak yang Katolik bahwa perkawinan beda agama ini nanti bukanlah sebuah sakramen, namun toh menuntut darimu usaha sekuat tenaga untuk memberikan pendidikan Katolik bagi anak-anak kalian. Dan lagi, perkawinan beda agama tidaklah mudah, akan ada dua “arah” dalam rumah tangga kalian. Memang, janji-janji romantis terucap saat berpacaran tapi kenyataan yang ada dalam mengarungi samudra hidup perkawinan tidaklah semudah dan seromantis yang dibayangkan. Apakah engkau sudah siap dengan semuanya ini? Saya harap engkau merenungkannya baik-baik dalam pimpinan Roh Kudus. Tuhan memberkatimu.

Dr Benny Phang Ocarm

HIDUP NO.37, 14 September 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here