Karolina Br Sihombing: Terapis Muda, Profesional Terbaik

463
Menjadi alat-Nya: Lina sedang mendiagnosa penyakit seorang pasien.
[NN/Dok.Pribadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Tanpa bekal ilmu kesehatan, perempuan ini nekad mengelola Rumah Sehat Holistik Modern Kasih Semarang, Jawa Tengah. Atas usahanya, ia dianugerahi Profesi Award kategori Profesional Terbaik Indonesia 2014 dan praktisi termuda.

Sabtu terakhir bulan Juni 2014, hari yang membahagiakan bagi Karolina Br Sihombing. Bersama sembilan orang, gadis berusia 19 tahun ini menerima penghargaan Profesi Award 2014 di Hotel Acacia Jakarta. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang dinilai berdedikasi dan memiliki loyalitas bagi pembangunan nasional, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial kemasyarakatan. Penghargaan ini digagas Organisasi Citra Profesi Indonesia.

Penghargaan diberikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Lina juga terpilih sebagai praktisi termuda. “Mungkin karena selama ini, mereka melihat pelayanan kami kepada masyarakat, sehingga dinilai layak dan pantas menerima penghargaan ini. Saya tentu bangga, senang, bahagia, dan tak henti-henti mengucap syukur kepada Tuhan,” urai anak ketiga dari enam saudara ini.

Asisten perawat
Lina lahir dari keluarga sederhana di daerah Balam, Riau. Ia tinggal bersama orangtua dengan mata pencaharian bertani. Ketika orangtuanya pergi menggarap ladang, Lina bertugas menjaga adik-adiknya di rumah. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, Lina melanjutkan belajar di SMP Maria Goretti Kabanjahe, Medan, Sumatra Utara.

Hidup jauh dari orangtua tak membuat Lina takut. Ia justru semakin berani dan mandiri. “Di Medan, saya tinggal bersama Tante. Di sana, saya terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas sekolah sendiri,” kisah perempuan kelahiran 25 September 1995 ini. Tamat SMP, Lina kembali berpindah tempat. Ia pulang ke kampung halaman dan melanjutkan pendidikan di SMAN 02 Kubu, Babbusalam, Riau.

Lina memendam keinginan melanjutkan pendidikan jurusan kebidanan setelah lulus sekolah menengah atas. Tetapi, pada saat yang bersamaan, sang kakak sedang kuliah di Semarang, Jawa Tengah. Ia tak tega menjadi beban orangtuanya yang harus terus mencari pinjaman kesana kemari untuk biaya kuliah sang kakak. Lina pun mengurungkan niat berkuliah.

Hingga suatu hari, sang kakak meminta Lina datang Semarang. Lina diminta bekerja sebagai asisten perawat di Rumah Sehat Holistik Modern Kasih. Mula-mula, ia takut lantaran belum memiliki bekal ilmu kesehatan dan obat-obatan. “Tapi, karena kakak yang minta dan demi orangtua, saya pergi ke Semarang,” kisah Lina.

Menjadi alat-Nya
Tiba di Semarang, Lina langsung belajar mengenai obat-obatan. Awalnya, ia sempat ragu dengan metode holistik modern. Metode ini mendeteksi penyakit pasien tanpa memberitahu keluhan yang dirasakan si pasien, karena didukung dengan peralatan medis modern. Metode ini memeriksa seluruh organ tubuh dan mampu mendiagnosa beragam penyakit.

Banyak pasien yang datang ke klinik tempat Lina bekerja. Lina juga kerap mendengarkan kesaksian pasien yang sembuh dengan metode pengobatan ini. Pengalaman ini melecut Lina untuk mempelajari lebih mendalam metode pengobatan holistik modern.

Lina pun mengikuti aneka kursus untuk menyelami ilmu pengobatan ini. Setelah belajar, kepercayaan dirinya tumbuh. “Saya bersyukur, saya dipakai sebagai alat-Nya untuk membantu sesama,” ungkap Lina.

Kini, setiap hari Lina membantu melayani pasien di Rumah Sehat Holistik Modern Kasih Semarang. Ia berperan sebagai terapis sekaligus mengelola praktik layanan kesehatan holistik modern. Beberapa bulan belakangan ini, Lina bahkan berkeliling Pulau Jawa untuk memperkenalkan teknik pengobatan holistik modern.

Bisa dipelajari
Nama Rumah Sehat Holistik Modern Kasih diilhami bahwa setiap orang yang datang berobat dapat sembuh dan pulang dengan penuh sukacita. Menurut Lina, pengobatan holistik modern tidak hanya membantu menyembuhkan kesehatan fisik, tetapi juga menyentuh sisi emosional sang pasien.

Hingga kini, sekitar 2.000 pasien datang ke Rumah Sehat Holistik Modern Kasih. Pasien datang dari berbagai daerah, seperti Pekanbaru, Jakarta, Yogyakarta, Malang, Kupang, dan Palembang. Bahkan, ada beberapa pasien yang berasal dari mancanegara, seperti Singapura, Prancis, Australia, dan Belanda.

Lina telah membuktikan, seseorang yang bukan berasal dari latar belakang kesehatan, bisa mempelajari ilmu pengobatan holistik modern. “Ilmu ini bisa dipelajari siapapun yang hatinya terbuka, peduli, dan tulus akan kesehatan sesama,” ujar Lina yang kini menjadi umat Paroki Katedral St Perawan Maria Ratu Rosario Suci Semarang ini.

Lina juga mengaku, selalu membawa hasil diagnosa penyakit sang pasien dalam untaian doa. “Saya selalu bersyukur, karena Tuhan senantiasa menolong umat-Nya yang tengah kesakitan. Saya hanya alat-Nya.”

Aprianita Ganadi

HIDUP NO.36, 7 September 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here