Marcella Elwina Simandjuntak: Perancang Pendidikan Antikorupsi

376
Antikorupsi: Marcella (paling kiri) saat mengikuti pelatihan antikorupsi di Budapest, Hungaria.
[NN/Dok.Pribadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Hampir sepuluh tahun, perempuan ini menekuni pendidikan antikorupsi. Ia merancang pendidikan antikorupsi yang telah diikuti sekitar dua ribu dosen. Ia pun terpilih sebagai Dosen Berprestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah 2014.

Awal Juni lalu, kabar sukacita menghampiri Marcella Elwina Simandjuntak. Dosen Hukum Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang ini dinobatkan sebagai juara pertama Dosen Berprestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah. Prestasi ini ia torehkan berkat upaya Marcella merancang pendidikan antikorupsi bagi para dosen di seluruh Indonesia. Modul pendidikan antikorupsi yang ia rancang ini juga telah dimanfaatkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Atas prestasi tersebut, Wakil Rektor IV bidang Pengembangan dan Kerjasama Unika Soegijapranata ini berkata, “Mungkin modul pendidikan antikorupsi yang saya buat ini memiliki dampak besar untuk perubahan masyarakat Indonesia.”

Perangi korupsi
Pada 2005, Marcella mulai aktif terlibat dalam program pendidikan antikorupsi. Kala itu, bersama sekitar 20 orang, ia mendapat beasiswa untuk mengikuti pelatihan selama satu bulan di Institute of Social Studies (ISS) Den Haag, Belanda. Selama satu bulan, Marcella belajar tentang peran masyarakat sipil dalam memberantas korupsi.

Sepulang dari Negeri Kincir Angin, umat Paroki St Maria Fatima Banyumanik, Semarang ini terus terpicu belajar tentang upaya-upaya pemberantasan korupsi. Selain belajar bersama para dosen di Unika Soegijapranata, ia juga merajut relasi dengan KPK dan para guru dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Ia juga mengikuti beragam pelatihan pendidikan antikorupsi di berbagai negara.

Pada 2011, ia diundang Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk membuat modul pendidikan anti korupsi bagi para pengajar di jenjang pendidikan tinggi. Setelah modul selesai, ia pun mulai melakukan pelatihan bagi para dosen di seluruh penjuru tanah air. “Sudah lebih dari 2.000 dosen mengikuti pe latihan ini,” tutur Marcella.

Melalui pelatihan ini, Marcella berharap, masyarakat mendapat pengeta huan, informasi, penyebab, serta dampak dari korupsi, sehingga mau terlibat secara aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di negeri ini. Menurutnya, nilai-nilai pendidikan antikorupsi harus di berikan sejak dini di sekolah, keluarga, dan masyarakat, agar kelak anak-anak ini menjadi agen gerakan antikorupsi. “Meskipun sulit membentuk kepribadian yang berintegritas, namun salah jika sebagai pendidik atau yang bekerja di dunia pendidikan membiarkan korupsi dan tidak melakukan apapun untuk mencegah korupsi. Butuh beberapa generasi untuk meluruskan hal yang salah di negeri ini, karena korupsi sudah menjadi penyakit kronis. Maka, mari bersama-sama kita memerangi korupsi!” tegas Marcella.

Menekuni hukum
Menjadi pendidik dalam bidang hukum bukanlah cita-cita Marcella saat kanak-kanak. Bahkan, profesi sebagai seorang dosen tak pernah melintas dalam angan-angannya. Ia menghabiskan masa kecil di kawasan Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Sang ayah, Veries Simandjuntak adalah anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU).Maka tak heran, Marcella kecil bercita-cita menjadi seorang pilot.

Tapi sayang, orangtuanya tak merestui keinginan Marcella. Orangtua justru mendorong Marcella menjadi dokter. Mula-mula ia tak bisa menerima keinginan orang tuanya. Tapi seiring waktu, Marcella menyadari, tinggi badannya tak memenuhi syarat untuk menjadi seorang penerbang. Ia juga menolak keinginan orangtua agar ia menjadi seorang dokter. Marcella lebih gemar belajar tentang berbagai hal yang berhubungan dengan dinamika sosial. Maka, selepas sekolah menengah atas Marcella hijrah dari Jakarta ke Semarang. Ia meneruskan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang.

“Hukum itu kan tidak pernah lepas dari hidup manusia. Belajar ilmu sosial, seperti hukum lebih menarik dan menantang, dari pada belajar ilmu pasti,” kata Marcella yang memiliki darah Ceko dari sang ibu, Maria Yulia Emilia.

Usai mendapat gelar Sarjana Hukum, Marcella makin ketagihan mendalami ilmu hukum. Ia memutuskan menjadi pengajar Ilmu Hukum. Keluarga mendukung pilihan Marcella ini. Dengan langkah yang mantap, ia mendaftar sebagai dosen di Unika Soegijapranata Semarang. Pada Agustus 1994, Marcella resmi menjalani pilihan hidupnya sebagai dosen Hukum. “Tak terasa ya, tahun ini, saya sudah 20 tahun menjadi dosen di Unika Soegijapranata,” ujar ibu tiga anak yang berulang tahun pada 4 Oktober ini.

Perkembangan ilmu hukum di Indonesia, menurut istri Ch. Djoko Sartono ini, selalu menarik dibincangkan. Marcella memaparkan, jika aturan sudah di produksi, maka masyarakat akan menaati aturan itu, dengan demikian kehidupan menjadi tertib. “Tapi realitanya tidak sesederhana itu. Saya melihat, negara kita terus memproduksi undang-undang, tapi tidak pernah menerapkannya. Banyak undang-undang yang diproduksi, tapi justru di gunakan untuk merepresi kaum yang lemah, seperti perempuan dan buruh,” urai Marcella.

Marcella juga masih memendam keprihatinan, lantaran upaya penegakan hu kum di Indonesia masih amat lemah. Aparat hukum, lanjutnya, kerapkali justru mengambil keuntungan dari berbagai peristiwa pidana. “Tengok saja, cukup banyak aparat hukum yang bermain mata dengan kasus yang mereka tangani, bahkan ikut terlibat dalam kasus korupsi,” protes Marcella.

Marcella Elwina Simandjuntak

TTL : Jakarta, 4 Oktober 1969
Suami : Ch. Djoko Sartono
Anak : Antonius Djoko Fendratama, Eleonora Nada Klarissa, Maria Deandra Fabiola

Pendidikan:
• SMA 14 Jakarta
• S-1 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
• S-2 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
• S-3 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pekerjaan:
• Dosen Hukum Unika Soegijapranata Semarang (1994-sekarang)
• Wakil Rektor IV Bidang Pengembangan dan Kerjasama Unika Soegijapranata(2013-2017)

Prestasi:
• Lulusan terbaik Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro (2003)
• Lulusan terbaik Program Doktoral Ilmu Hukum Universitas Diponegoro (2010)
• Dosen Berprestasi tingkat Jawa Tengah (2014)

Aprianita Ganadi

HIDUP NO.33, 17 Agustus 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here