Keluarga Pas-pasan, Anak Mau Kuliah

325
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, saya Marta, ibu rumah tangga, anak saya dua. Anak pertama sudah bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan swasta. Sedangkan adiknya kecil baru saja menyelesaikan pendidikan SMA. Saya sadar, keadaan ekonomi keluarga kami sangat pas-pasan. Di tengah kekurangan itu, si bungsu bersikeras ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Keinginannya itu sudah lama ia utarakan kepada saya. Baru-baru ini, keinginan tersebut saya sampaikan kepada suami. Anehnya, mendengar hal itu, suami saya marah-marah tidak setuju karena tidak punya biaya. Saya bingung, harus berbuat apa. Mohon solusinya.

Marta, Bekasi

Ibu Marta yang terkasih, sepantasnya Ibu bersyukur memiliki anak yang mempunyai tekad untuk melanjutkan proses belajar ke tingkat lebih tinggi. Banyak anak dari keluarga mampu, bahkan juga memiliki pendidikan tinggi, justru tidak punya minat untuk meraih pendidikan lebih tinggi.

Suami Ibu selayaknya tidak perlu memarahi dan menyalahkan anak bungsu. Anak belajar dari lingkungannya, baik lingkungan kecil dalam keluarga maupun lingkungan yang lebih luas di luar keluarga. Harap Ibu ingat bahwa lingkungan pertama yang dikenal anak adalah keluarga. Keluarga menjadi tempat peletak dan pembentuk sikap dasar anak. Jika anak memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan, ada kemungkinan hal itu sebagai hasil dari interaksi antara orangtua dengan anak. Besar kemungkinan, tanpa disadari orangtua (atau salah satu orangtua) pernah menunjukkan sikap bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting sebagai dasar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Ibu Marta, ada pepatah “Apabila ada kemauan, tentu ada jalan”. Banyak orang yang dapat mengenyam pendidikan hingga tingkat tertinggi dengan biaya minim, bahkan dapat dikatakan menikmati pendidikan tinggi tanpa mengeluarkan biaya.

Saat ini banyak beasiswa yang disediakan berbagai pihak untuk mereka yang memiliki semangat belajar. Apabila si Bungsu sudah diterima di sebuah perguruan tinggi, Ibu dapat menghadap pimpinan perguruan tinggi tersebut dan menceritakan keadaan ekonomi keluarga. Setiap perguruan tinggi biasanya memberikan keringanan tertentu bagi mahasiswa dari kelompok ekonomi kurang mampu. Beasiswa juga dapat diperoleh dari berbagai perusahaan dalam program CSR (Corporate Social Responsibility). Perusahaan-perusahaan besar memberikan sebagian keuntungan mereka untuk membantu mereka yang membutuhkan lewat perguruan tinggi. Dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan berlomba menunjukkan bhakti sosialnya kepada masyarakat.

Apabila si Bungsu memiliki prestasi tinggi, pintu beasiswa semakin luas dan semakin besar. Tidak hanya perusahaan, beberapa instansi pemerintah, BUMN atau Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) juga menyediakan beasiswa. Semua informasi tersebut dapat diperoleh melalui internet, dan saya yakin anak Ibu memahami cara untuk mendapatkan informasi tersebut.

Perlu diingat, ada beberapa program pendidikan yang diselenggarakan dengan pola kedinasan. Artinya, seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh program tersebut, bahkan peserta memperoleh biaya hidup yang cukup dengan konsekuensi setelah menyelesaikan pendidikan harus mengabdi pada dinas yang membiayai.

Terakhir, ada alternatif lain, yaitu melalui pendidikan online di Universitas Terbuka. Keuntungan dari peserta didik Universitas Terbuka adalah setiap mahasiswa tidak diwajibkan mengikuti perkuliahan dengan tatap muka di kelas. Tetapi, semua materi pendidikan disampaikan melalui internet. Sehingga, setiap mahasiswa dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri, kapan saja. Keuntungan lain dari program ini adalah setiap peserta didik dapat melakukan aktivitas lain sambil mengikuti perkuliahan. Kesempatan tersebut dapat dipergunakan untuk bekerja. Maka, si Bungsu juga dapat mengumpulkan biaya pendidikan dan tidak perlu merepotkan orangtua. Kalau Ibu dari KAJ, juga bisa menghubungi paroki setempat untuk menanyakan kemungkinan dapat biaya dari Program Ayo Sekolah Ayo Kuliah dari Paroki.

Tuhan memberkati.

Y.Bagus Wismanto

HIDUP NO.34, 24 Agustus 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here