Ke Pintu Kebijaksanaan

395
Judul Buku : Pengantar Filsafat; Penulis : K. Bertens, Johanis Ohoitimur, Michael Dua, Penerbit : Kanisius, 2018, Tebal : xii + 428
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com AKAR kata “filsafat” (philosophy) berasal dari bahasa Yunani philein ‘mencintai’ dan shopia ‘kebijaksanaan’. Dengan demikian, filsafat berarti “mencintai kebijaksanaan”. Dari pemahaman terminologi ini setiap orang dapat berangkat untuk masuk dalam dunia filsafat.

Plato, seorang filsuf Yunani kuno, menjelaskan mencintai kebijaksanaan sebagai sebuah “laku” pencarian kebijaksanaan dan bukan memiliki kebijaksanaan itu. Manusia ingin mengerti dunia sekitarnya. Di dalam diri manusia ada ketidakpuasan bila hanya hidup begitu saja di tengah alam.

Manusia ingin tahu bagaimana cara kerja alam dan syukur-syukur dapat mengerti dari mana benda-benda itu berasal. Buku Pengantar Filsafat menawarkan pintu masuk bagi siapa saja yang ingin mulai mengenal filsafat. Tiga orang penulis, K.Bertens, Johanis Ohoitimur, dan Mikhael Dua ingin membawa pembaca menapaki langkah demi langkah untuk masuk dalam dunia pemikiran.

Pembaca diajak berjalan menyusuri sejarah pemikiran dari Yunani Kuno sampai pada sejarah pemikiran kontemporer. Buku ini membahas semua aspek dalam filsafat. Di bagian awal, pembaca dapat mulai menyesuaikan diri dengan dunia pemikiran. Di sini pembaca diajak untuk menyadari apa saja manfaat ilmu filsafat bagi kehidupan manusia.

Jangkauan filsafat praktis menjangkau semua aspek kehidupan. Pembaca diajak juga untuk mengenal sistematika filsafat yang di dalamnya pembaca akan mengenal apa saja cabang-cabang filsafat dan pembagian filsafat dalam beberapa tema misalnya epistemologi, logika, metafisika, filsafat alam, filsafat manusia, filsafat ketuhanan, moral, estetika, dll.

Berkaitan dengan pertanyaan tentang “Tuhan” misalnya, Johanis mengutip ungkapan Anselmus dari Canterbury, “Fides quaerens intellectum” yang berarti ‘iman mencari pengertian”. Dalam hal ini, filsafat mencoba memahami secara rasional segala pertanyaan tentang Tuhan.

Ketika dapat memahami secara rasional, manusia yang beriman akan dapat mempertanggung-jawabkan imannya. Bahwa beriman pun menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini menjadi jelas bahwa filsafat ketuhanan pun berakar pada rasionalitas sebagai kodrat manusia.

Selanjutnya, Bertens membawa pembaca untuk bertanya tentang hati nurani atau kesadaran manusia akan baik dan buruk, sejauh mana tindakan manusia selalu membawa pertanyaan sejauh mana tindakan yang mereka lakukan itu baik.

Bertens menjelaskan, hati nurani adalah kesadaran moral, “instansi” dalam batin manusia yang membantu manusia memiliki kesadaran akan baik dan buruk (secara moral). Lewat pertanyaan ini, pembaca diajak untuk mulai memahami filsafat moral dan etika.

Filsafat bagaimanapun juga tak dapat dilepaskan dari politik. Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang kini dipakai di sebagian besar negara dunia ternyata juga berakar pada pemikiran filsafat. Adalah Montesquieu yang mengenalkan sebuah pembagian tiga kekuasaan politik yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Dengan pembagian ini, Montesquieu meyakini checks and balances dapat dilaksanakan dengan baik dalam sebuah pemerintahan. Dengan pembagian ini, melalui institusi-institusinya dapat saling mengawasi satu sama lain.

Buku ini praktisnya menyajikan menu yang pas untuk siapa saja yang ingin mengenal filsafat. Termasuk untuk mereka yang ingin serius dalam mendalami filsafat lewat kampus-kampus filsafat.

Filsafat selalu dinamis, pertanyaan yang muncul akan selalu dicari jawabannya, dan ketika manusia sudah merasa sampai pada jawaban itu, dunia filsafat akan memaksa mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru.

 

Antonius E. Sugiyanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here