Maria dalam Perjanjian Lama

2595
2.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Saya pernah membaca ucapan Paus Benediktus XVI, untuk mengenal Maria secara benar, kita harus memiliki pengetahuan tentang Perjanjian Lama. Mengapa? Bukankah Maria baru hidup pada masa Perjanjian Baru? Apakah Maria sudah diramalkan dalam Perjanjian Lama?

NN

Pertama, dalam Perjanjian Lama, nama Maria tidak pernah disebutkan secara langsung atau diramalkan secara eksplisit. Memang Maria hidup pada Perjanjian Baru, tetapi gambaran tentang Maria dapat ditemukan pada beberapa tokoh Perjanjian Lama. Sosok Maria dan perannya sudah bisa dilihat pada sosok dan peran tokoh dalam Perjanjian Lama. Sosok dan peran tokoh Perjanjian Lama dilihat sebagai gambaran (Yun: typos), sedangkan sosok dan peran Maria sendiri dilihat sebagai pemenuhan atau kenyataan (Yun: antitypos). Cara menafsirkan yang demikian itu disebut metode penafsiran tipologi. Jika orang tidak mengenal tokoh-tokoh Perjanjian Lama tentu saja orang tidak akan mengerti tipologi yang digunakan untuk Maria dalam Perjanjian Baru. Hanya orang yang memahami metode penafsiran tipologi dan mengenal tokoh-tokoh Perjanjian Lama akan mengakui bahwa sosok dan peran Maria itu alkitabiah.

Kedua, metode penafsiran tipologi ini juga diterapkan pada Yesus dan membantu kita mengerti makna peristiwa- peristiwa dalam hidup Yesus. Misal, keberadaan Yesus di makam selama tiga hari dibandingkan dengan keberadaan Yunus tiga hari di dalam perut ikan (Mat 12:40). Ular tembaga dalam Ul 21:9 yang menghidupkan kembali mereka yang mati karena dipagut ular, melambangkan Yesus yang tergantung di salib yang kematian-Nya membawa keselamatan (Yoh 3:14). Adam adalah gambaran Kristus dalam arti yang berlawanan. Adam berdosa dan dosanya mengena kepada semua orang, sedangkan Kristus menaati kehendak Allah sampai mati, dan menghasilkan rahmat penebusan bagi semua orang (Rom 5:12-21). Paulus mengatakan, Kristus adalah “batu karang” (1 Kor 10:4).

Tipologi yang sangat penting untuk mengenal Yesus Kristus ialah gambaran hamba Allah dalam kitab Nabi Yesaya (Yes 42:1-9; 49:1-6; 50:4-11; 52:13- 53:12). Jika kita merefleksikan rincian dari empat nyanyian hamba Allah, tak bisa tidak kita akan teringat pada pelayanan publik Yesus dan kisah sengsara-Nya dalam keempat Injil. Nyanyian hamba Allah ini membantu Gereja apostolis mengerti makna hidup dan misi dari Yesus. Sebaliknya, teks-teks nyanyian hamba Allah membantu mempertajam dan membentuk cara mengisahkan Yesus. Gereja awali melihat bahwa Yesus adalah pemenuhan dari gambaran Hamba Allah.

Ketiga, jika metode penafsiran tipologi ini diterapkan pada Maria, ada tiga tipologi utama. Yang pertama, gambaran-gambaran yang menunjukkan kesucian Maria, termasuk keperawanannya. Contoh dari tipologi ini ialah gambaran Maria sebagai Hawa Baru (bdk. HIDUP No 41, 14 Oktober 2007) dan Putri Sion (bdk. HIDUP No 21, 22 Mei 2011). Tipologi ini teraplikasikan, jika kita membaca pewartaan Kabar Gembira oleh malaikat Gabriel (Luk 1:26-38).

Yang kedua ialah gambaran- gambaran yang menunjukkan keibuan Maria, yang memberikan kodrat manusiawi kepada Sang Sabda yang berinkarnasi. Contoh dari tipologi ini adalah gambaran Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru (bdk. HIDUP No 42, 21 Oktober 2007). Kunjungan Maria kepada Elisabet harus dibaca dengan tipologi keibuan Maria.

Yang ketiga, gambaran-gambaran yang menunjukkan peran Maria sebagai pengantara. Contoh dari tipologi ini ialah gambaran Maria sebagai Bunda Ratu atau sebagai pengantara. Gambaran Bunda Ratu nampak jelas dalam 1Raj 2:19-20. Permintaan Bunda Maria akan dikabulkan Sang Putra, karena Putra itu sangat mencintai dan menghormati Maria, ibu- Nya. Mukjijat perubahan air menjadi anggur dalam perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11) menonjolkan peran Maria sebagai Bunda Ratu..

RP Petrus Maria Handoko CM

HIDUP NO.20, 18 Mei 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here