Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong: Pastoral Perkebunan Karet

591
Gereja Paroki St Maria Bunda Karmel Mansalong.[HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com Percontohan lahan karet ini bertujuan agar mata umat terbuka melihat perbandingan ekologis yang dihasilkan oleh karet dan sawit.

BARISAN pohon berwarna campuran putih coklat berjejer di sepanjang lahan sekitar 80 hektar. Akar tunggang terlihat mencuat dari balik tanah hingga masuk ke kedalaman tanah sedalam 1,5 meter. Batang tanaman ini besar dan tumbuh tinggi menjulang dengan ketinggian 15-25 meter.

Daun tanaman ini berselang-seling dengan tangkai daun panjang serta anak daun yang licin mengkilat. Terlihat buah pohon berbentuk bulat yang tersusun rapi menyembul dari balik daun. Bagian dalam buahnya berwarna putih dan memiliki lapisan luar yang keras.

Pohon ini dapat mencapai usia 100 tahun dengan batang tanamananya mengandung lateks. Pohon ini dikenal dengan sebutan pohon karet. Tanaman karet sangat bermanfaat bagi pelestarian lingkungan.

Melihat fenomena kondisi hutan Kalimantan yang semakin hari semakin banyak ditumbuhi kelapa sawit, Keuskupan Tanjung Selor mengambil inisiatif untuk menyelamatkan lingkungan lewat Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong, kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Paroki Mansalong menjadi tempat berjalannya program percontohan perkebunan karet. Program ini digulirkan dengan tujuan memberikan edukasi bagi umat. Pastor Bonifacio van Dau menjelaskan, gerakan ini untuk menyadarkan umat agar tidak hanya fokus pada kelapa sawit.

Dibandingkan dengan kelapa sawit, karet dapat menghasilkan energi yang mendukung alam. Ia bisa menghasilkan oksigen, biomassa, dan kayu yang dapat digunakan untuk perbaikan lahan, pencegahan erosi dan banjir, serta dapat menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi.

Program percontohan perkebunan karet di Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong, kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. [HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
Kebun karet Paroki Mansalong terletak sekitar 27 km dari pusat paroki. Pastor Bonifacio menjelaskan bahwa kebun karet milik Paroki posisinya dekat dengan lahan sawit salah satu perusahaan. “Bahkan pohon karet kamu berdiri diantara pohon sawit,” ungkap Pastor Rekan Paroki Mansalong ini.

Program kebun karet ini telah sejak lama dicanangkan. Kebun karet itu merupakan program ekologi pastoral. Kepala Paroki Mansalalong, Pastor Dionysius Adi Tejo Saputro, menyatakan karet tidak laku dikalangan umat sebab sawit lebih menjanjikan.

Sebagai langkah awal, program ini mendapatkan dana program dari Komisi PSE KWI. Selain dengan KWI, Paroki Mansalong juga berkerjasama dengan kontributor dari luar untuk menyediakan bibit karet dari luar Pulau Kalimantan sebanyak 5000 bibit. Dalam pengembangannya, paroki ini mendapat tantangan.

Pertama, menurut Pastor Bonifacio adalah mekanisme pengambilan hasil karet. “Kebun karet paroki belum diambil hasilnya karena kebingungan untuk menoreh. Sebab waktu menoreh harus pagi-pagi benar. Selain itu, kurangnya pemahaman soal perawatan. Ada banyak hal yang membuat proyek ini tertahan dan tertunda.”

Kedua, Pastor Bonifacio juga mengakui kesulitan mencari pasar untuk menyalurkan hasil karet. Hal ini ditambah harga karet yang tidak stabil. Ketiga, ia juga mengakui, ada masalah dengan pekerja di kebun karet.

Namun, di balik itu semua, percontohan lahan karet ini bertujuan agar mata umat terbuka melihat perbandingan ekologis yang dihasilkan oleh karet dan sawit. Sosialisasi anti kelapa sawit dan menggantinya dengan menanam pohon karet telah dilaksanakan dalam kegiatan pastoral.

Pastor Saverinus Pery mengutarakan, dalam program turnei paroki ke 35 stasi pedalaman, para imam berusaha mempromosikan kebaikan karet. Sayang, umat terlanjur tergiur menanam sawit. Pastor Rekan Paroki Mansalong ini menambahkan, ketika program ini berjalan, pada waktu bersamaan harga karet jatuh.

“Saya pikir itu adalah permainan pasar untuk menjatuhkan karet supaya masyarakat terus menanam sawit,” katanya prihatin. Di tengah kemelut demikian, para pelayan pastoral di Paroki Mansalong sepakat untuk terus memperjuangkan program lahan karet ini. “Program ini akan terus kami upayakan. Syukur jika umat bisa lebih tertarik mengembangkan,” ungkap ketiga pastor mengamini.

 

Felicia Permata Hanggu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here